Menuju konten utama

Inggris Hadapi Inflasi Tertinggi Sejak September 2013

Tingkat inflasi yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 2,7 persen bulan lalu, naik dari 2,3 persen pada Maret.

Inggris Hadapi Inflasi Tertinggi Sejak September 2013
Pangeran Philip dan Ratu Elizabeth meninggalkan Istana Buckingham di London, Inggris, Kamis (4/5). ANTARA FOTO/REUTERS/Neil Hall

tirto.id - Tingkat inflasi Inggris terus meningkat, mencapai rekor tertinggi pada April, sebut data yang dirilis Kantor Statistik Nasional (ONS) pada Selasa (16/5/2017).

Tingkat inflasi yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 2,7 persen bulan lalu, naik dari 2,3 persen pada Maret menjadi yang tertinggi sejak September 2013.

"Tarif udara yang naik 18,6 persen dari bulan sebelumnya merupakan kontributor utama kenaikan inflasi pada bulan April 2017, meskipun ini menyeimbangkan dampak turun yang serupa pada bulan Maret 2017 dan jatuh setelah Paskah di akhir tahun lalu," demikian data ONS sebagaimana dikutip dari Channel News Asia.

Meningkatnya harga pakaian, bea cukai, dan listrik juga berkontribusi terhadap kenaikan inflasi.

"Kontribusi ke atas ini sebagian diimbangi oleh turunnya harga bahan bakar motor antara Maret 2017 dan April 2017, dibandingkan dengan kenaikan antara dua bulan yang sama setahun yang lalu," tambah ONS.

Bank sentral Inggris, Bank of England (BoE), memperkirakan dalam Laporan Inflasi terakhir bahwa inflasi Inggris akan mencapai puncaknya di bawah 3,00 persen tahun ini.

IHK telah meningkat di atas target Komite Kebijakan Moneter 2,00 persen karena depresiasi sterling telah mulai mendorong harga-harga konsumen, BoE mencatat.

Sterling mengalami depresiasi yang tajam sejak referendum Juni lalu. Meskipun menemukan kembali beberapa ruang, masih tetap 16 persen di bawah puncak November 2015.

Pound yang lemah telah menaikkan harga barang impor dan cenderung menyebabkan tekanan lebih lanjut pada harga-harga konsumen dalam beberapa bulan mendatang, kata analis pasar.

BoE membatasi perkiraan pertumbuhan ekonominya, karena ketidakpastian Brexit membebani sebelum pemilihan umum bulan depan. Namun, bank sentral itu menyarankan agar menaikkan suku bunga lebih tajam dari yang diperkirakan jika pembicaraan Brexit berjalan lancar dan ekonomi tetap stabil.

Bank sentral mengatakan bahwa lonjakan inflasi terutama disebabkan oleh penurunan 16 persen sterling sejak referendum Inggris tahun lalu meninggalkan Uni Eropa.

"BoE kemungkinan akan menyadari lonjakan inflasi pada bulan April saat merilis prakiraan baru dan membuat keputusannya minggu lalu. Jadi dari perspektif kebijakan moneter, sedikit mungkin telah berubah," kata Craig Erlam, analis di perusahaan perdagangan Oanda.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Bisnis
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari