tirto.id - Direktur Jenderal Anggaran, Kementrian Keuangan (Kemenkeu), Askolani menyatakan APBN 2018 masih mampu menanggung subsidi energi meski nilainya membengkak dari asumsi semula.
"Walaupun ditambah [subsidi energi], APBN masih cukup dan tetap mampu. Malah pemerintah bisa kendalikan defisit APBN," kata Askolani di Jakarta, pada Jumat (7/12/2018).
Kemenkeu memperkirakan realisasi subsidi energi hingga akhir 2018 mencapai Rp163,5 triliun. Angka itu jauh melampaui alokasi subsidi energi di APBN 2018 atau 173 persen dari pagu semula: Rp94,52 triliun.
Askolani menjelaskan pembengkakan subsidi BBM di tahun ini disebabkan kenaikan harga minyak dan depresiasi rupiah. Disamping itu, kenaikan subsidi solar dari Rp500 per liter menjadi Rp2000 per liter turut mengerek besaran subsidi energi tahun ini. Tambahan subsidi listrik bagi pengguna daya di bawah 900 VA semakin memperbesar belanja negara untuk subsidi energi.
Askolani mengklaim penambahan subsidi itu untuk menjaga stabilitas perekonomian, terutama harga bahan pangan pokok dan daya beli masyarakat. Ia menilai pemerintah dapat menerapkan solusi ini sebagai bentuk intervensi fiskal.
"Subsidi kan untuk menstabilkan ekonomi kita. Itu tools fiskal untuk melakukannya," ucap Askolani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom