Menuju konten utama

Geliat Tim-Tim Satelit di MotoGP 2017

Penyelenggara MotoGP mengambil langkah yang cukup radikal agar MotoGP semakin kompetitif dan penuh kejutan.

Geliat Tim-Tim Satelit di MotoGP 2017
Jack Miller mengangkat tangan saat berlaga di sirkuit GP. Jack Miller merupakan pembalap tim satelit yang berhasil memenangi balapan MotoGP. Foto/Getty Images

tirto.id - Sejak MotoGP kembali ke mesin 1.000 cc pada tahun 2012, selama tiga tahun podium kemenangan hampir selalu diisi oleh tim pabrikan seperti Honda, Yamaha, dan Ducati. Padahal terdapat hingga 25 motor yang turun balap setiap musimnya. Sedikitnya anggaran untuk melakukan riset, pengembangan, dan mendapatkan spek motor yang ideal membuat tim-tim satelit menjadi penggembira balapan belaka. Hanya beberapa tim satelit dengan sponsor besar dan dukungan dari tim pabrikan seperti Tech3 dan Gresini (pada musim 2012) yang mampu bersaing dan naik ke podium.

Untuk mengikuti balapan di MotoGP, tim satelit biasanya menyewa mesin atau motor dari tim pabrikan. Dari enam tim pabrikan musim ini, ada tiga tim yang menyediakan motor atau mesin untuk tim satelit, yaitu Honda, Ducati, dan Yamaha. Spesifikasi motor yang diterima oleh tim satelit biasanya lebih rendah dari spesifikasi motor yang digunakan oleh tim pabrikan. Semakin besar dana yang tim satelit siap kucurkan, semakin mendekati spesifikasi motornya dengan motor tim pabrikan.

Tim Tech 3 pada musim ini, misalnya, meski berstatus tim satelit namun mendapat spesifikasi yang sama persis dengan tim pabrikan Yamaha. Honda musim ini juga memberikan motor dengan spesifikasi yang sama dengan tim pabrikan kepada tim LCR dengan pembalapnya, Cal Crutchlow.

Dalam beberapa kasus, ada juga tim satelit yang mendapat dukungan tim pabrikan. Pembalap Danilo Petrucci dari tim satelit OCTO Pramac Ducati, misalnya. Ia diberikan motor dengan spesifikasi yang sama dengan tim pabrikan Ducati pada musim balap tahun ini, Desmosedici GP17. Hal itu semacam imbalan atas keberhasilan menjadi pembalap tim satelit bermesin Ducati terbaik pada musim balap 2016.

Di luar kedua contoh di atas, tim satelit lain menggunakan motor dengan spesifikasi yang lebih rendah karena keterbatasan dana. Rekan setim Petrucci, Scott Redding, musim ini menggunakan motor Desmosedici GP16 yang digunakan tim pabrikan Ducati pada musim lalu. Sedangkan Karel Abraham dan Loris Baz, yang masing-masing membalap untuk tim Pull&Bear Aspar Team dan Reale Avintia Racing, mendapat motor yang lebih rendah lagi, yaitu Desmosedici GP15, yang digunakan tim pabrikan Ducati dua musim lalu.

Dibantu Regulasi Baru

Musim balap 2016 menjadi tonggak bangkitnya tim satelit di MotoGP. Dari 9 pembalap berbeda yang menjadi pemenang di musim tersebut, dua di antaranya merupakan pembalap tim satelit. Jack Miller, pembalap dari tim Marc VDS Honda, untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir menjadi pembalap tim satelit yang berhasil memenangi balapan MotoGP. Cal Cruthclow yang membalap untuk tim LCR Honda bahkan berhasil memenangi dua balapan (GP Ceko dan GP Australia) dan meraih pole position di GP Inggris musim lalu.

Hal ini merupakan dampak regulasi baru yang dikeluarkan Dorna Sports selaku penyelenggara MotoGP. Peraturan soal perangkat elektronik komputer (ECU) dan perangkat lunaknya yang harus seragam yang mulai diterapkan pada musim ini sejatinya telah dicoba di musim balap 2016 dengan beberapa penyesuaian. Hasilnya begitu jelas, dominasi “Big 4” MotoGP, yang biasanya dihuni duo Honda (Marquez dan Pedrosa) dan duo Yamaha (Lorenzo dan Rossi), tak lagi nampak. Jarak antara tim pabrikan dan satelit semakin dekat.

Agar jalannya balapan MotoGP lebih kompetitif di musim ini, Dorna juga mencoba membantu tim satelit dari segi finansial lewat regulasi baru yang lain. Salah satu yang telah dijalankan adalah batasan kepada tim pabrikan untuk menyediakan motor dengan spesifikasi pabrikan kepada tim satelit dengan harga maksimum 2,2 juta Euro per pembalap. Dengan aturan itu, tim satelit bisa mendapatkan motor dengan spesifikasi yang sama namun dengan harga yang lebih terjangkau.

Infografik Tim Satelit Moto GP

Peraturan ini jelas dibuat agar tim-tim satelit bisa berlaga secara lebih kompetitif dengan pengeluaran yang tidak terlalu jor-joran. Hasilnya mulai terlihat di GP Qatar kemarin saat Johann Zarco sempat memimpin lomba dengan motor tim satelit.

Selain peraturan soal harga penyewaan motor bagi tim satelit, Dorna juga memberikan dana sebesar dua juta Euro per pembalap bagi tim satelit. Sebagai contoh, Tim Tech3 Yamaha mendapat tambahan sebesar 4 juta Euro karena mereka berpartisipasi dengan dua pembalap di musim ini. Sedangkan tim LCR mendapat tambahan 2 juta Euro karena berpartisipasi dengan satu pembalap. Dengan tambahan tersebut, masing-masing tim satelit mendapat total tambahan dana sekitar 10 juta Euro per pembalap yang mereka ikut sertakan di musim balap ini.

Agar MotoGP Semakin Seru

Regulasi dan kesepakatan-kesepakatan di atas itulah yang membuat persaingan balap MotoGP semakin kompetitif musim ini. Situasi ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh industri Formula 1. Sebagai sesama industri balap otomotif, jumlah uang terbesar di industri Formula 1 justru diterima oleh tim yang telah dibanjiri dana dari sponsor.

Hal ini membuat tim medioker akan semakin kesulitan bersaing. Jika terus menerus kesulitan, risiko mengalami kebangkrutan pun ada di depan mata. Dan itulah yang akhirnya dialami mantan tim Rio Haryanto, Manor GP, di musim balap 2017 ini.

Melalui regulasi finansial yang baru, Dorna Sports selaku penyelenggara MotoGP secara serius mencoba memangkas jarak antara tim pabrikan dengan tim satelit langsung ke akarnya. Tim-tim satelit yang sebelumnya sulit bersaing karena keterbatasan dana untuk memperoleh spesifikasi motor yang ideal kini telah diberi jalan untuk bersaing dengan tim pabrikan. Di atas kertas, regulasi ini akan berdampak positif bagi keseruan balapan MotoGP musim 2017.

Lebih kompetitif, lebih banyak kejutan, dan lebih seru. Itulah yang sudah terlihat di musim lalu, dan boleh jadi akan makin terlihat di musim ini. Ujung-ujungnya, jika hal itu terjadi, animo penonton pun akan semakin kuat karena setiap serie boleh jadi akan menyodorkan kejutan-kejutan baru.

Baca juga artikel terkait MOTOGP atau tulisan lainnya dari Arya Vidya Utama

tirto.id - Olahraga
Reporter: Arya Vidya Utama
Penulis: Arya Vidya Utama
Editor: Zen RS