Menuju konten utama
Film Indonesia

Garin Nugroho Siapkan 2 Film Rayakan 35 Tahun Berkarya

Garin Nugroho siapkan "Nyai" dan "Setan" Jawa untuk rayakan 35 tahun berkarya

">

Garin Nugroho siapkan "Nyai" dan "Setan" Jawa untuk rayakan 35 tahun berkarya

Garin Nugroho Siapkan 2 Film Rayakan 35 Tahun Berkarya
ilustrasi sejarah film indonesia foto/shutterstock

tirto.id - Sutradara terkemuka Indonesia Garin Nugroho akan memperingati 35 tahun masa karyanyan dengan menyiapkan dua film terbaru, “Setan Jawa” dan “Nyai”.

Film “Setan Jawa” akan mengambil format hitam putih dan disiapkan sebagai film tanpa dialog/bisu. Format ini, menurut Garin, dipilih karena dirinya ingin mengeksloprasi pendekatan artistik yang selama ini belum pernah disentuhnya.

"Film ini akan diiringi orkestra Rahayu Supanggah," kata Garin di IFI Jakarta, Selasa, 27/4/2016).

Film berikutnya adalah “Nyai” yang mengambil latar belakang tahun 1920-an.

"Film ini satu shot 1,5 jam," ungkap ayah dari sutradara Kamila Andini.

Garin Nugroho, selama rentang 35 tahun berkarya, dikenal sebagai sineas yang gemar bereksperimen.. Ia telah menjelajahi berbagai kemungkinan dan latar belakang historis dalam film-filmnya. Tema yang diangkat pun luas, dari percintaan, mistis, sosial, politik hingga radikalisme.

Garin membuat "Guru Bangsa: Tjokroaminoto" yang menggambarkan era 1900-an, "Aach.... Aku Jatuh Cinta!" dari akhir tahun 70-an, film berlatar belakang 90-an lewat "Cinta Dalam Sepotong Roti" hingga penggambaran 1998 dalam "Daun di Atas Bantal".

"Seperti miniatur Indonesia," kata Garin yang juga membuat instalasi seni bertema Salvador Dali.

Di tahun ini, Garin juga menulis skenario “Marlina The Murderer in Four Acts” yang akan dikerjakan oleh sutradara wanita Mouly Surya.

Garin mengaku, cerita film ini berdasarkan kisah nyata yang dialaminya langsung.

Film yang berkisah tentang perempuan Sumba bernama Marlina (Marsha Timothy) memenggal kepala perampok dan membawanya dalam sebuah perjalanan rupanya diinspirasi dari kisah nyata. Garin mengisahkan pengalaman ketika berkunjung ke Sumba bertahun-tahun lalu.

"Ada kejadian di depan mata, di pasar ada orang yang dendam, lalu orang lagi jualan dia potong lehernya. Kepala itu dibawa ke kantor polisi, lalu dia menyerahkan diri," kenang sutradara yang menerima penghargaan di bidang Seni dan sastra dari Pemerintah Prancis “Ordre des Arts et des Lettres”.

Pengalaman itu menginspirasinya menulis skenario "Marlina The Murderer in Four Acts". (ANT)

Baca juga artikel terkait FILM INDONESIA

tirto.id - Film
Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra