Menuju konten utama

Facebook Coba Cegah Rasisme di Platform Mereka

Kebijakan iklan baru Facebook mengatakan bahwa "para pemasang iklan tidak boleh mendiskriminasi orang lain berdasarkan atribut personal seperti ras, teknik, warna kulit, kewarganegaraan, agama, umur, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas gender, status lingkungan, disabilitas dan kondisi medis maupun genetik".

Facebook Coba Cegah Rasisme di Platform Mereka
Ilustrasi. Beberapa orang tampak siluete sedang menggunakan smartphone didepan logo Facebook. Foto/REUTERS/Dado Ruvic

tirto.id - Dalam upaya untuk melawan rasisme yang semakin merajalela di dunia sosial media, Facebook telah mengeluarkan sebuah kebijakan baru untuk mencegah unggahan-unggahan iklan yang bersifat rasis, hanya menargetkan kelompok atau gender tertentu.

Seperti dilansir dari The Verge, kebijakan baru tersebut mengatakan bahwa "para pemasang iklan tidak boleh mendiskriminasi orang lain berdasarkan atribut personal seperti ras, teknik, warna kulit, kewarganegaraan, agama, umur, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas gender, status lingkungan, disabilitas dan kondisi medis maupun genetik".

Facebook juga berusaha untuk mengedukasi pemasang iklan terhadap anti-diskriminasi, pun juga tidak akan mengizinkan pengiklan memasang pasar spesifik ras tertentu serta tidak mengizinkan pengguna untuk mengidentifikasi ras.

Perusahaan itu mengatakan dapat menggunakan penanda tertentu untuk kelompok pengguna berdasarkan topik seperti konten yang mereka suka, halaman yang mereka suka, atau bahasa yang mereka sukai. Perusahaan dapat memakai dasar tersebut untuk target iklan mereka.

Dengan kebijakan tersebut, Facebook mengumumkan akan menggunakan mesin untuk mengidentifikasi iklan yang menawarkan perumahan, pekerjaan dan kredit, yang para pengiklannya berusaha tidak memasukkan orang Afrika-Amerika, Asia-Amerika dan Hispanic.

Sebelumnya, Twitter juga telah merilis fitur keamanan untuk mengatasi ujaran kebencian. Langkah ini muncul di tengah kritik keras tentang pelecehan dan ujaran kebencian yang terjadi di media ini, serta kegagalan Twitter menemukan pembeli setelah berbulan-bulan muncul rumor soal pengambilalihan.

"Kami mendukung kebebasan berekspresi bagi semua orang agar mereka dapat melihat semua sisi dari beragam topik. Namun demikian, kebebasan berekspresi menjadi tidak nyaman saat penyalahgunaan dan pelecehan terjadi sehingga membungkam dan meredam beragam ekspresi," kata Ed Ho, Vice President of Engineering Twitter, melalui rilis yang diterima Tirto.

"Twitter tidak akan menoleransi hal tersebut dan kami terus mengembangkan berbagai upaya baru untuk menghentikan penyalahgunaan serta pelecehan terhadap pengguna."

Baca juga artikel terkait FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara