Menuju konten utama

Gaduh Terakhir di Ruang Debat yang Tak Tertangkap Kamera

Debat kandidat Pilgub DKI Jakarta 2017 telah paripurna. Ada banyak hal bernuansa panas yang tak mampu ditangkap kamera secara live. Mulai dari bentakan dari pendukung Paslon 1 kepada pendukung Ahok, hingga orang yang mengaku anak Sylviana Murni.

Gaduh Terakhir di Ruang Debat yang Tak Tertangkap Kamera
Sempat terjadi keributan saat debat ketiga Pilkada DKI Jakarta, Jumat (10/2). Tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - “Pemberitaan Pilkada kita terlalu Jakarta sentris. Seolah Pilkada hanya ada di Jakarta, Padahal ada seratus Pilkada yang lain digelar di seluruh Indonesia.”

Perkataan Ketua KPU DKU Jakarta, Sumarno tersebut menjadi pembuka dalam debat sesi ketiga pada Jumat (10/2/2017) di Hotel Bidakara, Jakarta. Secara serentak memang ada 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota yang menggelar Pilkada 2017. Ada 116 pasangan calon melalui jalur Parpol, 37 pasangan calon melalui calon perseorangan, dan 20 daerah hanya ada satu pasangan calon mendaftar.

Di seberang Sumarno berjajar deretan kursi tamu undangan sejumlah 294 kursi. Dengan jeda ruang kosong setengah meter, di belakang barisan itu ada 330 kursi diperuntukkan bagi supporter masing-masing pasangan calon. Selain istri Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono yang hadir tiap agenda debat, ada berbagai tamu undangan baru. Beberapa di antaranya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali kota Bogor Bima Arya Sugiarto, dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono.

Hendropriyono hadir bersamaan dengan rombongan pentolan PDIP ke Hotel Bidara. Hendropriyono mengenakan jas bewarna merah dan memberikan pernyataan dukungannya pada pasangan calon, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot.

Setelah Sumarno mengakhiri sambutannya, calon wakil gubernur Sylviana Murni mengangkat satu jarinya sambil tersenyum ke arah pendukungnya. Yel-yel pendukungnya pun terpancing untuk diteriakkan. Sementara itu, Djarot Saiful Hidayat berjalan ke arah kiri panggung. Dia minta diambilkan 2 buah poster dan beberapa lembar kertas catatan.

Para pendukung Pasangan Calon (Paslon) lainnya turut bersorak. Moderator debat, Alfito Deannova membiarkan kegaduhan itu terjadi. Dia terus membacakan mekanisme sesi pertama bahwa setiap Paslon secara bergantian menjelaskan visi dan misinya selama 2 menit.

Lantas Agus Harimurti Yudhoyono, menjelaskan rapor buruk petahana karena DKI Jakarta tak ramah terhadap penyandang disabilitas. Sedangkan Ahok menjelaskan bahwa hingga tahun lalu pihaknya telah membangun 188 Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTA). Hampir serupa dengan Agus, Anies Baswedan menyebutkan bahwa DKI Jakarta tak ramah anak, tidak ramah perempuan, tidak ramah warga difabel, namun terlalu ramah pada Narkoba.

Pertanyaan Alfito berlanjut pada Paslon nomor urut 2, terkait kebijakan apa yang dipersiapkan untuk menyambut bonus demografi. Ahok menjelaskan bahwa sejak tahun lalu telah memulai program memberikanRp 18 juta bagi yang lulus perguruan tinggi. “Semua orang yang sakit asal mau masuk kelas tiga akan kami tanggung. Termasuk yang gaji-gaji UMP pun kami berikan naik bus tidak bayar,” jelasnya.

Untuk Paslon nomor urut 3, Alfito memberi kesempatan menjawab selama 1,5 menit. Pertanyaannya bagaimana solusi untuk mengatasi persoalan urbanisasi warga dari luar Jakarta yang tak henti-hentinya. Sandiaga menjawab pertanyaan tersebut dengan kata “OK OC,” yang diulang sebanyak 5 kali. Setiap Sandiaga mengatakan programnya tersebut, selalu direspons oleh para pendukung Paslon 1 dengan sorakan menyindir.

Saat dikonfirmasi, CEO dan Founder PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah yang turut menjadi tim pemenangan Anies dan Sandiaga, menjelaskan dulu Joko Widodo (Jokowi) saat berkampanye pilgub DKI Jakarta juga diremehkan. Hal tersebut terkait dengan program Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Dia menilai kebanyakan masyarakat waktu itu menganggap sebagai kampanye yang bodoh.

“Nah OK OC sepertinya main-main gitu. Jangan remehkan itu. Dulu Pak Jokowi ke mana-mana ngeluarin kartu. Ketika dicek dalam survei, ternyata itu yang paling kena di masyarakat Jakarta,” tuturnya kepada Tirto.

Sedangkan pertanyaan Alfito kepada Paslon 3 terkait, hasil riset The United Nations Human Settlements Programme tahun 2016. Dalam hal ini ditemui masalah terkait sektor informal yang cenderung terus mengalami peningkatan. Untuk mengembangkan sektor tersebut, Agus berjanji tak akan menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL). Selain itu, solusi yang dia tawarkan ialah dana bergulir yang dialirkan tepat sasaran.

Saat jeda setelah sesi perdana, Agus dan Sylvi digiring menuju sisi kanan panggung. Begitu juga Anies dan Sandiaga Uno, berjalan menuju sisi yang berlawanan yakni, di sisi kiri panggung. Sedangkan Ahok dan Djarot dihampiri Ketua Tim Pemenangannya, Prasetyo Edi Marsudi di bibir panggung bagian depan.

Disusul kemudian Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Maruarar Sirait menghampiri pasangan nomor urut 2 itu. Maruar tampak memaparkan sesuatu dengan serius pada Ahok, sebelum akhirnya Ahok dan Djarot menuju sisi kanan panggung. Setelah itu Marurar kembali ke kursinya dan berbincang serius dengan Ganjar. Sedangkan di kursi Veronica Tan dan Annisa Pohan bergerombol para pendukung yang mengajak foto bersama. Ada pula Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama, Hidayat Nur Wahid, Fadli Zon, Aboebakar Al Habsy, dan Setya Novanto yang asik berfoto.

Tak seperti dua debat sebelumnya, interaksi antara Paslon dengan pendukungnya bisa begitu luwes saat jeda. Panitia pelaksana yang terdiri dari gabungan media, menyediakan ruang kotak berdinding kayu tipis, dua di sisi kanan panggung dan satu di sisi kiri. Ruangan itu hanya memiliki lebar sekitar 3x4 meter. Di dalamnya disediakan beberapa kursi. Sedangkan di dinding luarnya tertempel nomor Paslon. Selain panitia dan pendukung Paslon, tak ada seorang pun yang boleh menyentuh area tersebut.

Tahap selanjutnya segmen kedua, masing-masing Paslon menjawab terkait masalah tingginya angka pengguna Narkoba. Ditambah lagi pengedarnya memiliki jaringan yang kuat, bahkan bisa dikendalikan dari dalam penjara.

Agus menjelaskan, cara memberantas Narkoba melalui edukasi formal maupun nonformal. Dia juga berharap agar bandar dan pengedar Narkoba dihukum setegas-tegasnya. Sedangkan Ahok, hampir serupa dengan apa yang ditemukan Tirto ketika mendalami permasalahan di Rumah Susun Marunda. Ahok menjelaskan di sana ada 7 anak memakai narkoba. Lebih dari itu, ia juga menemukan bukti adanya hubungan seksual dan menghisap lem. Selain itu, Anies menekankan akar masalah Narkoba ialah kemiskinan dan kebodohan.

Saat jeda, Politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul yang membelot dengan mendukung Ahok dan Djarot setengah berlari menuju bibir panggung. Dia bersalaman dengan Ahok dan Djarot. Menyusul kemudian Hasto memberikan selembar kertas kecil kepada Djarot. Sedangkan Paslon lainnya sudah ke ruang rehat masing-masing.

Pada segmen ketiga, Alfito memaparkan masalah penyandang disabilitas yang harus berkompetisi secara tidak seimbang untuk dapat pekerjaan layak. Sebabnya tingkat pendidikan rendah, diskriminasi, dan terbatasnya sarana pendukung.

Agus menjawab bahwa ketika dia berkeliling saat kampanye, sering menemui para penyandang disabilitas. Menurut Agus, mereka mengeluh sangat sulit mendapat akses transportasi publik yang nyaman dan aman. Maka dari itu, “Kita harus mengadakan rem atau jalan datar yang memudahkan mereka tiba di halte. Di dalam kendaraan umum juga demikian, harus disediakan secara khusus tempat mereka yang memang membutuhkan space khusus,” ujarnya.

Sedangan Anies menegaskan bahwa hanya ada satu di halte Transjakarta yang menyediakan fasilitas ram. Para penyandang disabilitas di halte yang lain harus menggunakan tangga. Di sisi lain, Ahok membalikkan pendapat rivalnya. Menurutnya selama ini dia telah membangun kota Jakarta agar ramah kaum disabilitas. Salah satu contohnya ialah membangun portal S untuk para disabilitas yang menggunakan kursi roda di beberapa badan trotoar.

“Mohon maaf pada pasangan nomor 1 dan 3, kadang-kadang saudara ini suka membangun opini yang menyesatkan sebetulnya. Ini kami sudah memasang contoh dari Jepang,” sindir Ahok.

Sesi jeda pada segmen tersebut diisi dengan Ganjar yang diajak berfoto oleh seorang penyandang disabilitas. Berlanjut kemudian pada segmen ke-4, Alfito memberi kesempatan Paslon nomor 1 untuk bertanya ke petahana. Sylvi terlebih dahulu memaparkan bahwa tahun 2015 dan 2016 hasil riset Komnas Perempuan, kekerasan terhadap perumpuan di Jakarta meningkat.

“Di sisi lain, sangat disayangkan sebagai gubernur bapak justru melakukan kekerasan verbal atau lisan terhadap perempuan termasuk memaki, membentak-bentak, masyarakata luas sudah menyaksikan lho karena ini sudah menjadi video viral di masyarakat. Pertanyaannya, bagaimana bisa seorang gubernur menurunkan tingkat kekerasan perempuan, padahal gubernur itu sendiri adalah pelaku kekerasan verbal?” tanya Sylvi.

Namun di saat yang bersamaan, seorang laki-laki memakai baju uniform pendukung Paslon 1 tengah berteriak-teriak di pintu masuk. Dia membentak beberapa pendukung Paslon 2 yang masuk tanpa memakai tanda pengenal. Keributan pun sempat terjadi. “Masak masuk sembarangan tidak dilarang. Gila ini. Kalau kita dilarang,” kata lelaki tua dengan kumis tipis itu.

Pihak keamanan lantas merespons cepat dengan menggiring beberapa perempuan tersebut ke ruang konferensi pers. Ruangan itu terletak di kiri pintu masuk. Kejadian itu berlangsung selama kurang lebih 2 menit.

“Nah ini tentu, saya ingin sekali ya, di dalam pilkada ini janganlah gunakan fitnah-fitnah, contoh-contoh yang membangun opini yang jelek. Mari kita berlomba program demi program. Sangat disayangkan, pasangan calon satu ini programnya ngambang,” kata Ahok menjawab pertanyaan Sylvi. Jawaban tersebut memancing gemuruh dari pendukung Paslon 1. Namun perlahan keriuhan itu mereda setelah Alfito menjelaskan debat boleh panas namun kepala harus tetap dingin.

Saat jeda, Ruhut dan Hasto kembali berkomunikasi dengan Ahok dan Djarot di bibir panggung. Tak lama setelah itu, Ruhut dan Hasto diminta panitia pelaksana untuk kembali ke tempat duduknya. Di tempat duduknya, Hasto dengan serius menulis di kertas kecil yang ukurannya hampir menyerupai panjang bulpoinnya. Dia tak memperdulikan lalu lalang di sekitarnya yaitu Maruarar, Ganjar, dan Gede Pasek Suardika yang memakai jas Partai Hanura. Pada jeda selanjutnya, hanya Maruarar yang mendatangi Ahok dan Djarot. Namun, dia diminta pula oleh panitia pelaksana untuk kembali ke bangkunya.

Ketika seluruh sesi berakhir, Anies dan Sandi mendatangi para tim pemenangan Paslon 1 yang naik ke bagian kiri panggung debat. Mereka berpelukan beberapa di antaranya dengan Politikus Partai Demokrat Roy Suryo. Sedangkan Agus, setelah mengeluarkan kedua ponsel dari sakunya, dia menitipkannya pada tim pemenangannya. Kemudian Agus turun ke panggung memeluk Ani dengan penuh kehangatan. Disambung kemudian dia memeluk Annisa dan Edhie Baskoro Yudhoyono.

Agus lantas menuju ke ruang konferensi pers. Di ruang tersebut salah satu pendukung Agus diseret oleh 4 aparat keamanan ke luar ruangan. “Saya anaknya Bu Sylvi,” teriak pria yang tengah diseret ke luar tersebut sambil menenteng kamera.

Sepanjang debat, Alfito menegur agar seluruh para pendukung Paslon yang hadir untuk tenang sebanyak 12 kali. Alfito memang tak pernah secara verbal menegur pendukung Paslon tertentu langsung. Namun, dia hanya menegur secara spesifik ke barisan pendukung Paslon tertentu hanya dengan gerakan tangan. Sempat 4 kali dia meminta pendukung Paslon 1 tak gaduh, 2 kali meminta pendukung Paslon 2 diam, dan 1 kali menegur pendukung Paslon 3.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAGUB DKI 2017 atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Politik
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti