tirto.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan bahwa pada periode pengamatan Jumat (20/11/2020) pukul 06:00 hingga 12:00 WIB terdengar satu kali suara guguran dengan intensitas lemah dari Pos Babadan.
Sebelumnya pada periode pengamatan Jumat (20/11/2020) pukul 00:00-06:00 WIB teramati asap kawah berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah Gunung Merapi.
Selain itu, dalam periode pengamatan yang sama juga terdengar suara guguran dari Gunung Merapi sebanyak empat kali dengan intensitas lemah hingga sedang dari Pos Babadan.
Aktivitas Gunung Merapi Terkini
Periode pengamatan
Jumat (20/11/2020) pukul 06:00 hingga12:00 WIB
Meteorologi
Cuaca berawan dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat. Suhu udara 20-26 °C, kelembaban udara 62-75 %, dan tekanan udara 626-687 mmHg.
Visual
● Gunung kabut 0-I hingga kabut 0-II. Asap kawah tidak teramati.
● Terdengar suara guguran satu kali dengan intensitas lemah dari Pos Babadan.
Kegempaan
■ Guguran
(Jumlah : 14, Amplitudo : 4-35 mm, Durasi : 17.1-27.9 detik)
■ Hembusan
(Jumlah : 20, Amplitudo : 2-8 mm, Durasi : 9.8-17.7 detik)
■ Hybrid/Fase Banyak
(Jumlah : 94, Amplitudo : 3-27 mm, S-P : 0.3-0.4 detik, Durasi : 6.1-11 detik)
■ Vulkanik Dangkal
(Jumlah : 13, Amplitudo : 40-75 mm, Durasi : 13-35.8 detik)
Gelombang Seismik Aktivitas Gunung Merapi Mulai Meningkat
Pos Pantau Gunung Merapi Induk Balerante yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mengatakan bahwa gelombang seismik aktivitas Gunung Merapi yang terekam pada seismograf mulai memperlihatkan peningkatan seiring perubahan status dari waspada ke siaga.
Berdasarkan pantauan di Desa Balerante pada Kamis kemarin, grafik di gelombang seismik menunjukkan pergerakan dengan rentang 1 cm dari grafik yang seharusnya.
Menurut koordinator Pos Pantau Merapi Induk Balerante Agus Sarnyata mengatakan arti pergerakan tersebut menunjukkan bahwa di puncak gunung terjadi guguran.
"Sebetulnya, peralatan ini sebagai acuan saja. Kami lebih ke pantauan secara visual. Itu kalau ada indikasi guguran, dari sini baru beberapa kali terdengar, kemarin pagi terdengar gemuruh, ini tadi tidak," katanya melansir laman Antara.
Ia mengatakan jika grafik menunjukkan perbedaan maka petugas pos pantau akan mencari informasi di pos-pos lain untuk memastikan kondisi puncak Gunung Merapi pada saat itu.
Dari pos pantau yang lain, pihaknya memastikan apakah benar di puncak terjadi guguran atau bahkan lava.
"Pos kami ada tiga, kalau pos kami terdengar semua maka informasi akan valid. Kalau cuma satu saya belum berani menyebut terdengar suara, kecuali tiga sumber melihat. Kalau terjadi awan panas dan lava pijar dan dari sini melihat maka kami sampaikan informasi tersebut," katanya.
Sementara itu, indikasi awal jika terjadi pergerakan yang tidak biasa pada puncak Gunung Merapi maka audio yang terus berdenging di seluruh penjuru desa akan terdengar melengking.
"Kalau suaranya datar artinya normal, tetapi kalau sudah melengking masyarakat langsung sadar diri untuk segera turun. Ini sudah bagus, kalau dulu sebelum tahun 2006, suara terdengar melengking seperti ini kami harus jemput ke atas untuk mengajak mereka turun," katanya.
Bahkan, saat ini sebagian masyarakat sudah memilih "handy talkie" (HT) yang terhubung dengan frekuensi radio pos induk sehingga kapan saja bisa tahu kondisi terkini puncak Gunung Merapi.
Editor: Agung DH