tirto.id - Usai diadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte di Perdana Putra Building, Putra Jaya, Kuala Lumpur, Kamis (10/11/2016), Pemerintah Malaysia dan Filipina menyatakan sepakat bekerjasama mewujudkan misi perburuan penculikan dan teroris yang melintas batas ketiga negara. Indonesia juga terlibat dalam mewujudkan kerjasama bilateral ini.
Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak mengatakan kerjasama tersebut merupakan sebuah perkembangan terbaru untuk ketiga negara dalam rangka meningkatkan keselamatan rakyat terutama di Sabah.
Misi perburuan penculik dimaksudkan pasukan pengamanan dari ketiga negara dibolehkan memasuki sempadan untuk mengejar penculik setelah sebelumnya sudah memberitahukan kepada angkatan laut dari ketiga negara, apabila telah memasuki sempadan masing-masing negara.
"Sehubungan ini, kementerian pertahanan ketiga negara akan mengadakan pertemuan di Vientiane, Laos pada 22 November ini untuk memperbincangkan prosedur operasi standard (SOP) dan aspek perundangan sebelum kesepakatan dapat dilaksanakan lebih lanjut," katanya.
Sebanyak 10 kasus penculikan melibatkan warga Malaysia dan lima di antaranya masih dalam tahanan kumpulan penculik.
Perdana Menteri Najib mengatakan proses perdamaian di selatan Filipina memasuki fase pemantauan dan bukan lagi fase perundingan.
Pada kesempatan tersebut Filipina juga setuju dengan keinginan Malaysia untuk memulangkan pekerja ilegal Filipina secara bertahap.
Najib Razak juga meminta kepada Presiden Duterte untuk membuka Konsul Filipina di Kota Kinabalu, Sabah.
Presiden Rodrigo Duterte tiba di Gedung Perdana Putra pukul 16.30 petang disambut lagu kebangsaan Filipina dan Lagu Negaraku.
Duterte kemudian memeriksa 103 pasukan pengawal dan pasukan Batalion Pertama Rejimen Askar Melayu Diraja.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh