tirto.id - Berbagai faktor bisa memengaruhi harga emas, misal, kebijakan ekonomi, inflasi, dan ketegangan geopolitik. Dalam beberapa waktu terakhir, harga emas sempat mengalami penurunan, meski selama ini terus menunjukkan tren kenaikan, baik di pasar global maupun domestik.
Harga emas Antam pada hari ini, Senin (7/4/2025) mengalami penurunan Rp23.000 setelah pada Sabtu (5/4/2025) anjlok Rp38.000, sehingga harga jual emas kini menjadi Rp1.758.000 dari sebelumnya Rp1.781.000 per gram.
Setelah Lebaran 2025, harga emas belum menunjukkan tren kenaikan signifikan. Faktor-faktor yang membuat harga emas tidak pasti ini antara lain kondisi ekonomi global serta potensi kebijakan perdagangan AS yang dapat mendorong permintaan aset safe haven seperti emas.
Harga Emas Setelah Lebaran Naik atau Turun?
Menurut data hari ini, harga emas Antam menunjukkan penurunan. Beberapa faktor utama yang mendorong tren ini mencakup pelemahan dolar AS, kebijakan tarif perdagangan yang akan diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada 2 April, serta permintaan tinggi dari bank sentral dan investor sebagai upaya lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi.
Meski begitu, Ross Norman, seorang analis independen, dikutip The Economic Times, menyebut bahwa emas masih memiliki potensi untuk naik dalam waktu dekat.
Selain itu, Han Tan, analis dari Exinity Group, menegaskan bahwa keputusan tarif perdagangan AS pada awal April dapat menjadi katalis utama bagi lonjakan harga emas. Jika kebijakan yang diumumkan lebih ketat dari yang diantisipasi, harga emas bisa mendapatkan dorongan signifikan.
Meskipun prospek harga emas diprediksi bangkit setelah Lebaran, investor harus menyadari bahwa fluktuasi tetap dapat terjadi akibat berbagai faktor global, seperti kebijakan ekonomi AS, kebijakan moneter internasional, inflasi, serta dinamika geopolitik.
Meski banyak analis memperkirakan kenaikan harga emas, ada potensi koreksi harga jika sentimen pasar berubah, terutama jika ketegangan geopolitik mereda atau suku bunga AS mengalami penyesuaian yang tidak terduga.
Oleh karena itu, sebelum berinvestasi, penting bagi investor untuk mempertimbangkan diversifikasi portofolio agar tidak hanya bergantung pada emas sebagai aset utama. Seperti yang disampaikan oleh Dinon Hughes dari Nvest Financial, emas lebih ideal sebagai instrumen lindung nilai dan diversifikasi, bukan sekadar alat spekulasi jangka pendek.
Kapan Harga Emas Akan Turun?
Harga emas cenderung mengalami penurunan ketika terjadi kenaikan suku bunga, penurunan inflasi, penguatan dolar AS, atau peningkatan pasokan emas di pasar. Kenaikan suku bunga membuat instrumen investasi berbunga menjadi lebih menarik dibandingkan emas, yang tidak memberikan imbal hasil.
Selain itu, ketika inflasi menurun dan kondisi ekonomi lebih stabil, daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi juga berkurang. Penguatan dolar AS juga berdampak negatif pada harga emas karena membuatnya lebih mahal bagi investor dengan mata uang lain.
Di sisi lain, peningkatan pasokan emas akibat meningkatnya aktivitas pertambangan atau penjualan cadangan oleh bank sentral juga dapat menyebabkan harga emas turun. Situasi politik dan ketidakpastian global juga turut berperan dalam pergerakan harga emas.
Ketika ketegangan geopolitik atau krisis ekonomi mereda, investor cenderung beralih ke aset lain yang lebih menguntungkan, sehingga permintaan emas menurun dan harga ikut terkoreksi. Misalnya, setelah krisis keuangan global berakhir pada awal 2010-an, harga emas mengalami penurunan signifikan seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Meskipun harga emas dalam jangka panjang cenderung naik, investor harus memahami bahwa penurunan harga dapat terjadi secara periodik akibat berbagai faktor pasar.
Penulis: Astam Mulyana
Editor: Dipna Videlia Putsanra