tirto.id - Pendukung Negara Islam mengapresiasi perintah eksekutif Presiden Donald Trump mengenai larangan imigrasi warga dari tujuh negara mayoritas Muslim. Kelompok yang juga dikenal sebagai ISIS itu menganggap larangan tersebut sebagai kemenangan propaganda untuk melakukan jihad militan.
Bagaimanapun, pendukung organisasi jihad global itu melihat larangan imigrasi Trump tidak hanya sebagai pengakuan bahwa negara Barat adalah negara anti-Islam. Pelarangan itu sekaligus memproklamirkan kekhalifahan ISIS bahwa Irak dan Suriah menjadi rumah sejati bagi umat Islam di seluruh dunia, demikian seperti yang dilansir dari International Business Times, Kamis (9/2/2017).
Reporter New York Times Rukmini Callimachi melaporkan pada Rabu (8/2/2017), banyak dari warga Irak yang berpartisipasi dalam operasi gabungan dengan AS, berulang kali mempertanyakan tentang larangan tersebut. Larangan itu juga ternyata berlaku untuk semua warga negara Irak, termasuk mereka yang telah aktif berjuang bersama pasukan AS.
“Mengapa mereka menyebutnya sebagai 'larangan yang diberkati'? Karena ISIS melihat ini sebagai [keberhasilan] apa yang telah mereka lakukan. Mereka berhasil menakut-nakuti Amerika seperti pada siang hari," tulis Callimachi lewat akun Twitter-nya. “Menurut warga Mosul, ISIS berpikir taktik terror mereka bekerja. Mereka telah menakut-nakuti orang yang paling kuat di dunia.”
Sentimen warga Irak telah digaungkan lewat akun pro-ISIS di media sosial sejak perintah eksekutif diumumkan dan ditandatangani. Sejumlah pengguna menunjukkan bagaimana kebijakan Trump mencerminkan prediksi yang dibuat oleh pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, dan pengkhotbah jihad kelahiran AS, Anwar al-Awlaki -- yang terbunuh pada tahun 2011 oleh serangan pesawat tanpa awak AS di Yaman.
“Al-Baghdadi memiliki hak untuk keluar dan menginformasikan Trump bahwa larangan umat Islam memasuki Amerika merupakan larangan yang membahagiakan,” tulis salah satu pengguna media sosial Telegram pada channel pro-ISIS, yang dikutip dari The Washington Post.
“Ketika Presiden AS Donald Trump mengatakan: 'Kami tidak ingin mereka di sini” dan melarang imigran Muslim dari negara Muslim, ada satu hal yang datang ke pikiran kita,” tulis pengguna lain. Pendapat tersebut disertai oleh spanduk yang menampilkan kutipan dari Awlaki, “Barat akan secepatnya berbalik melawan warga Muslim”.
Sementara itu, pendiri ISIS, Abu Musab al-Zarqawi menyebut Invasi Irak pada 2003 oleh AS sebagai “invasi yang diberkati”. Menurut ISIS, peristiwa penggulingan Presiden Irak Saddam Hussein oleh Amerika Serikat dan kekacauan berikutnya yang mengikuti sangat penting untuk meningkatkan kekuasaan organisasi.
Sebagaimana diketahui, Presiden Donald Trump pada 27 Januari lalu menandatangani perintah eksekutif larangan perjalanan ke AS dan membatalkan visa bagi warga Iran, Irak, Libya, Suriah, Somalia, Sudan, dan Yaman. Ia berpendapat bahwa tindakan tersebut diperlukan untuk melindungi negara dan ancaman kelompok-kelompok Islam militan seperti ISIS.
Sejumlah pendukung ISIS sebelumnya merayakan kemenangan Trump pada November di media sosial. Sementara itu, publik yang menaruh perhatian pada pesan dari kelompok jihad ultrakonservatif memprediksi kemenangan Trump akan menjadi “kematian Amerika yang tak lama lagi”. Sejak mengeluarkan perintah eksekutif pekan lalu, Trump meminta para pejabat militer membuat strategi yang komprehensif untuk mengatasi kelompok militan.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari