tirto.id - Rumah kosong di seluruh Jepang mencapai 8 juta unit bersamaan dengan menyusutnya populasi di negara Sakura.
Sebuah situs yang menampilkan rumah-rumah kosong di Jepang, Akiya Banks (Akiya berarti rumah kosong), mencatat harga properti di sana tidak lebih dari 3 juta yen, atau sekitar Rp387 juta.
Banyak properti yang terdaftar “Gratis Transfer” yang artinya harga rumah tersebut gratis. Hanya membayar sejumlah pajak dan biaya komisi, rumah-rumah tersebut sudah bisa dimiliki.
Spesialis Real Estate, Yuken Kon menyatakan, rumah kosong disebabkan sang pemilik yang telah meninggal dunia. Rumah-rumah di pinggiran kota juga mulai ditinggalkan karena warga setempat memilih hidup di perkotaan.
Generasi muda Jepang juga kini lebih suka tinggal di apartemen membuat banyak rumah kosong dan harga kian jatuh.
Japan Times menyebutkan bahwa 70 persen populasi Tokyo tinggal di apartemen, lebih tinggi dari rasio di kota-kota besar dunia seperti London, New York, dan Paris.
Jumlah tersebut akan terus meningkat mengingat populasi lansia Jepang jauh lebih banyak dari angka kelahiran di Jepang. 1 dari 4 orang Jepang berusia 65 tahun atau lebih.
Melansir Rethink Tokyo, Prefektur Kagoshima, Kochi, dan Wakayama memiliki tingkat tertinggi mencapai 10 persen rumah diantaranya kosong.
Beberapa organisasi memprediksi tahun 2033, dengan angka kelahiran yang kian menyusut, 30 persen rumah di Jepang akan kosong.
Rumah kosong di Jepang adalah sebuah isu sosial dengan banyak aspek. Selain tidak enak dipandang, rumah kosong akan mengundang vandalisme, hama, dan struktur rumah yang hancur seiring berjalannya waktu.
Terlebih lagi, rumah kosong di suatu daerah mengurangi jumlah penerimaan pajak dan memperburuk kondisi lingkungan. Tidak heran, warga pedesaan, yang terkena dampak paling besar, ingin meringankan masalah ini.
Faktor lain penyebab makin banyaknya rumah kosong adalah karena pemilik sebelumnya melakukan bunuh diri, atau hidup sendiri dan mati karena kesepian, atau tragedi pembunuhan di dalam rumah dipercaya membawa ‘nasib buruk’ di dalam rumah tersebut.
Dilansir Bussiness Insider, Kementerian Urusan dalam Negeri dan Komunikasi melakukan survei setiap lima tahun dan mengategorikan rumah-rumah kosong ke dalam kategori rumah yang bisa disewa, dijual dan digunakan sebagai rumah singgah; dan rumah terbengkalai.
Banyaknya jumlah rumah kosong yang makin meningkat, tapi jumlah populasi dan permintaan rumah semakin menurun, harga rumah-rumah kosong di Jepang akan terus merosot.
Editor: Yantina Debora