Menuju konten utama

Gunung Agung Bali Siaga, 1.259 Masyarakat Mengungsi

BNPB menjelaskan, jumlah pengungsi Gunung Agung akan terus bertambah mengingat belum semua data dilaporkan ke Pusdalops BPBD Bali.

Gunung Agung Bali Siaga, 1.259 Masyarakat Mengungsi
Sejumlah wisatawan beraktifitas di Pura Besakih yaitu Pura yang berada di kaki Gunung Agung, Karangasem, Bali, Selasa (19/9/2017). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

tirto.id - Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali masih menunjukkan aktivitas vulkanik tinggi sejak statusnya naik menjadi siaga. Meskipun kepala daerah setempat belum memerintahkan secara resmi, banyak warga setempat yang telah mengungsi. Jumlah pengungsi diperkirakan akan terus bergerak naik.

“Data sementara dari Pusdalops BPBD Provinsi Bali, saat ini terdapat 1.259 jiwa pengungsi,” papar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui rilis yang diterima Tirto, Jumat (22/9/2017).

Sutopo menambahkan, jumlah pengungsi akan terus bertambah mengingat belum semua data dilaporkan ke Pusdalops BPBD Bali. Sebagian besar masyarakat mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar tahun 1963.

Tanda-tanda yang dirasakan masyarakat berupa gempa vulkanik yang sering terjadi saat ini mirip dengan kejadian sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963. BNPB menjelaskan letusan saat itu berlangsung hampir selama setahun yaitu 18 Februari 1963 hingga 27 Januari 1964. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka.

Indikasi pergerakan magma ke permukaan, menurut catatan BNPB, hingga hari ini terus berlangsung hingga menyebabkan gempa vulkanik sering terjadi.

“Pada Kamis [21/9/2017] antara pukul 06.00 – 12.00 Wib merekam 144 kali gempa vulkanik dalam dan 10 kali gempa vulkanik dangkal. Ada proses pergerakan magma yang mendorong permukaan dan meruntuhkan batuan yang menyumbatnya di pada jarak 5 kilometer di bawah permukaan bumi,” jelas Sapto.

Untuk itu, berdasarkan rekomendasi PVMBG, BNP mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung dan wisatawan tidak melakukan aktivitas di seluruh area di dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak. “Artinya di dalam wilayah tersebut harus kosong atau tidak ada aktivitas masyarakat karena berbahaya jika sewaktu-waktu gunung meletus,” paparnya.

BNPB sudah menyiapkan sejumlah titik pengungsian, diantaranya: pos pengungsian di Desa Les Buleleng, aula Kantor Desa Tembok Kecamatan Tejakula, pos pengungsi GOR Swecaparu Kecamatan Klungkung, dan pos Balai Banjar Desa Adat Sanggem.

Banjar atau balai desa menjadi tempat pengungsian yang lebih nyaman, begitu juga mengungsi di kerabat atau desa sekitarnya. BNPB pun menyarankan agar dicari desa-desa di sekitar yang aman dan bisa menampung pengungsi.

BNPB juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Saat ini masih terus disiapkan sarana dan prasarana di pos pengungsian. Prioritas pengungsian adalah kelompok rentan yaitu balita, ibu hamil, lansia dan disabilitas.

Tim bantuan medis juuga telah disiapkan. Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem dengan didukung Dinkes Provinsi Bali. Nantinya tim medis akan melayani pengungsi jika terjadi erupsi Gunung Agung, Kabupaten Karangasem.

"Tim bantuan medis ini bertugas menyesuaikan tempatnya dengan posko pengungsian yang dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karangasem," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu (20/9/2017).

Tim bantuan medis yang akan diterjunkan untuk setiap posko pengungsian terdiri dari unsur dokter, perawat, bidan, tenaga farmasi, dan petugas kesehatan lingkungan, serta mereka ini akan ditugaskan bergilir selama 24 jam.

"Tim ini merupakan tim dari puskesmas setempat yang ditugaskan standby di pos pengungsian, dan nantinya akan didukung oleh tim kesehatan dari kabupaten lain, maupun dari provinsi jika dirasa kewalahan melayani lonjakan jumlah pengungsi," ujar Suarjaya.

Baca juga artikel terkait GUNUNG AGUNG BALI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari