tirto.id - Informasi-informasi terpercaya seakan telah menjadi kian punah di era permusuhan politik dan biasnya media. Menindaklanjuti fenomena tersebut, Google News berupaya untuk membantu pembaca dalam menemukan sumber berita yang dapat diandalkan dengan label most referenced, in-depth, dan highly cited. Kini Google News menambahkan label Fact Check atau Cek Fakta untuk menyoroti artikel tanpa pemberitaan palsu.
Kepala Google News Richard Gingras mengatakan Cek Fakta dapat membantu khalayak untuk menemukan kebenaran dalam sejumlah berita. Pasalnya, kerap kali ditemukan sejumlah berita yang sebenarnya hanyalah kumpulan opini dan komentar yang bias.
Cek Fakta tidak bekerja secara manual, melainkan memunculkan situs-situs berita dengan teknik Claim Review yang berarti fakta dalam artikel tersebut telah diperiksa kebenarannya. Sebagaimana terlansir dalam The Age, Claim Review didasarkan pada empat kriteria, yakni:
- Cek fakta harus mudah diidentifikasi dalam sebuah artikel agar pembaca dapat memahami fakta apa yang telah diperiksa dan kesimpulan apa yang dicapai.
- Sumber dan metode dalam analisis yang dilakukan harus bersifat transparan, dengan disertai sitasi dan referensi dari sumber primer.
- Tidak adanya bias dalam artikel. Sebuah artikel harus diperiksa dari berbagai sumber, tidak boleh dari satu orang atau badan saja.
- Judul artikel harus mengindikasikan bahwa artikel tersebut telah diperiksa kebenarannya.
Cek Fakta dari Google News baru hadir di Inggris dan Amerika Serikat, sebagaimana pemilihan presiden sedang berlangsung antara Trump dan Clinton, dan kemungkinan akan diperluas hingga Australia, di mana politisi juga kesusahan untuk membedakan fakta dengan fiksi.
Praktisnya, setiap institusi media dipandang bias jika dilihat dari spektrum politik. Cek Fakta dari Google News menjadi hal yang menarik terkait apakah label ini membantu dalam memangkas pembiasan atau justru ikut membiaskan.
Sebagai informasi, pemeriksaan fakta telah menjadi sebuah hal yang kian popular dalam beberapa tahun terakhir. Menurut seorang jurnalis dari Universitas Duke, kini telah ada lebih dari 100 situs pemeriksaan fakta termasuk BBC yang memiliki Reality Check.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari