tirto.id - Dewan pengurus GNPF-MUI dalam konferensi pers yang diadakan di AQL Islamic Center pada hari Selasa (27/6/2017) menyatakan, tidak ada pembicaraan spesifik terkait dengan kriminalisasi pada Rizieq Shihab. Konferensi itu dihadiri oleh Ustaz Bachtiar Nasir, Munarman, Zaitun Rasmin, Ustaz Yusuf Martak, Muhammad Lutfi Hakim dan Ustaz Sobri Lubis.
"Tidak membicarakan masalah kasus dan tidak ada permintaan dari kami membicarakan kasus," tegas Bachtiar Nasir selaku ketua umum GNPF-MUI.
Menurut Bachtiar, pertemuan dengan tajuk dialog tersebut bukan semata-mata untuk membicarakan kasus yang sedang melanda para petinggi ataupun penasihat dari GNPF-MUI, melainkan untuk menyampaikan aspirasi umat Islam terhadap kriminalisasi ulama. Bachtiar menegaskan bahwa bukan hanya kasus Rizieq Shihab yang menjadi perhatian, tetapi juga seluruh kasus hukum yang dinilai mengandung ketidakadilan.
Dalam keterangan tertulis, Bachtiar Nasir menyebut, pertemuan Tim 7 GNPF MUI dengan Presiden RI Joko Widodo menyikapi berbagai persoalan terutama ketidakjelasan soal hukum yang menimpa ulama dan aktivis Islam, serta penyelesaiannya dengan jalan dialog langsung kepada Presiden.
"Kami konsisten dalam membela dan mengawal kasus-kasus yang menimpa para aktivis," lanjut Bachtiar.
Meskipun begitu, nama Rizieq Shihab diakui sempat muncul dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi pada Minggu (25/6/2017) kemarin.
"Hanya titip salam dari Habib Rizieq," kata Bachtiar. "Mualaikumsalam, katanya [Presiden]," lanjutnya.
GNPF-MUI, dalam keterangan tertulisnya, menyatakan ingin mencari solusi strategis dalam penyelesaian kasus yang masih berjalan di tempat seperti kasus Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Ust Muhammad Alkhattath, hanya sebatas janji tanpa realisasi dan status hukumnya tidak jelas. Begitu juga kasus yang menimpa Rizieq yang juga Ketua Dewan Pembina GNPF, tidak ada kejelasan.
Ustaz Yusuf Martak selaku salah satu pengurus GNPF-MUI menambahkan, pertemuan dengan Presiden kemarin sudah diketahui dan mendapat dukungan penuh dari Rizieq Shihab.
Menurutnya, tidak ada satupun pertemuan yang tidak diketahui oleh pemimpin besar FPI tersebut.
"Setelah ada informasi atau setelah pertemuan GNPF dengan presiden, Habib sangat bersyukur karena memang ini program yg sangat diharapakan," pungkas Yusuf.
Bachtiar juga menekankan, pertemuan kemarin hanya membahas sesuatu yang bersifat makro. Ini dirasa penting bagi GNPF-MUI karena mereka menilai sudah banyak diskriminasi hukum yang terjadi kepada para ulama, kendati Presiden Jokowi tidak merasa demikian.
“Kalau umat Islam melakukan kesalahan cepat sekali prosesnya ,tapi kalau di luar Islam melakukan, itu banyak sekali toleransinya," tutur Bachtiar.
Sebelumnya, Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir beserta pengurus lainnya diterima Presiden Joko Widodo dalam silahturahmi Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah di Istana Merdeka, Minggu (25/6/2017).
"Ini adalah menerima silahturahmi dari Pak Nasir dan kawan-kawan. Jadi ini atas permintaan mereka," kata Menteri Sekretaris Negara Pratikno di sela-sela pertemuan Presiden dengan GNPF-MUI di Istana Merdeka Jakarta, seperti dikutip Antara.
Menurut Pratikno, saat Presiden dan Wakil Presiden menggelar open house yang diselenggarakan di Istana Negara, ia dihubungi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang menyampaikan bahwa Bachtiar Nasir dan kawan-kawan yang ingin menemui Presiden Jokowi.
"Tadi Pak Presiden saya laporin saat open house dan beliau mengatakan open house siapa saja kita tunggu," kata Pratikno.
Rombongan GNPF yang hadir yakni Bachtiar Nasir, ketua GNPF, Kapitra Ampera, Yusuf Marta, Muhammad Lutfi Hakim, Habib Muchsin, Zaitun Rasmin, dan Denny. Sementara, Presiden didampingi Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Pertemuan itu hanya berlangsung selama 30 menit. Rombongan Bachtiar tiba di istana pada pukul 12.50 dan pulang pada pukul 13.20 Wib.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dipna Videlia Putsanra