Menuju konten utama

Duduk Perkara Skandal Adani Group Libatkan Orang Terkaya di Asia

Duduk perkara skandal Adani Group melibatkan nama orang terkaya di Asia, yaitu Gautam Adani yang dituduh melakukan manipulasi dan penipuan.

Duduk Perkara Skandal Adani Group Libatkan Orang Terkaya di Asia
Ketua Adani Group, Gautam Adani berbicara saat peresmian KTT Global Gujarat ke-9 di Gandhinagar, India, 18 Januari 2019. (Foto AP/Ajit Solanki, File)

tirto.id - Skandal Adani Group yang mencuat baru-baru ini melibatkan nama orang terkaya di Asia, yaitu sang pendiri grup Gautam Adani.

Skandal ini mengejutkan publik karena memicu kerugian besar-besaran perusahaan terbesar di India itu. Akibat skandal tersebut, saham perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Adani Group anjlok dalam semalam.

Dikutip dari The Guardian, saham Adani Transmission, Adani Total Gas, Adani Green Energy, Adani Power, dan Adani Wilmar turun antara 5 hingga 20 persen tidak lama setelah pasar dibuka pada 30 Januari 2023.

Sementara itu, saham Adani Enterprises tercatat turun selama delapan sesi berturut-turut dan mencapai harga terendah sejak November 2021. Selama sepekan, kerugian yang ditaksir Adani Group mencapai 65 miliar dolar AS.

Duduk Perkara Skandal Adani Group

Duduk perkara skandal Adani Group bermula saat perusahaan investasi berbasis di New York, Hindenburg Research merilis laporan bahwa Adani melakukan manipulasi dan penggelapan.

Menurut TRT World, Hindenburg menuduh Adani Group terlibat dalam "skema manipulasi saham dan penipuan akuntansi yang kurang ajar. Selama beberapa dekade.”

Laporan tersebut dirilis dalam dokumen setebal 100 halaman yang langsung menyebabkan para investor menarik diri dalam sekejap.

Selain tuduhan penggelapan dan manipulasi, perusahaan investasi itu menuduh bahwa Adani Group telah membebani perusahaan dengan utang besar. Akibatnya, seluruh perusahaan di Adani Group saat ini menghadapi masalah finansial yang serius.

Hindenburg juga mengutip sejumlah transaksi terkait operasi tambang dan proyek kereta api Carmichael Adani di Queensland.

Menurut Hindenburg, Adani tidak mengungkapkan laporan keuangan secara transparan kepada investor dan informasi bahwa aset di Australia itu telah kehilangan nilainya.

Menyusul dirilisnya laporan dari Hindenburg Research, Adani Group menerbitkan sanggahan setebal 413 halaman dan menyamakan laporan perusahaannya dengan laporan dari Hindenburg.

Adani Group mengklaim bahwa transaksi pihak-pihak terkait yang tersebar luas maupun yang dirahasiakan sudah diperhitungkan dengan benar. Terkait utang, mereka juga menyangkal bahwa hal itu sudah sesuai dengan tolok ukur industri.

Menurut Adani Group tuduhan yang disampaikan oleh Hindenburg ini disengaja untuk menyerang "pertumbuhan dan ambisi India." Adani juga menuduh bahwa perusahaan AS tersebut menghina regulator India.

“Tuduhan dan sindiran, yang disajikan sebagai fakta, menyebar seperti api, menyeka sejumlah besar kekayaan investor dan menjaring keuntungan untuk Hindenburg. Hasil bersihnya adalah investor publik kalah dan Hindenburg mendapat keuntungan besar,” kata Adani Group dalam sanggahannya.

Setelah sanggahan tersebut rilis, Hindenburg menantang Andani untuk membawa kasus ini ke pengadilan agar bisa dilakukan pengawasan lebih lanjut. Pihaknya turut mengklaim bahwa konglomerat India itu menggunakan ikatan patriotik untuk menghindar dari penanganan masalah serius.

Sementara itu, memasuki Februari Adani mengonfirmasi akan berupaya menyelesaikan permasalahan penjualan saham. Pernyataan ini meredakan sejumlah kekhawatiran investor dan mulai membangkitkan harga saham Adani secara perlahan.

Melansir The Economic Times, hingga pada pembukaan perdagangan Senin (6/2/2023) saham Adani Enterprise perlahan-lahan mengalami u-turn dan sedikit menguat.

Bukan Lagi Orang Terkaya Ketiga di Dunia

Gautam Adani tercatat sebagai industrialis terkaya di Asia. Melansir dari Forbes, ia bahkan sempat menduduki posisi ketiga sebagai orang terkaya di dunia dengan total kekayaan mencapai 124 miliar dolar AS.

Di tahun 2021 hingga 2022 ia menjadi satu-satunya orang Asia yang menempati tiga besar orang terkaya di dunia. Tempat pertama diisi oleh pendiri label mewah Louis Vuitton, Bernard Arnault dan di tempat kedua CEO Tesla dan Space X, Elon Musk.

Kekayaan Gautam Adani sebagian besar diperoleh dari industri tambang dan energi. Group Adani juga diketahui sebagai operator bandara terbesar di India dan pelabuhan-pelabuhan besar di negara tersebut.

Adani juga memperluas gurita bisnisnya dengan mengakuisisi perusahaan semen, Swiss Holcim pada 2022 sebesar 10,5 miliar dolar AS. Adani Group kini dikenal sebagai produsen semen terbesar kedua di India.

Namun, menyusul skandal yang melibatkan perusahaannya kekayaan Gautam Adani merosot tajam. Kerugian akibat skandal tersebut mencapai 50 persen dari total kekayaannya.

Masih menurut Forbes, ia kini turun di peringkat 17 sebagai orang terkaya di dunia dengan total aset 61,4 miliar dolar AS, sedikit lebih rendah dibanding CEO Meta, Mark Zuckerberg.

Baca juga artikel terkait SKANDAL ADANI GROUP atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora