tirto.id - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono semakin memantapkan langkahnya untuk menjajaki Pilkada Jawa Tengah pada 2018 mendatang. Ferry yakin bahwa masyarakat di Jawa Tengah juga banyak yang menginginkan pergantian pimpinan karena kebijakan gubernur Jawa Tengah tidak berpihak pada rakyat. Inilah yang ia sebut sebagai Soekarno gadungan atau palsu.
“Gayanya Soekarno, tapi kebijakannya berpihak pada mereka yang harusnya jadi musuh itu (rakyat),” kata Ferry di kawasan Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat pada hari Sabtu (5/8/2018).
Ferry adalah salah satu aktivis mahasiswa yang sempat mendekam sebagai tahanan politik pada saat demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tahun 2009 silam saat pemerintahan Presiden SBY. Saat itu Ferry tercatat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Bangkit Indonesia yang banyak melayangkan kritik ekonomi kepada kebijakan Presiden SBY.
Ferry menilai bahwa banyak kebijakan kawannya - Ganjar Pranowo - yang tidak sesuai dengan keuntungan masyarakat. Ia berharap bahwa pimpinan yang akan terpilih berikutnya adalah mereka yang punya rekam jejak baik dan berpihak pada masyarakat, bukan hanya mengaku Soekarnois, tapi tidak berpihak pada rakyat. Menurutnya, itu adalah Soekarno palsu. Keyakinan dirinya untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Tengah pun semakin besar.
Ditanya tentang saingan terbesar, Ferry sendiri meyakini bahwa di Jawa Tengah, popularitas Ganjar Pranowo sebagai petahana masih tetap tinggi. Namun, bukan berarti Ganjar tanpa cela. Sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Tengah sudah tidak dikuasai oleh PDIP. Selain itu, Ganjar belakangan juga dihantam dengan isu terkait pendirian pabrik semen di daerah Rembang. Menurut Ferry, kisruh petani Pegunungan Kendeng melawan PT Semen Indonesia ini pun murni kesalahan dari Ganjar.
Salah satu masalahnya adalah izin pendirian pabrik Semen di Rembang ini sebetulnya belum disepakati oleh kedua belah pihak secara teknis dan persetujuan masyarakat. Sayang pabrik semen sudah terlanjur berdiri dan beroperasi. Ganjar sendiri – menurut Ferry – menganggap enteng karena “tidak ada kepedulian terhadap masyarakat.” Hal ini menimbulkan kesulitan bagi pihak-pihak yang bersengketa.
Bukan hanya di Rembang, menurut Ferry, ada satu kasus lagi di Pegunungan Slamet yang menentang pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi. “Sebetulnya kalau panas bumi kan sebetulnya ramah lingkungan tapi, saya ga tau kenapa menolak. Saya rasa ini karena kegagalan pimpinannya, sehingga rakyat menolak,” katanya.
Ferry sendiri masih dalam perjalanan untuk memantapkan dirinya agar diusung Partai Gerindra pada 2018 mendatang. Partai Gerindra sampai sekarang masih belum memutuskan siapa nama yang akan diusung pada Pilkada Jateng 2018. Nama yang kerap dijadikan persaingan dalam Partai Gerindra adalah mantan Menteri ESDM Sudirman Said dan Ferry Juliantono. Sudirman sudah mulai berkomunikasi dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PKS Sohibul Iman. Di sisi lain, Ferry Juliantono juga sudah mengunjungi Amien Rais, dan direncanakan melakukan kunjungan kepada Prabowo.
Minggu depan, ia juga mulai mengunjungi masyarakat di berbagai daerah Jawa Tengah. Ferry akan mulai mendatangi masyarakat untuk mendapatkan masukan dan pendapat untuk mulai mengamankan suara dan memastikan bahwa dirinya memang layak untuk menjadi perwakilan masyarakat. Daerah yang akan dikunjungi Ferry antara lain Semarang, Rembang, Kebumen, Wonosobo, Karanganyar, Solo, Buaran, Tegal, dan Brebes.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yantina Debora