tirto.id - Hasil survei terbaru Indo Barometer menyimpulkan elektabilitas Prabowo Subianto kalah jauh dari rival utamanya, kandidat petahana di Pilpres 2019, Presiden Joko Widodo. Survei itu juga menyimpulkan elektabilitas Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) serta Jenderal Gatot Nurmantyo di Pilpres mengekor di belakang Prabowo.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodhari menyatakan survei ini melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi dan berlangsung pada 15 - 23 November 2017. Survei ini mengajukan sejumlah kemungkinan kontestasi di Pilpres 2019 kepada semua respondennya. Indo Barometer merilis hasil survei ini pada Minggu (3/12/2017), demikian dikutip Antara.
Hasil jawaban respoden atas pertanyaan terbuka dalam survei tersebut menyimpulkan elektabilitas Jokowi mencapai 34,9 persen, sedangkan Prabowo Subianto hanya 12,1 persen.
Ketua umum Partai Gerindra itu disusul oleh Anies Baswedan 3,6 persen, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) 3,3 persen dan Gatot Nurmantyo 3,2 persen. Nama Ridwan Kamil juga mendapatkan tempat dengan poin 2,8 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 2,5 persen.
Ketika responden menerima pertanyaan soal pilihan calon presiden dengan 6 nama, Jokowi juga masih unggul telak dengan 44,9 persen. Sedangkan Prabowo cuma 13,8 persen. Anies justru memperoleh dukungan 6 persen, AHY 3,5 persen, Gatot Nurmantyo 3,2 persen dan Jusuf Kalla cuma 1 persen.
Sementara berdasarkan 4 variasi simulasi 2 nama, hasil Jokowi vs Prabowo ialah 50,9 persen-20,8 persen. Sedangkan responden yang menjawab rahasia, belum memutuskan, tidak akan memilih, tidak tahu dan tidak jawab mencapai 28,3 persen.
Untuk simulasi Jokowi vs Anies Baswedan hasilnya 47 persen-20,5 persen. Responden yang menjawab rahasia, belum memutuskan, tidak akan memilih, tidak tahu dan tidak jawab di kategori pertanyannya mencapai 32,6 persen. Artinya hasil simulasi ini hanya sedikit berbeda dari opsi pertama.
Adapun dalam simulasi Jokowi vs Gatot Nurmantyo, hasil survei itu ialah 46,9 persen-18,8 persen. Jumlah responden yang menjawab rahasia, belum memutuskan, tidak akan memilih, tidak tahu dan tidak jawab untuk kategori pilihan ini sebanyak 34,4 persen.
Untuk Jokowi vs AHY, hasilnya juga masih mengunggulkan petahana, yakni 50,3 persen-17,3 persen. Responden yang menjawab rahasia, belum memutuskan, tidak akan memilih, tidak tahu dan tidak menjawab jumlahnya 32,4 persen.
Qodhari menjelaskan Jokowi memiliki sejumlah keunggulan karena paling dikenal dan disukai oleh responden surveinya. Tingkat pengenalannya mencapai 98,9 persen dan tingkat kesukaan 98,2 persen. Mantan Wali Kota Solo itu juga paling sesuai dengan selera publik dalam memilih calon presiden.
Menurut survei Indo Barometer ini, ada 5 alasan utama publik memilih calon presiden yaitu tegas 19,7 persen, merakyat 10,6 persen, kerja nyata 7,8 persen, orangnya baik 6,8 persen, ramah dan bijak 5,7 persen. Berdasarkan alasan-alasan itu, Jokowi menduduki peringkat pertama. Ia disukai 41,1 persen responden, disusul Prabowo 37,3 persen dan Gatot Nurmantyo 11 persen.
Sementara tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sebagai presiden mencapai 67,2 persen, sedangkan yang tidak puas 28,5 persen. Ada 4,3 persen tak menjawab atau tidak tahu.
"Jika dibandingkan dengan survei sebelumnya, tren tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi meningkat sejak survei nasional pada Maret 2015 - November 2017. Sempat melemah hanya pada September 2015," kata Qodari.
Hasil survei itu juga menyimpulkan 61,8 persen responden menginginkan Jokowi kembali menang di Pilpres 2019. Hanya 23,6 persen menolak dia berkuasa kembali. Sisanya, 14,7 persen respoden tak menjawab.
Meskipun demikian, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengaku tetap optimistis publik di Indonesia banyak yang masih berharap Prabowo Subianto menang dalam Pilpres. Dia beralasan hal ini terlihat dari kemunculan nama Prabowo yang terus-menerus membayangi Jokowi di berbagai survei.
"Sekarang Pak Prabowo belum apa-apa saja surveinya masih tinggi, dan menurut saya peluangnya makin besar, saya harap ini juga menjadi indikator," kata Prabowo.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom