tirto.id - Ekspektasi publik tidak besar saat Timnas U-19 Indonesia melakoni uji coba lawan Yordania di Stadion Wibawa Mukti, 13 Oktober 2018 lalu. Maklum, pertandingan ini sebenarnya cuma uji coba dalam rangka persiapan Garuda Nusantara menuju Piala Asia U-19 yang dihelat lima hari kemudian.
Harapan suporter sederhana: Indonesia tak tampil memalukan, tidak ada pemain yang cedera, dan Egy Maulana Vikri yang saat itu akan melakoni debutnya sejak vakum ke Polandia bisa tampil memukau.
Namun, semua orang tahu bahwa yang terjadi kemudian lebih dari itu. Di luar dugaan, skuat asuhan Indra Sjafri menggasak Yordania 3-2. Selain gol bunuh diri pemain lawan, sepasang gol Firza Andika jadi penentu penting hasil pertandingan ini.
Seusai pertandingan, pelatih Timnas U-19 Yordania Ahmad Abdul Qader memuji Firza habis-habisan.
"Nomor tujuh [Egy Maulana Vikri] pemain yang baik dan cepat. Tapi selain dia, Indonesia punya banyak pemain hebat seperti nomor 16 [Feby Eka Putra] dan 17 [Firza Andika]," kata Qader seperti dilansir Goal.
Saat itu Firza memang tak memakai kostum bernomor 11 yang biasa ia gunakan. Namun kelincahannya di sayap kiri sama sekali tak berubah. Kecepatan, yang jadi modal utama Firza berhasil membuatnya seolah punya panggung sendiri.
Firza rajin membantu pergerakan Egy yang kerap dikepung pemain lawan di sektor kanan pertahanan Yordania, namun tak pernah lupa turun dan menjalankan perannya sebagai penghuni lini belakang. Dua gol ke gawang Yordania sebenarnya cuma bonus dari rapor baiknya selama 90 menit.
Bukan kali itu saja Firza mendulang pujian dari pelatih lawan. Lima hari berselang, saat Indonesia melakoni laga pembuka Piala Asia U-19 di Gelora Bung Karno dan lagi-lagi Egy jadi sorotan, ia kembali jadi pemain menonjol. Kali ini giliran pelatih Taiwan, Von Ca Nhum yang memuji eks penggawa PSMS Medan itu.
"Selain Egy dan Witan, bagi saya number 11 itu [Firza] bagus. Dia memiliki kaki kiri sangat bagus dan sangat cepat," ucapnya pada konferensi pers pascalaga.
Performa di Piala Asia kemudian menarik hasrat dua klub asal Eropa, AFC Tubize dan UD Alzira untuk mengundang Firza ikut trial (seleksi uji coba). Tubize merupakan klub divisi kedua Belgia, sementaraUD Alzira adalah klub asal divisi keempat Spanyol.
Trial dengan kedua klub tersebut dilakukan secara beruntun pada bulan November 2018. Akhirnya, Tubize maupun Alzira sama-sama menunjukkan ketertarikan untuk meneruskan kerja sama.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, Firza akhirnya menjatuhkan pilihan pada AFC Tubize. Sebagaimana diwartakan FOX Sports, Firza lantas menandatangani kontrak berdurasi dua tahun dengan AFC Tubize pada Kamis (24/1/2019).
Tinggi badan Firza sempat jadi pro kontra di tengah kedatangan Firza ke Belgia. Namun, CEO AFC Tubize, Shim Chen-koo menegaskan jika itu sama sekali tidak akan jadi kendala bagi rekrutan anyarnya. Menurut Chen-koo, lebih baik pemain berusia 19 tahun tersebut fokus ke hal-hal lain yang lebih penting ketimbang menanggapi kritik-kritik yang muncul soal tinggi badan.
"Tinggi badan bukan masalah tapi lebih ke mental. Kalau dia berposisi sebagai penyerang ya mungkin masalah. Tapi ini lebih ke penempatan posisinya juga. Dia harus belajar bahasa, makan makanaan barat dan adaptasi dengan cuaca [dingin]. Ini tantangan bagi Firza," ungkapnya.
Di luar pertimbangan soal tantangan-tantangan barunya, kedatangan Firza ke Eropa juga bisa dimaknai dalam konteks lain. Setidaknya, ini membuktikan bahwa Egy Maulana Vikri bukan satu-satunya talenta bersinar yang dimiliki sepak bola Indonesia.
Harapan suporter sepak bola nasional terhadap munculnya talenta-talenta hebat yang bisa membawa nama negara di Eropa memang banyak muncul setelah Egy dikontrak klub Polandia, Lechia Gdanks tahun lalu. Namun, seperti bumerang, semakin tingginya tuntutan dikhawatirkan mengganggu perkembangan para pemain muda lain.
Kedatangan Firza ke Belgia bisa sedikit meringankan ekspektasi 'mengharumkan nama bangsa' yang terus menerus diemban sendirian oleh Egy sejak hadir ke Polandia tahun lalu. Tak cuma itu, Firza juga berhasil memacu kepercayaan diri pemain-pemain lain yang sempat minder untuk ikut trial.
"Karena memang kalau ada lima atau enam pemain yang bisa kaya Egy di Eropa, pemain-pemain yang seusia itu manfaatnya dua sampai tiga tahun yang akan datang untuk sepak bola kita," ungkap eks pelatih Firza di Timnas U-19, Indra Sjafri.
Peluang trial di klub luar negeri memang kerap disalahartikan sebagai 'menghabis-habiskan waktu'. Ini juga yang sempat dikemukakan sendiri oleh Indra saat pemainnya yang lain, Nurhidayat Haji Haris berencana melakukan trial dengan klub Eropa bulan Januari ini.
"Kalau tidak puas, tunggu main di tempat lain di klub di Indonesia. Kalau langsung angkat jadi pemain, tidak apa tapi kalau tidak [trial lebih dulu] yang jangan," kata Indra.
Namun, dari keberhasilan Firza menyusul jejak Egy untuk trial dan diterima oleh klub Eropa, rasa-rasanya pemain Indonesia sudah tidak perlu lagi khawatir untuk menjajal peruntungan bermain di Eropa.
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan