tirto.id - Segala bentuk gangguan makan tentu menjadi hal yang memprihatinkan dan biasanya sulit bagi orang untuk mengenalinya, terutama ketika seorang anak kecil atau remaja mengalaminya.
Orang tua mungkin sering tidak curiga sampai gangguan makan mencapai tahap berbahaya.
Banyak yang bahkan mengabaikannya sebagai "fase" dalam kehidupan seorang anak dan hal itu tentu saja akan membahayakan anak Anda lebih jauh.
Sebagai orang tua, Anda adalah sekutu terbaik anak dan hanya Anda yang dapat membantu merawat kondisinya, itulah mengapa penting bagi orang tua untuk mengetahui apa itu gangguan makan.
Anda juga harus tahu apa tanda-tandanya dan bagaimana harus membicarakannya dengan anak.
Apa Itu Gangguan Makan?
Dikutip laman Healthline, gangguan makan bukan hanya satu kondisi, melainkan serangkaian kondisi psikologis yang dapat menyebabkan kebiasaan makan yang buruk.
Awalnya seseorang mungkin mengembangkan obsesi terhadap makanan, berat badan dan bentuk tubuh seseorang, yang dapat menyebabkan mereka mengubah perilaku makan mereka.
Situs Kids Health menyebutkan, da banyak jenis gangguan makan. Ini termasuk:
- Anoreksia - Orang yang menderita anoreksia terobsesi untuk menjadi kurus dan berusaha keras untuk menjaga berat badan agar tidak bertambah.
- Bulimia - Bulimia adalah suatu kondisi, di mana orang cenderung makan banyak dan kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan kalori yang baru saja mereka konsumsi (seperti memuntahkan makanannya). Ini bisa membuat mereka sangat sakit.
- Binge Eating Disorder(BED) - Ini adalah gangguan di mana orang sering makan berlebihan dengan makanan yang tidak sehat, bahkan ketika mereka tidak lapar.
- Gangguan makan yang tidak ditentukan (EDNOS) - Disebut juga gangguan makan atipikal, gangguan makan yang tidak ditentukan lain adalah klasifikasi gangguan makan untuk orang yang tidak termasuk dalam kriteria diagnostik untuk gangguan makan lainnya.
Gejala & Tanda Gangguan Makan pada Anak
Gejala fisik gangguan makan yang perlu diperhatikan
Tergantung pada jenis gangguan makan yang diderita anak Anda, gejala gangguan makan dapat bervariasi. Beberapa gejala fisiknya antara lain:
- Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Kelelahan
- Masalah gastrointestinal
- Merasa pusing
- Kedinginan
- Infeksi mulut
- Memar dan bekas luka di jari, buku jari, dan lain-lain.
- Napas berbau tidak sedap
Terlepas dari perubahan fisik, mungkin ada gejala perilaku tertentu yang perlu diperhatikan pada anak kecil yang mengalami gangguan makan. Dilansir laman Times of India, di antaranya adalah:
- Makan kompulsif, menyebabkan makan berlebihan
- Muntah setelah makan
- Berulang kali menimbang diri sendiri
- Minat mendadak dalam memasak
- Ingin makan sendiri, sembunyi-sembunyi atau memakai pakaian longgar
Remaja muda atau anak-anak yang menderita gangguan makan juga dapat mengalami gejala psikologis termasuk:
- Obsesi pada penampilan
- Harga diri dan kepercayaan diri rendah
- Mengekspresikan rasa bersalah setelah makan
- Stres, kecemasan dan kemarahan
- Serangan panik
- Perubahan suasana hati yang ekstrem
- Menyakiti diri sendiri dan pikiran untuk bunuh diri
Cara Mengatasi Gangguan Makan Anak
Berbicara dengan anak-anak tentang gangguan makan mungkin lebih sulit daripada yang Anda pikirkan.
Karena ini bukanlah percakapan yang sama yang dilakukan dengan anak-anak ketika mereka mengalami pubertas atau menstruasi.
Gangguan makan dapat berdampak pada kesehatan mental. Oleh karena itu, jika tidak memilih kata-kata dengan hati-hati, maka dapat lebih berbahaya daripada hal apa pun.
Yang terpenting, dengarkan mereka dan masalah mereka. Jika mereka benar-benar menderita kelainan makan, cari tahu mengapa mereka mengembangkannya sejak awal.
Didiklah diri sendiri tentang gangguan makan sehingga Anda dapat dengan hati-hati menguraikannya untuk anak, tanpa membuat mereka khawatir.
Jangan pula mengomentari tubuh mereka dengan cara apa pun. Bicaralah secara halus tentang bahaya diet dan bagaimana hal itu berdampak negatif pada tubuh.
Dalam skenario terburuk, ketika Anda merasa tidak dapat melakukan intervensi lebih jauh, carilah bantuan profesional. Tidak ada salahnya memilih terapi asalkan bermanfaat bagi anak Anda.
Editor: Yantina Debora