tirto.id - Kapal penyeberangan KM Roma Parsaulia mengalami putus tali kemudi ketika menyeberangkan penumpang di Danau Toba dari Pelabuhan Nainggolan, Kabupaten Samosir ke Pelabuhan Ajibata pada Selasa (10/7/2018).
Peristiwa itu menyebabkan kapal berhenti di tengah perairan Danau Toba dan tidak dapat melanjutkan pelayaran menuju Pelabuhan Ajibata di Kabupaten Toba Samosir. Namun kapal penyeberangan tersebut berhasil diselamatkan dari cuaca yang mulai memburuk berkat pertolongan tim SAR.
Menurut Kepala SAR Posko Parapat Torang Hutahaean, pihaknya mendapatkan informasi mengenai KM Roma Parsaulia yang mengalami putus tali kemudi sekitar pukul 11.00 WIB. Dengan menggunakan kapal SAR, tim langsung menuju lokasi KM Roma Parsaulia yang mengalami putus tali kemudi di dekat Desa Horsik, Kabupaten Toba Samosir.
Kapal tim SAR pun dibantu oleh kapal milik PT Aquafarm dan KM Bundo yang berada di Pelabuhan Ajibata untuk menarik KM Roma Parsaulia.
"Sekitar setengah jam, kapalnya dapat ditarik ke Pelabuhan Ajibata," katanya.
Menurut dia, dari keterangan yang didapatkan, KM Roma Parsaulia berlayar dari Pelabuhan Nainggolan dengan membawa penumpang sebanyak 64 orang. Meski kondisi cuaca mulai memburuk, tetapi tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Peristiwa KM Roma Parsaulia ini menambah deretan insiden kapal penyeberangan di Danau Toba, yang mulai diaudit setelah peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun. Berdasarkan temuan tim ad hoc peningkatan keselamatan dan pelayaran yang terdiri dari Kemenhub, Pemerintah Daerah, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Badan Kualifikasi Indonesia, serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, ditemukan sejumlah masalah pada pelayaran di Danau Toba.
Tim yang mulai bertugas pada 25 Juni lalu hingga 25 Juli mendatang ini telah menginventarisasi masalah-masalah pelayaran di Danau Toba. Dari 215 unit kapal yang beroperasi di sana, sudah 154 kapal yang mengalami ramp check (pemeriksaan lapangan). Hasilnya, seluruhnya mempunyai masalah.
Masalah-masalah itu di antaranya, seperti yang tertulis di data tim ad hoc, kapal tidak membawa dokumen saat beroperasi, nakhoda belum mempunyai sertifikat kecakapan, tempat duduk di dek tidak terpasang secara permanen, masih ada kapal yang memiliki tiga dek penumpang dengan teralis, akses darurat terhalang kendaraan bermotor, jaket pelampung kurang dan tidak ada, tangki BBM dekat ruang penumpang, tidak ada radio, tidak ada simulasi keamanan, tidak ada pengeras suara pengumuman, tidak ada alat pemadam api ringan dan instalasi listrik di tempat penumpang berantakan.
Sementara dari 36 dermaga yang ada di sekitar Danau Toba, tim ini menemukan masalah seperti fasilitas di titik keberangkatan tidak mumpuni, lingkungan belum steril, jumlah petugas pos terbatas, tidak ada ruang komunikasi dari dan ke kapal, pengaturan dan pengendalian kurang, tidak tersedia sistem informasi, tidak ada loket tiket, dan tidak ada pendataan manifes. Untuk sisi perairan, masalahnya adalah fasilitas standar minim dan tidak ada sarana bantu navigasi pelayaran.
Mengenai ini, Menhub Budi Karya mengaku dalam sebulan ini akan melakukan perbaikan total terhadap sistem pelayaran di Danau Toba. Baik dari sisi kapal, dermaga, maupun SDM petugas pelaksananya.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra