Menuju konten utama

Gubernur BI Optimistis Kawasan ASEAN Semakin Tahan Krisis

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan optimistis resiliensi kawasan ASEAN terhadap ancaman krisis semakin membaik.

Gubernur BI Optimistis Kawasan ASEAN Semakin Tahan Krisis
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan) bersama Kepala Ekonomi IMF Maurice Obstfield (kiri), Deputi Direktur Otoritas Moneter Singapura Ong Chong Tee (kanan) dan pengamat ekonomi Chatib Basri (kedua kiri) menjadi pembicara seminar ekonomi internasional di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/4/2017). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai negara-negara di kawasan ASEAN saat ini telah memiliki kemampuan restrukturisasi dari krisis ekonomi secara cepat. Kapasitas ini menunjukkan resiliensi terhadap krisis di Asia Tenggara juga bertambah kuat.

Dia mencatat, dalam 15 tahun terakhir misalnya, nilai pertumbuhan ekonomi di ASEAN meningkat sebesar 5,5 persen, atau melampaui pertumbuhan ekonomi global yang hanya sebesar 3,9 persen.

Sementara itu, nilai perdagangan di kawasan ASEAN adalah sebesar 6,9 persen terhadap nilai perdagangan global pada 2015.

Adapun nilai investasi asing langsung di ASEAN mencapai 121,9 miliar dollar AS per tahunnya. Pada 2007 hingga 2015, jumlahnya mampu mengalami peningkatan secara signifikan sebesar 29,8 miliar dollar AS per tahunnya.

“Wilayah ini cepat belajar dari pengalaman buruk. ASEAN berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan domestik dan internasional. Kawasan ini sekarang telah pulih kembali dengan pertumbuhan yang sehat dan sektor keuangan yang stabil,” kata Agus dalam acara Global Economic Outlook in ASEAN Perspective di kantor Bank Indonesia, pada Jumat (28/4/2017).

Menurut Agus, sejumlah faktor turut berperan dalam pertumbuhan ekonomi ASEAN tersebut. Di antaranya adalah peran bank sentral yang telah membuat regulasi secara bijak dan penuh pertimbangan, serta pengintegrasian dalam sektor keuangan di antara negara-negara dalam kawasan ASEAN.

“Bank sentral memainkan peran penting dalam stabilitas ekonomi dan mempersiapkan apabila terjadi adanya konflik. Sementara setelah 2015, integrasi ASEAN di bidang keuangan didorong untuk semakin seimbang dan inklusif. Saya percaya ASEAN sudah siap menghadapi krisis lewat berbagai pengalaman yang telah dilalui. Pada 1997-1998 pun tetap kuat,” ujar Agus.

Lebih lanjut, Agus menyatakan tantangan yang tengah dihadapi ASEAN saat ini adalah ketidakpastian politik dan kebijakan ekonomi akibat gejolak yang terjadi pada tataran global. Seperti diungkapkan Agus, kondisi semacam itu berpotensi menimbulkan dampak negatif kepada negara-negara berkembang.

“Situasi semacam ini menjadi sulit bagi negara-negara emerging market yang mengadopsi konsep ekonomi terbuka. Pertanyaannya adalah, pada kondisi global saat ini, bagaimana ASEAN dapat menjawab tantangan itu,” ucap Agus lagi.

Di tempat yang sama, Direktur Departemen Penelitian IMF (International Monetary Fund) Maurice Obstfeld mengungkapkan, di tengah pertumbuhan ekonomi global yang akan naik akibat gaining momentum, ASEAN diprediksi tetap mampu mengimbanginya dengan perekonomian yang dinamis.

“Itu karena kawasan ASEAN telah begitu maju, kawasan ini dinamis, memiliki kondisi finansial makro ekonomi yang terjaga. Seiring dengan berbagai kemajuan lain, ASEAN akan semakin kuat menahan gejolak-gejolak luar negeri. Kawasan ini akan menjadi lebih progresif,” ungkap Maurice.

Baca juga artikel terkait ASEAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom