tirto.id - Mayoritas generasi muda sangat tidak setuju dengan kelompok agama yang menggunakan kekerasan. Hal itu terungkap dalam hasil survei yang dilakukan oleh Internasional NGO Forum On Indonesian Development (INFID) bekerja sama dengan jaringan GUSDURian Indonesia.
Kedua lembaga ini melakukan survei pada bulan September-November, dengan dua kegiatan utama yaitu pertama merekam persepsi anak muda terhadap radikalisasi agama dan ekstrimisme dengan kekerasan melalui survei. Kedua, mengetahui narasi besar ekstrimisme, memahami pesan-pesan kunci ekstrimisme, dan mengetahui pola penyebaran pesan ekstrimisme melalui pemetaan internet dan media sosial.
Hasil survei menunjukkan 88,2 persen generasi muda sangat tidak setuju dengan kelompok agama yang menggunakan kekerasan. Sedangkan anak muda yang setuju dengan kelompok agama menggunakan kekerasan hanya sebesar 3,8 persen, sisanya 8 persen tidak tahu dan tidak menjawab.
Sementara anak muda yang tidak setuju sebanyak 44,3 persen, alasan mereka tidak setuju karena tindakan tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai agama. Ada pula yang sepakat tindakan tersebut tidak berperikemanusiaan sehingga membuat agama ternodai sebanyak, jumlahnya mencapai 18,1 persen, dan tidak setuju karena tindakan kekerasan melanggar hukum sebanyak 9,7 persen.
INFID mengungkap dari aspek Nasionalisme terdapat 94,5 persen responden bangga sebagai Warga Negara Indonesia. Dari sekian persen responden yang bangga, terdapat 29,7 persen responden bangga karena keragaman suku dan agama yang saling menghormati, 26,8 persen lainnya bangga karena masyarakatnya saling membantu, sedangkan ada 15,3 persen bangga karena alamnya yang indah dan bervariasi gunung laut. Kemudian 8,4 persen warga merasa negara Indonesia adalah negara yang damai dan negara melindungi warganya, sementara sisanya menjawab lain-lain dan tidak tahu atau tidak menjawab.
“Melihat hasil survei, Indonesia masih bisa optimistis dengan sikap generasi muda yang ada karena mayoritas anak muda tiadk menyukai tindakan radikal dan ekstrim berbasis agama meski ada kecenderungan penurunan toleransi di kalangan anak muda,” kata Manajer Advokasi INFID Beka Ulung Hapsara merespons temuan survei dalam kegiatan diskusi publik “Sosialisasi hasil survei persepsi orang muda dan pemetaan Internet-sosial media, tentang radikalisme dan ekstremisme di Indonesia”, di Gedung University Club, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (14/12/2106).
Ia menambahkan nilai-nilai kebhinekaan masih menjadi faktor utama yang membuat anak muda bangga akan Indonesia dan pemersatu generasi muda.
Ia mengungkap hasil survei didapat dari kegiatan pemetaan internet dan media sosial, pada periode 26 Oktober-26 November 2016. pemetaan dilakukan dengan mengamati situs media online, media sosial (Twitter, Instagram, dan Facebook), aplikasi pesan pribadi (Whatsapp dan Telegram), serta Youtube.
Survei dilakukan di enam kota, antara lain Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Makassar, Bandung, Cirebon, Pontianak, dan Lampung dengan melibatkan 1.200 responden.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh