Menuju konten utama

Hal-hal yang Merusak Pahala Puasa: Bohong, Gibah, hingga Adu Domba

Lima (5) perbuatan/hal yang menghapus pahala puasa Ramadan yaitu berbohong, menggunjing, mengadu domba, bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat

Hal-hal yang Merusak Pahala Puasa: Bohong, Gibah, hingga Adu Domba
Ilustrasi Perempuan Berkerudung. foto/istockphoto

tirto.id - Puasa Ramadhan dilakukan dengan cara menahan diri dari makan, minum, atau perkara yang membatalkan misalnya hubungan suami-istri pada siang hari. Meskipun demikian, umat Islam yang menjalankan puasa tidak "hanya" melakukan itu saja. Seorang muslim mesti waspada terhadap hal-hal yang merusak pahala puasa.

Puasa memang bermakna menahan diri dari hal-hal yang membatalkan sejak terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenam matahari (waktu magrib). Namun, perlu diperhatikan sabda Nabi Muhammad, "Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tidak mendapatkan balasan kecuali lapar dan haus" (H.R. Ath-Thabrani)

Oleh karenanya, seorang muslim yang berpuasa mesti berhati-hati agar upayanya menahan diri sejak subuh hingga magrib tidak sia-sia. Secara umum, ia mesti mengendalikan hawa nafsu, lebih baik diam demi menghindari perkataan dan perbuatan yang percuma.

Diriwayatkan dari Anas, Nabi Muhammad bersabda, "Ada lima perbuatan yang menghapus pahala puasa, yaitu berbohong, menggunjing, mengadu domba, bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat".

Pertama, berdusta atau berbohong, menyampaikan informasi yang tidak berdasarkan fakta sesungguhnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah menekankan, "Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta (tetapi justru) mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan (saat puasa)" (H.R. Bukhari 1903).

Berdasarkan pendapat Ustaz Abdul Wahab, Lc. yang mengisi kajian "Lima Perbuatan yang Dapat Menghilangkan Pahala Puasa" di kanal Youtube K.H. Abdullah Gymnastiar (AA Gym), hikmah tersendiri pandemi virus Corona (COVID-19) yang melanda Indonesia adalah umat Islam terjaga dari berbohong karena intensitas pertemuan dengan orang lain yanng sedikit. Namun, perlu juga diperhatikan ketika membagi berita-berita yang mengandung hoax.

Kedua, gibah atau menggunjing, atau perbuatan yang membicarakan keburukan orang lain. Nabi Muhammad menegaskan, gibah ini adalah "kau ceritakan hal tentang saudaramu, yang jika ia mendengar, maka ia tidak rela".

Terkait hal ini ada sabda Rasulullah bahwa, "Bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak misik.” (H.R. Bukhari 1894). Riwayat tersebut dapat dimaknai lebih jauh, agar seseorang yang berpuasa hendakya mengontrol diri, atau lebih banyak diam.

Gibah yang berlebihan atau mengada-ada akan menjadi fitnah. Bahkan, tingkat kerusakannya akan lebih buruk, karena di dalamnya terdapat tuduhan-tuduhan palsu atau sangkaan yang salah. Seperti halnya gibah, fitnah juga merusak pahala puasa.

Ketiga, mengadu domba atau menciptakan perselisihan atau pertikaian dua pihak yang awalnya sepaham atau rukun. Mengadu domba ini adalah kelanjutan gibah dan fitnah di atas. Tindakan ini dalam tataran iseng atau sekadar kebiasaan saja sudah mengurangi pahala, apalagi jika tujuannya mencari keuntungan atau memanfaatkan situasi.

Keempat, memandang dengan syahwat. Puasa digunakan untuk mengontol hawa nafsu. Oleh karenanya, akan disayangkan jika seseorang dalam situasi berpuasa, terus-menerus memandang sesuatu yang bisa membangkitkan hasrat.

Lebih jauh, Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dalam Hamisyi Al-Hawasyil Al-Madaniyyah (Syarah Bafadhal) memberikan rambu-rambu hal yang makruh dilakukan ketika berpuasa, yaitu terlalu asyik pada sesuatu yang sifatnya duniawi. Ketika syahwat timbul, maka bisa saja membatalkan pahala puasa.

"Disunahkan bagi orang yang berpuasa meninggalkan syahwat yang (meskipun) diperbolehkan dan tidak membatalkan puasa seperti terlalu asyik mendengar, melihat, menyentuh, seperti mencium bunga, menyentuh dan memandanginya. Sesungguhnya keasyikan yang demikian ini tidak sesuai dengan hikmah puasa. Oleh karena itulah hukumnya menjadi makruh. Begitu pula hal serupa."

Kelima atau terakhir yakni sumpah palsu. Ini meliputi ucapan atau keterangan saksi yang isinya tidak benar atau tidak sesuai fakta. Sumpah palsu ini berbahaya karena menguntungkan sebuah pihak dan merugikan pihak lain. Selain itu sumpah palsu akan berujung pada menangnya kezaliman dan tertutupnya kebenaran.

Lima perbuatan yang disebutkan di atas sudah semestinya dihindari demi menjaga ibadah puasa pada bulan Ramadan.

Berikut ini video "Lima perbuatan yang Dapat Menghilangkan Pahala Puasa" oleh Ustaz Abdul Wahab dan Aa Gym.

Baca juga artikel terkait HAL YANG MERUSAK PAHALA PUASA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Fitra Firdaus