tirto.id - Hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia saat ini. Penyakit darah tinggi ini sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer yang ada di Indonesia. Risiko hipertensi di Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan pola hidup yang tidak sehat.
Berdasarkan Info Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hipertensi merupakan kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan data Rikesdas 2013.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sendiri merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.
Tekanan darah tinggi yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) jika tidak terdeteksi secara dini dan tidak mendapatkan pengobatan yang memadai.
Pada e-book Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular yang ditulis oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia pada tahun 2015, hipertensi memiliki tahapan tertentu.
Hipertensi derajat 1, di mana tekanan darah sistolik 140-159 mmHg, dan tekanan darah diastolik lebih dari 90-99 mmHg, kemudian hipertensi derajat 2, tekanan darah sistolik lebih dari 160-179 mmHg, dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg, dan hipertensi derajat 3, tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg, dan tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.
Untuk mencegah hipertensi, pola hidup sehat penting untuk dilakukan. Dengan menjalani pola hidup sehat, tekanan darah menurun dan secara umum akan mengurangi risiko permasalahan kardiovaskular.
Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor kardiovaskular lain, maka strategi memulai hidup sehat merupakan cara pengobatan tahap awal yang bagus, dan harus dijalani selama 4-6 bulan. Jika setelah jangka waktu tersebut tekanan darah tidak juga menurun, atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Pola hidup sehat yang dianjurkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia adalah dengan menurunkan berat badan, mengurangi asupan garam, rutin melakukan olahraga, mengurangi konsumsi alkohol, dan menghentkan kebiasaan merokok.
Langkah pengobatan selanjutnya, adalah terapi farmakologi. Terapi ini dimulai bila pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah lebih dari 6 bulan menjalani pola hidup sehat, dan juga untuk pasien hipertensi derajat 2 dan seterusnya.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir efek samping, yaitu dengan memberikan obat dosis tunggal, seperti obat generic (non-paten), memberikan obat pada pasien lanjut usia (di atas usia 80 tahun) sama seperti ketika memberikan obat untuk pasien 55-80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs), kemudian memberikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi, dan lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.