Menuju konten utama

Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2021: Sejarah, Tema 10 September

Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 10 September 2021: sejarah dan tema.

Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2021: Sejarah, Tema 10 September
Ilustrasi kesehatan mental saat wabah Virus. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2021 (World Suicide Prevention Day) diperingati pada 10 September. Peringatan ini dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2003. WHO menganggap serius isu bunuh diri, hingga menggandeng International Association of Suicide Prevention (IASP) untuk memperingati hari ini.

Menurut data WHO, bunuh diri telah menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju dan menjadi masalah yang terus meningkat jumlahnya di negara berpenghasilan rendah dan sedang.

Sekitar 800 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Ini berarti kurang lebih setiap 40 detik ada orang yang melakukan bunuh diri di seluruh dunia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merinci beberapa gejala dini yang harus diperhatikan untuk mendeteksi secara dini percobaan bunuh diri pada individu, menurut Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr. Eka Viora, Sp.KJ.

Beberapa di antaranya kesedihan, kecemasan, perubahan suasana perasaan, keresahan, cepat marah, penurunan minat terhadap aktivitas sehari-hari seperti kebersihan, penampilan, makan, sulit tidur, sulit untuk mengambil keputusan, perilaku menyakiti diri sendiri seperti tidak mau makan, melukai diri dan mengisolasi diri.

Sejarah Hari Pencegahan Bunuh Diri 10 September

Menurut WHO, bunuh diri sebagian besar terjadi di negara-negara terbelakang dan berkembang. Setiap 40 detik ada orang yang menjadi korban bunuh diri di seluruh dunia.

Angka-angka ini cukup mencengangkan, mengingat bunuh diri sebenarnya bisa dicegah. Penyakit mental yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati adalah alasan terbesar di balik bunuh diri.

Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri (IASP) memprakarsai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada 2003. Hari ini disponsori bersama oleh Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental dan WHO.

Tujuan hari ini dibuat untuk meneliti dan mengumpulkan data tentang perilaku bunuh diri, menentukan berbagai penyebab dan mengapa tanda-tandanya tidak diketahui, dan mengembangkan praktik dan kebijakan yang baik untuk pencegahan bunuh diri.

Acara dan kegiatan pada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia meliputi konferensi, seminar, dan forum diskusi; merumuskan kebijakan baru untuk pencegahan bunuh diri, dan lain-lain.

Tema Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 10 September

Tema Hari Pencegahan Bunuh Diri adalah "Menciptakan Harapan Melalui Tindakan" (Creating Hope Through Action) sebagai pengingat ada jalan keluar selain bunuh diri, dan tindakan kita, tidak peduli seberapa besar atau kecil, dapat memberikan harapan bagi mereka yang sedang berjuang.

Mencegah bunuh diri sangat mungkin dilakukan. Melalui tindakan, Anda dapat membuat perbedaan bagi seseorang di saat-saat tergelap mereka - sebagai anggota masyarakat, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai kolega atau sebagai tetangga.

"Kita semua dapat berperan dalam mendukung mereka yang mengalami krisis bunuh diri atau mereka yang berduka karena bunuh diri," tulis IASP melalui lamannya.

Pikiran untuk bunuh diri itu kompleks. Faktor dan penyebab yang mengarah pada bunuh diri sangat kompleks dan banyak. Tidak ada pendekatan tunggal yang berhasil untuk semua orang.

Apa yang kita ketahui adalah bahwa ada faktor dan peristiwa kehidupan tertentu yang dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap bunuh diri dan kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi juga dapat menjadi faktor penyebabnya.

----

Depresi bukan lah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Baca juga artikel terkait HARI PENCEGAHAN BUNUH DIRI atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra

Artikel Terkait