Menuju konten utama

Kaum Remaja di Pentas Tertinggi Eropa

Moise Kean masuk dalam jajaran pemain termuda yang sudah main di Liga Champions. Tampil di pentas tertinggi sepakbola antar-klub Eropa pada usia yang masih sangat belia, masa depan talenta Juventus ini cukup menarik untuk dispekulasikan.

Kaum Remaja di Pentas Tertinggi Eropa
Moise Kean, striker remaja Juventus berusia 16 tahun yang baru saja masuk dalam jajaran pemain termuda di Liga Champions. (MARCO BERTORELLO)

tirto.id - Hanya dalam rentang waktu 3 hari, Moise Kean menorehkan dua rekor yang cukup membanggakan. Minggu (20/11/2016) lalu, ia menjadi salah satu pemain paling belia yang tampil di Liga Italia Serie A saat Juventus menjamu Pescara. Di laga yang berakhir dengan skor 3-0 untuk Bianconeri itu, Kean baru berusia 16 tahun lebih 264 hari.

Berselang 72 jam, striker remaja Italia berdarah Pantai Gading ini mencatatkan torehan serupa yang lebih istimewa, kali ini di Liga Champions kala La Vecchia Signora bertandang ke Spanyol dan sukses mempermalukan tuan rumah Sevilla pada Rabu (23/11/2016) dengan kemenangan 1-3.

Para Belia di Liga Champions

Kean memang bukan pemain termuda yang main di Serie A maupun Liga Champions. Namun, ia tetap saja mengguratkan rekor spesial sebagai pesepakbola pertama kelahiran milenium baru atau awal abad ke-21 yang telah merasakan kerasnya rumput di dua kompetisi mayor tersebut.

Dimainkannya Kean di laga kontra Pescara maupun Sevilla bukan lantaran pemuda kelahiran 28 Februari 2000 itu punya kemampuan yang benar-benar luar biasa layaknya wonderkid yang bakal menjelma sebagai superstar. Bukan itu alasan utamanya kendati bukan mustahil pula Kean bisa menjadi bintang di masa depan.

Pelatih Juventus, Massimiliano “Max” Allegri, sedikit berspekulasi melibatkan Kean di dua laga itu karena krisis pemain depan. Saat menjamu Pescara, Juventus sudah tanpa Paulo Dybala dan Marko Pjaca lantaran cedera. Jelang bertandang ke Sevilla, giliran Gonzalo Higuain yang tertimpa nasib serupa.

Uniknya, entah disengaja atau tidak, Allegri memasukkan Kean di waktu yang sama persis dalam dua pertandingan tersebut. Pemain bernomor jersey 34 itu menggantikan Mario Mandzukic dan Miralem Pjanic tepat pada menit 84.

Dalam riwayat Liga Champions, Kean adalah pemain termuda kelima yang dimainkan di babak grup kompetisi antar-klub paling riuh sejagat itu. Sebelumnya ada Celestine Babayaro, Alen Halilovic, Youri Tielemans, Charis Mavrias, dan Kenneth Zohore. Semuanya masih berusia 16 tahun saat merumput di Liga Champions, hanya berselisih hari saja, meskipun dalam masa yang berbeda.

Sedangkan jika dirunut dari fase awal alias babak kualifikasi, menurut Transfermarkt, di urutan 10 besar termuda ada Stephen Thompson, Martin Odegaard, Emmanuel Mbola, Romelu Lukaku, Batuhan Karadeniz, Fabrice Olinga, Vardan Bakalyan, Razvan Ochirosii, Niklas Barkroth, serta Nikola Ninkovic.

Stephen Thompson merupakan pemain paling muda yang pernah merasakan tampil di Liga Champions, yakni di usia 15 tahun 3 bulan 26 hari, pada 10 Agustus 2004 silam. Saat itu, striker berkebangsaan Inggris milik Glasgow Rangers (Skotlandia) itu turun dalam laga kontra tuan rumah CSKA Moscow (Rusia).

Dari semua pemain termuda dalam riwayat Liga Champions itu, tidak banyak yang nantinya menjelma menjadi pemain ternama, tentunya terkecuali bagi mereka yang masih memiliki karier panjang, termasuk Kean, Halilovic, juga Odegaard, atau yang sedang menapak era emas macam Lukaku.

Menakar Masa Depan Kean

Kean bukanlah produk murni Juventus. Justru Torino, seteru sekota Bianconeri, yang menjadi klub pertama anak muda ini. Kean pertamakali mengenal bola di akademi Il Torro hingga tahun 2010 sebelum Juventus menggaetnya pada usia yang masih bocah, 10 tahun.

Meskipun bukan lantaran dinilai punya skill di atas rata-rata sehingga bisa naik ke skuad utama, namun Kean adalah striker utama di tim muda Juventus. Musim lalu, ia membukukan 25 gol dari 30 laga. Musim 2016/2017 ini pun Kean sejatinya masih menjadi anggota tim Primavera dan sudah melesakkan 5 gol dari 5 pertandingan.

Infografik yang Termuda di Liga Champions

Kendati lahir di Italia, Kean bukan Italiano tulen, ia punya darah Pantai Gading dari orangtuanya. Tapi, pemilik nama lengkap Moise Bioty Kean ini tampaknya sudah mantap menjadi warga negara negeri pizza. Ia adalah anggota tim nasional Italia U15, U16, hingga U17, meski belum tertutup kemungkinan Kean berjersey Pantai Gading nantinya.

Pertanyaannya adalah, apakah Kean bakal langgeng di Turin dan akan menjadi andalan lini depan Juventus di waktu-waktu yang akan datang? Peluang itu tetap ada walaupun tentunya belum bisa dipastikan mengingat sang Nyonya Tua termasuk klub yang gemar menyia-nyiakan potensi muda yang justru asli didikan sendiri.

Tak percaya? Tengoklah apa yang pernah terjadi pada Tommaso Rocchi, Raffaele Palladino, Ciro Immobile, bahkan Sebastian Giovinco, yang kurang maksimal di Juventus bahkan tak terpakai sama sekali. Mereka kalah saing dengan para striker bernama besar lagi mahal yang silih-berganti mengisi sektor serang Bianconeri.

Situasi sekarang juga tak jauh berbeda. Max Allegri punya barisan penyerang yang teramat sangat mumpuni, ada Mandzukic, Dybala, juga sang pendatang baru Pjaca, dan tentunya si manusia 1,36 triliun rupiah, Higuain.

Itu belum termasuk seabrek striker lain –mayoritas masih berusia muda– yang sedang dipinjamkan ke klub lain seperti Alberto Cerri, Kingsley Coman, Simone Ganz, Cristian Pasquato, Anastasios Donis, bahkan penghuni barisan depan tim nasional Italia, Simone Zaza.

Masa depan Kean dan para remaja lainnya yang pernah mengukir rekor di Liga Champions maupun kompetisi di negara-negara mayor Eropa menarik dispekulasikan. Apakah mereka mampu menjalani karier dengan mulus dan nantinya menjadi seperti yang dicita-citakan, atau justru tenggelam hingga akhirnya purna dalam kesunyian.

Baca juga artikel terkait JUVENTUS atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS