tirto.id - Sebagai puncak kampanye Pahlawan Kemajuan Keluarga Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia (FFI) memberikan Penghargaan Arkatama kepada 5 sosok inspiratif, yang dengan caranya terbukti mampu menghadapi berbagai tantangan, memampukan diri, memajukan keluarga dan memberi dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.
Mengusung semangat #MelajuKuatBersama, kampanye ini menjadi bagian dari momentum perayaan 100 tahun kehadiran FRISIAN FLAG di Indonesia.
Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro menyampaikan, “Penghargaan Arkatama kami berikan kepada 5 sosok inspiratif terpilih, yang kami harapkan dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang untuk menjadi pahlawan bagi keluarganya, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih Sehat, Sejahtera dan Selaras.
Sejak Februari lalu, FFI bersama Kick Andy menjaring ratusan cerita Pahlawan Kemajuan Keluarga yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.
FFI bersama 2 dewan juri lain: Sosiolog, Imam B. Prasodjo; serta Host Kick Andy, Andy F. Noya, kemudian menetapkan 5 sosok terpilih - yang kisah hidupnya bukan hanya menginspirasi, tapi juga selaras dengan 3 pilar yang menjadi fokus utama FFI di bidang kesehatan, kesejahteraan dan keselarasan dengan lingkungan.”
Sosiolog yang juga merupakan Dewan Juri, Imam B. Prasodjo menyatakan, “Di tengah kemajuan zaman dan kehidupan yang penuh tantangan, terdapat beragam kisah yang sangat menyentuh dan memotivasi melalui perjuangan yang mereka lakukan untuk terus berdaya. Mereka nyatanya bukan hanya mampu menghalau berbagai tantangan untuk diri sendiri, tapi juga keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Setiap cerita yang kami terima, sesungguhnya telah memberi makna dengan caranya, namun kita tetap harus memilih kisah yang perlu ditonjolkan, sebagai inspirasi bagi para pejuang kemajuan keluarga dan lingkungan lainnya.”
“Sesuai dengan namanya: ‘Penghargaan Arkatama’, maka penghargaan ini khusus diberikan kepada sosok-sosok yang telah menjadi permata yang menerangi keluarga mereka. Selama ini orang menganggap bahwa untuk menjadi pahlawan, kita harus melakukan aksi besar yang heroik. Namun kali ini, kita melihat ternyata di sekitar kita banyak sosok pahlawan yang terbukti mampu mengatasi keterbatasan dan menjadi pahlawan bagi keluarga dan lingkungan sekitar. Saya mengapresiasi inisiatif kolaboratif dari FFI, yang sudah memberikan penghargaan bagi para pahlawan kemajuan keluarga Indonesia. Hidup ini hanya sekali, karena itu hidup kita harus berarti,” ungkap Host Kick Andy, Andy F. Noya.
5 Sosok Pahlawan Kemajuan Keluarga Terpilih
Keprihatinan terhadap angka kematian ibu hamil dan bayi yang masih tinggi di wilayah kerjanya di Kabupaten Nagekeo, NTT, mendorong Bidan Walde yang nama lengkapnya Ewaldina Sawi Meo (49 th) untuk melakukan edukasi, sosialisasi hingga aksi sukarela memberikan makanan tambahan dengan menggandeng PKK setempat.
Ia juga membuat model edukasi yang mudah dipahami ibu hamil dan keluarganya melalui Kartu Tanda Pengingat Ibu Hamil (KTP Ibu Hamil) serta melakukan sejumlah inisiatif lainnya.
Inisiatif Bidan Walde berhasil menekan angka kematian ibu hamil dan bayi secara signifikan. Keberhasilan Bidan Wade membawanya meraih penghargaan Bidan Teladan Provinsi NTT pada 2019.
Sementara dari Kepulauan Aru, Maluku, Devirisal Djabumir atau biasa dipanggil Dave (30 th) menjadi sosok muda yang memilih untuk kembali ke kampung halaman dan meninggalkan pekerjaannya di perusahaan listrik asal Turki demi memajukan pendidikan di kampung halamannya.
Melihat banyak anak di kampungnya yang tidak mendapat fasilitas pendidikan yang berkualitas, serta isu sampah plastik yang mencemari laut di Kepulauan Aru, pada 2018 Dave mendirikan Sekolah Mimpi - yang menggunakan sistem pendidikan inklusif dan mengintegrasikannya dengan alam.
Dave juga mengajak keterlibatan langsung anak-anak yang ingin menimba ilmu tambahan bersamanya, dengan cara membayar biaya sekolah dengan sampah. Sehingga keterbatasan ekonomi tak lagi menjadi hambatan, sementara penanaman nilai akan kelestarian lingkungan dapat tertanam pada anak sejak dini.
Tantangan ekonomi tak menghentikan langkah Sri Utami (71) untuk bermanfaat untuk banyak orang. Demi memenuhi kebutuhan keluarga dan membiayai sekolah 4 anaknya, Sri sempat bekerja serabutan mulai dari menjadi buruh cuci, tukang batu, pedagang sayur, hingga sopir angkot.
Hingga ketika usaha sepatu, perawatan badan, hingga permata yang dijalani mulai membuahkan hasil, Sri kemudian mendirikan klinik pertamanya pada 2001. Saat ini, keempat anaknya telah menjadi sarjana, bahkan sang suami berhasil menjadi dokter.
Sri juga telah memiliki 2 klinik pratama, 2 klinik utama dan 1 rumah sakit khusus bedah dengan biaya murah untuk membantu lebih banyak orang mendapat fasilitas kesehatan yang baik.
Bermula dari keluhan wisatawan akan banyaknya sampah, Robertus Kenedy Diaz (54 th) yang berprofesi sebagai pemandu wisata di area Labuan Bajo, tergerak menjadi pegiat kebersihan lingkungan di wilayah ini.
Meski sempat menerima cemooh orang sekitar, Diaz terus berupaya dan mengajak keterlibatan warga, untuk turut melakukan aksi nyata demi menjaga kelestarian lingkungan.
Tak hanya aktif membersihkan area wisata Pulau Komodo, Diaz juga mendirikan komunitas ‘Anak Labuan Bajo Bersatu’. Selain berhasil mengurangi tumpukan sampah, komunitas yang dipimpin Diaz juga menyelamatkan warga dari gigitan nyamuk DBD.
Sosok penggerak keluarga, juga ditemukan pada Ni Komang Warsiki (52 th) - seorang ibu tunggal dengan 4 anak, dan 3 diantaranya menyandang disabilitas daksa.
Meski hanya lulusan SD, Komang berhasil mendidik anak-anaknya dan meraih mimpinya masing-masing. Di tengah keterbatasan yang dimiliki, anak pertamanya telah menulis 4 buku, sementara karya lukisan anak keduanya juga banyak diminati hingga mancanegara.
“5 sosok inspiratif pejuang kemajuan keluarga ini diharapkan mampu memotivasi kita semua untuk berbuat lebih banyak, bermimpi lebih tinggi dan belajar lebih semangat lagi agar kita pun bisa menjadi pahlawan kemajuan keluarga yang tak lekang oleh zaman untuk bentuk Indonesia yang sehat, sejahtera dan selaras,” pungkas Andrew.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo