Menuju konten utama

Fadli Zon Kecam Keputusan Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel

Fadli menilai keputusan Trump upaya untuk mengalihkan isu di dalam negeri Amerika Serikat.

Fadli Zon Kecam Keputusan Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel
wakil ketua umum partai gerindra fadli zon menjadi narasumber dalam diskusi bertajuk reshuffle datang parpol tegang di jakarta, sabtu (7/11). diskusi tersebut membahas isu reshuffle jilid kedua kabinet kerja dan kaitannya dengan partai politik. antara foto/sigid kurniawan/nz/15.

tirto.id - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menentang keras kebijakan Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Menurutnya keputusan itu tidak sejalan dengan pandangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). "Kita harus mengecam pernyataan Donald Trump itu. Pernyataan itu tiba-tiba muncul dari 'langit'. Sekjen PBB pun telah menentang kebijakan Trump tersebut," kata Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (7/12) seperti dikutip dari Antara.

Fadli menegaskan keputusan Trump bertentangan dengan konstitusi Indonesia yang menentang segala bentuk penjajahan. Sehingga apa yang telah dilakukan Israel terhadap Palestina, tidak pernah mendapatkan persetujuan dari pemerintah dan rakyat Indonesia.

"Indonesia ingin Palestina merdeka dan sudah jadi komitmen pemerintah, bahkan salah satu janji pemerintah sekarang kan membuka KBRI di wilayah Palestina," katanya.

Keputusan Trump menurut Fadli juga menjadi langkah mundur bagi upaya perdamaian dunia termasuk menyelesaikan konflik yang ada di Timur Tengah. Ia menilai Trump tengah berupaya menjadikan Yerusalem sebagai upaya pengalihan isu dari kondisi dalam negeri Amerika Serikat. "Sebagai politikus, dugaan saya ini upaya mengalihkan isu dalam negeri karena Donald Trump semakin hari semakin sulit posisinya dengan berbagai kasus yang dihadapinya," kata Fadli.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Pada saat yang sama, Trump juga memerintahkan dimulainya pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke kota bersejarah tersebut. Dua hal itu disampaikan Trump pada Rabu (6/12/2017) waktu AS atau Kamis (7/12/2017) WIB.

"Saya telah menetapkan bahwa sekarang saatnya untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Setelah lebih dari dua dekade penundaan, kita tidak lagi mendekati kesepakatan damai antara Israel dan Palestina." kata Trump dari Ruang Penerimaan Diplomatik Gedung Putih sebagaimana dikutip CNN.

“Saya juga mengarahkan Departemen Luar Negeri untuk memulai persiapan untuk memindahkan kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem.”

Meski sejumlah petinggi negara hingga elemen masyarakat di banyak negara menilai langkah ini akan menjadi bibit bagi konflik baru di Timur Tengah, Trump beranggapan sebaliknya.

Ia berketetapan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari pendekatan baru terhadap konflik Israel-Palestina yang telah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu, dan AS masih berkomitmen terhadap perdamaian di wilayah tersebut.

"Keputusan ini tidak dimaksudkan, dalam cara apapun, untuk mencerminkan hilangnya komitmen kuat kami untuk memfasilitasi sebuah kesepakatan damai yang abadi. Kami menginginkan kesepakatan yang sangat baik bagi Israel dan juga untuk rakyat Palestina," katanya.

Amerika Serikat adalah negara sahabat terpenting Israel dan kondisi ini sudah bukan rahasia lagi. Pejabat Israel punya lobi yang luar biasa kuat di Gedung Putih sehingga kebijakan-kebijakan yang tercipta bisa menguntungkan negaranya.

Baca juga artikel terkait YERUSALEM atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Politik
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Jay Akbar