tirto.id - Gundul-Gundul Pacul termasuk salah satu tembang dolanan atau lagu permainan yang berasal dari Jawa Tengah. Lagu dolanan sendiri dapat didefinisikan sebagai lagu yang biasa dinyanyikan masyarakat, khususnya anak-anak Jawa, saat sedang bermain.
Berbeda dengan kebanyakan lagu di zaman sekarang, lagu dolanan yang diciptakan para leluhur selalu memiliki makna dan filosofi tersendiri.
Makna yang terkandung dalam lagu dolanan biasanya berkaitan dengan pesan sosial, pesan persatuan, serta nilai-nilai budi pekerti yang positif. Maka tak heran bila lagu dolanan kerap dijadikan media untuk pendidikan karakter anak-anak.
Asal-Usul Lagu Gundul-Gundul Pacul
Lagu Gundul-Gundul Pacul dapat dikategorikan sebagai lagu folklor atau lagu tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.
Mengutip jurnalFenomena Lagu Dolanan Gundul-Gundul Pacul Dalam Pendidikan Karakter Anak dan Ranah Sosial karya Adi Suprayogi, folklor bersifat anonim, penyebarannya dilakukan secara lisan, dan akhirnya menjadi milik bersama.
Hal ini pula yang terjadi pada lagu Gundul-Gundul Pacul. Tidak ada yang tahu pasti kapan lagu ini diciptakan dan tidak ada catatan atau bukti autentik mengenai siapa penciptanya.
Namun menurut beberapa literatur, lagu Gundul-Gundul Pacul diperkirakan sudah ada sejak tahun 1400. Lagu ini juga dipopulerkan oleh Sunan Kali Jaga, salah satu ulama Wali Songo yang kerap melakukan dakwah lewat seni lagu.
Lirik Lagu Gundul-Gundul Pacul dan Artinya
Gundhul gundhul pacul cul
gembèlengan
Nyunggi nyunggi wakul kul
gembèlengan
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar
Arti:
Gundul gundul cangkul
Sembrono
Membawa bakul (di atas kepala)
(Dengan) sembrono
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Makna Lagu Gundul-Gundul Pacul
Setiap kalimat dalam lirik lagu Gundul-Gundul Pacul memiliki filosofi tersendiri sehingga menyiratkan pesan atau nasihat yang sangat positif.
Berdasarkan jurnalPemimpin Ideal dalam Perspektif Syair Gundul-Gundul Pacul karya M. Indra Saputra, berikut makna lagu Gundul-Gundul Pacul:
1. Gundul-gundul pacul, gembelengan
Kepala kerap diartikan sebagai pemimpin, tapi juga merupakan lambang kehormatan dan kemuliaan. Sementara rambut adalah lambang mahkota.
Dengan demikian, gundul (kepala tanpa rambut) dapat dimaknai sebagai kehormatan tanpa mahkota
Pacul atau cangkul merupakan alat pertanian dan merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan bekerja sebagai petani. Menurut orang Jawa, pacul berarti papat kang ucul atau empat yang lepas.
Artinya, kemuliaan seseorang tergantung pada empat hal:
- Mata untuk melihat kesulitan rakyat
- Telinga untuk mendengar nasihat
- Hidung untuk mencium wangi kebaikan
- Mulut untuk berucap keadilan
Apabila keempat hal tersebut lepas, maka kemuliaan seseorang juga akan lenyap.
Sedangkan kata gembelengan dapat diartikan sembrono, sombong, besar kepala, dan tidak serius/main-main dalam menggunakan kehormatannya.
Dengan demikian, potongan lirik gundul-gundul pacul, gembelengan bisa dimaknai sebagai: seorang pemimpin bukanlah orang yang memakai mahkota, tetapi mereka yang membawa pacul untuk mencangkul (membuat rakyat sejahtera).
Namun apabila seseorang kehilangan empat hal penting (pacul) yang membentuk kemuliaannya, maka ia akan menjadi orang yang congkak dan sembrono (gembelengan).
2. Nyunggi-nyunggi wakul, gembelengan
Nyunggi adalah istilah yang dipakai ketika seseorang membawa barang di atas kepala. Wakul atau bakul merupakan lambang dari amanah rakyat.
Nyunggi wakul atau membawa bakul di atas kepala dapat didefinisikan sebagai membawa atau menjunjung amanah rakyat.
Di lirik ini digambarkan bahwa seseorang (yang diberi tanggung jawab untuk menjunjung amanah rakyat) justru bersikap sombong (gembelengan)
3. Wakul nggelimpang, segane dadi sak latar
Wakul nggelimpang atau bakul jatuh/terguling adalah lambang amanah rakyat yang terjatuh. Sedangkan segane dadi sak latar memiliki arti bahwa hasil yang selama ini diperoleh akhirnya berantakan dan jadi sia-sia. Sega (nasi) yang terjatuh tak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat dan tidak bisa menyejahterakan rakyat).
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa Gundul-Gundul Pacul mengandung filosofi tentang seorang pemimpin yang harus bisa menjaga amanah dengan baik. Pemimpin tidak boleh sombong, sembrono, atau main-main dengan amanah yang diembankan kepadanya.
Pemimpin juga wajib berusaha membuat rakyatnya sejahtera. Caranya dengan menjunjung amanah rakyat dan tetap menggunakan empat panca inderanya (mata, telinga, hidung, mulut) untuk kepentingan rakyat.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Alexander Haryanto