Menuju konten utama

Investasi Masa Depan yang Manis di Inggris

British Council Indonesia menggelar pameran pendidikan jurusan Bisnis, Perbankan, dan Keuangan yang kian diminati para mahasiswa internasional.

Investasi Masa Depan yang Manis di Inggris
British Council Study UK Discover You. FOTO/British Council

tirto.id - Dalam bukunya yang bertajuk A History of Study Abroad, William Hoffa menulis: “Setiap perjalanan menyimpan pelajaran, apa pun inspirasi dan tujuannya. Namun, apa dan berapa banyak yang dipelajari sangat bergantung pada seberapa terbuka sang pengembara atas apa yang ia temukan dalam perjalanannya.”

Hoffa percaya, belajar ke luar negeri dapat menjadi pengalaman transformatif seseorang untuk melihat dunia dengan sudut pandang baru, menghargai budaya lain, sekaligus memperkuat identitas kebangsaannya.

Bagaimanapun, perjalanan mencari ilmu pengetahuan dengan mendobrak batas geografis telah dilakukan manusia sejak ribuan tahun lalu. Seperti Aristoteles yang meninggalkan Makedonia untuk belajar di Akademi Plato di Athena dan para pengembara seperti Magellan atau Ibnu Batutah yang tak lupa mencari ilmu pengetahuan dalam jejak perjalanan mereka.

Mencari ilmu ke negeri lain memang bukan hal yang asing. Namun, jika menyoal konsep study abroad seperti yang dikenal sekarang, Emo of Friesland merupakan salah satu figur historis ketika pria asal wilayah utara Belanda itu tercatat sebagai mahasiswa asing pertama yang kuliah di Universitas Oxford pada 1190. Keputusannya berkelana ke Inggris demi pendidikan menunjukkan jiwa petualang dan rasa haus akan pengetahuan yang tak terbendung jarak. Perjalanannya ke Oxford menjadi inspirasi dan pembuka jalan bagi para pelajar internasional setelahnya. Seperti Emo, para pengembara itu tak hanya belajar di kelas, tapi juga mencari perspektif lain, dan mengembangkan diri di kultur yang berbeda.

Oxford jelas bukan satu-satunya tujuan di Inggris. Di samping Universitas Cambridge yang merupakan rival abadi Oxford, Inggris memiliki 165 institusi pendidikan tinggi dan 230 kampus dengan ribuan program yang tersedia. Peran Inggris dalam peradaban dunia seperti revolusi industri, sejarah kerajaan, tradisi ratusan tahun di bidang pendidikan tinggi, serta hasil penelitian kelas dunia menjadi faktor yang mendorong Inggris sebagai destinasi edukasi dengan reputasi dan prestise internasional, di mana 4 universitas Inggris (Cambridge, Oxford, University College London, Imperial College London) tidak pernah turun dari 10 besar universitas terbaik dunia versi QS World University Rankings.

Terlepas dari berbagai kekhawatiran isu Brexit akan berdampak luas terhadap kebijakan luar negeri Inggris, termasuk minat studi mahasiswa internasional, dunia pendidikan tampaknya masih menjadi aset nasional yang dapat dibanggakan oleh Inggris. Hal itu tercermin dari data UKVI (UK Visas and Immigration) yang menunjukkan bahwa pada akhir Juni 2017 Inggris telah merilis sekitar 3 ribu visa pelajar, 19% peningkatan pengajuan visa dalam 12 bulan terakhir dan 35% peningkatan dalam 24 bulan terakhir. Statistik pelajar Indonesia di Inggris pun setiap tahun terus meningkat, dengan 18 persen peningkatan di akhir Desember 2016.

Minat mahasiswa internasional untuk belajar di Inggris dipengaruhi oleh berbagai hal. Mulai dari sistem edukasi Inggris yang mengedepankan kemampuan berpikir kritis, akses fasilitas pendidikan terbaik, kesempatan magang yang luas, mendalami bahasa Inggris sebagai modal karier, hingga pengalaman hidup di kota dengan keragaman kultur yang tinggi seperti London yang menjadi peringkat tiga kota edukasi terbaik di dunia versi QS Best Student Cities 2015. Laporan dari International Student Barometer baru-baru ini: 90 persen dari mahasiswa internasional di Inggris merasa bahagia dengan pengalaman mereka belajar di Inggris. Hasil dari 137 ribu responden itu merupakan yang tertinggi jika dibandingkan negara berbahasa Inggris lainnya seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.

Berdasarkan laporan Universities UK tentang pola dan tren pendidikan tinggi Inggris tahun 2017, proporsi mahasiswa asing di Inggris yang meningkat dari 14 persen di tahun 2006-2007 menjadi 19 persen di tahun 2015-2016 juga berdampak positif pada ekonomi Inggris, di mana mahasiswa internasional menyumbangkan £10.8 miliar untuk pendapatan ekspor Inggris dan menghidupi 206.600 pekerjaan lewat biaya pendidikan, akomodasi, dan pengeluaran non-studi mereka selama di Inggris.

Laporan tersebut juga mengungkap bahwa, dari sekian banyak jurusan yang tersedia, saat ini yang kian menarik minat mahasiswa internasional adalah jurusan Bisnis, Perbankan, dan Keuangan. Dari total 3.445 mahasiswa Indonesia jenjang sarjana dan pascasarjana yang kuliah di Inggris tahun 2015/2016, 1140 orang mengambil konsentrasi di bidang Bisnis, Perbankan, dan Keuangan.

Temuan tersebut memperkuat data dalam The Guardian Postgraduate Guide 2015 yang melaporkan bahwa jurusan pascasarjana paling diminati di Inggris adalah yang berkaitan dengan Bisnis dan Finansial. Hampir dari seperempat mahasiswa internasional di Inggris mengambil jurusan bidang Bisnis dan Finansial.

Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia, bukan hal aneh jika Inggris memiliki banyak lembaga pendidikan di bidang Bisnis, Perbankan, dan Keuangan kelas wahid dengan Oxford, London Business School, dan Cambridge menempati posisi lima besar universitas yang menyediakan gelar bisnis dan ekonomi terbaik di dunia dan telah menghasilkan deretan alumni terkenal dan sukses di bidang bisnis.

Alasan Studi di Inggris

Ditilik dari sisi historis pun, Inggris telah melahirkan berbagai inovasi sistem perbankan yang kita kenal sekarang. Menurut Payments Council yang mewakili bank-bank di Inggris, setengah dari 10 bank tertua di dunia yang masih beroperasi sampai sekarang ada di Inggris. Sejarah perbankan Inggris dimulai dari aktivitas para pandai emas di London abad 17 yang memperkenalkan praktik perbankan modern seperti deposito dengan bunga, memberi pinjaman dari dana yang terkumpul di deposito, penukaran valuta asing, transfer uang antara lembaga atau individu, hingga mencetak bilyet giro dan cek sebagai alat pembayaran. Tradisi dan komitmen Inggris pada bidang keuangan pun diperkuat dengan dimasukkannya mata pelajaran Finansial dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama negara tersebut sejak September 2014.

Jurusan Bisnis sendiri kian populer karena dianggap lebih mudah membuka peluang karier. Dilansir dari Independent, lulusan Bisnis lebih cepat mendapat kerja dalam kurun waktu tiga bulan setelah lulus dibanding jurusan lain, karena sekolah bisnis umumnya punya hubungan dekat dengan berbagai perusahaan dan banyak perusahaan yang menganggap jika lulusan Bisnis memiliki motivasi lebih besar dalam dunia bisnis.

Masih dari artikel yang sama, Profesor Simon Collison yang merupakan dekan dari sekolah bisnis Universitas Birmingham juga mengungkapkan bahwa mahasiswa Bisnis adalah mereka yang mementingkan karier. “Lulusan Bisnis memang lebih mudah direkrut ke industri dan perdagangan, tapi saya tidak bilang mereka semua ingin kerja di kota dan perusahaan besar. Belajar bisnis bukan semata soal uang. Tren yang ada sekarang adalah para calon sarjana ingin menjadi social entrepreneur (wirausaha sosial). Mereka tahu apa yang ingin mereka kejar dalam karier, dan belajar bisnis menjadi dasar untuk itu,” katanya.

Seperti yang pernah dicetuskan Benjamin Franklin, “Investasi berupa pengetahuan akan menghasilkan bunga yang terbaik”, lulusan Bisnis pun mempunyai prospek karier yang cerah, termasuk di Indonesia. Laporan Kelly Services Salary Guide 2016 tentang rentang gaji di berbagai lapangan kerja di Indonesia menyebut Industri Keuangan sebagai peringkat kedua dalam lima besar industri dengan gaji tertinggi dan Manajer Keuangan sebagai salah satu profesi paling diincar dengan pendapatan sekitar 20 sampai 35 juta per bulan. Dengan melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan akan semakin positif, kebutuhan akan lulusan ilmu Bisnis, Perbankan, dan Keuangan yang mumpuni menjadi hal yang cukup vital untuk mewujudkan prediksi itu.

Menangkap tingginya minat studi Bisnis, Perbankan, dan Keuangan di Inggris, British Council Indonesia tahun lalu sempat mengadakan pameran pendidikan tinggi Inggris yang berfokus di bidang tersebut. Jika Anda termasuk yang melewatkan kesempatan itu, Anda dapat bernapas lega karena tahun ini British Council Indonesia kembali menggelar pameran serupa dengan tajuk Study UK Exhibition: Business, Banking, and Finance (Pameran Pendidikan Inggris: Bisnis, Perbankan, dan Keuangan) 2017.

Dihadiri oleh 19 lembaga pendidikan terkemuka Inggris yang mencakup penyelenggara pendidikan program foundation, sarjana, dan pascasarjana, di pameran pendidikan ini para calon mahasiswa tak hanya dapat melihat langsung presentasi dari perwakilan lembaga tersebut, tapi juga mengikuti berbagai seminar dengan topik-topik penting seputar berkuliah di Inggris. Mulai dari seminar tentang kebijakan visa pelajar dan imigrasi Inggris, mendapat nilai bagus di tes IELTS (The International English Language Testing System), mengenal Beasiswa Chevening, hingga sesi berbagi cerita tentang pengalaman belajar dan tinggal di Inggris oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK).

Bagi para praktisi Bisnis, Perbankan, dan Keuangan yang telah terjun di dunia kerja sekalipun, Anda juga dapat memperoleh wawasan baru lewat beberapa seminar menarik seperti seminar tentang Perbankan dan Jasa Keuangan Islam oleh University of Salford dan mendiskusikan dinamika yang terjadi pada industri perbankan Indonesia bersama Leicester Castle Business School dalam ajang yang sama.

Study UK Exhibition Business Banking and Finance akan diadakan pada hari Minggu, 26 November 2017 pukul 13.00-19.00 WIB di ballroom Hotel Pullman, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. Pameran pendidikan ini tidak dipungut biaya dan peserta dipersilakan mendaftarkan diri secara online.

Baca juga artikel terkait INGGRIS atau tulisan lainnya dari Advertorial

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Advertorial
Penulis: Advertorial
Editor: Advertorial