tirto.id - Hoax atau kabar bohong dinyatakan sebagai kabar yang sudah direncanakan oleh penyebarnya. Hal itu disampaikan oleh ahli komunikasi dari Universitas Indonesia Profesor Muhammad Alwi Dahlan, yang juga mengatakan hoax merupakan manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman yang keliru.
"Hoax merupakan manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah," ujar Alwi di Jakarta, Rabu, (11/1/2017) seperti dikutip dari Antara.
Lebih lanjut ia menjelaskan ada perbedaan antara "hoax" dengan berita salah kutip. Menurutnya, dalam hoax ada unsur penyelewengan fakta untuk mengarahkan orang ke arah yang tidak benar.
"Berbeda antara hoax dengan berita karena orang salah kutip. Pada hoax ada penyelewengan fakta sehingga menjadi menarik perhatian masyarakat," terangnya.
Menurutnya penyebaran hoax tersebut juga dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi. Semakin canggih tekonologi, penyebarannya juga bisa semakin pesat.
"Semakin canggih teknologi, juga memberikan kemungkinan terjadi penyesatan informasi yang serius menjadi semakin banyak," ungkapnya.
Ia lalu memaparkan pada dua dekade lalu, internet yang belum berkembang pesat belum bisa dijangkau oleh banyak orang. Hanya kalangan tertentu, namun sekarang perkembangannya sudah membuat semua orang bisa menjangkaunya.
"Dan memang ada sifat manusia yang seperti itu, seperti suka melebih-lebihkan sesuatu dalam berbicara serta suka dengan desas-desus," papar dia.
Meskipun, menurut Alwi, kebiasaan orang dalam melebih-lebihkan sesuatu sudah ada sejak jaman dulu namun dulu belum terfasilitasi oleh teknologi yang bisa menjangkau semua lapisan dalam waktu yang cepat. Dengan adanya kecanggihan teknologi, terutama ruang media sosial membuat penyebaran kabar tersebut menjadi lebih luas dan semakin mudah mendapatkan perhatian.
Untuk mengantisipasi perkembangan hoax, Alwi meminta masyarakat agar tidak reaktif dalam merespon setiap kabar yang tersebar via internet.
"Karena dengan menyebarkan kabar tidak benar tersebut, merupakan 'prestasi' tersendiri bagi pembuat kabar tersebut," tukas dia
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh