Menuju konten utama

DPR Pertanyakan Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen

Penetapan target pertumbuhan sebesar 5,3% dari pemerintah dinilai tidak realistis oleh DPR. DPR menilai kondisi riil saat ini pertumbuhan ekonomi nasional melambat. Selain itu lembaga-lembaga keuangan mematok target pertumbuhan ekonomi nasional jauh lebih rendah dibanding target pemerintah.

DPR Pertanyakan Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen
Sebuah alat berat terparkir di dekat sejumlah gedung bertingkat di kawasan bisnis Sudirman, Jakarta, Kamis (21/4). Bank Dunia menyatakan belanja infrastruktur pemerintah dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,1 persen untuk tahun 2016, namun investasi sektor swasta sangat penting dalam melengkapi belanja pemerintah untuk mendukung pertumbuhan tersebut. Antara foto/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempertanyakan landasan pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%. Pasalnya, konsumsi rumah tangga sebagai penopang pertumbuhan ekonomi terus melambat sejak dua tahun terakhir.

Wakil Ketua Komisi XI DPR Marwan Cik Asan mengatakan, setelah disetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara-perubahan (RAPBN-P) 2016, pihaknya khawatir pemerintah tidak mencapai target di lapangan. Sebab konsumsi rumah tangga terus menurun dalam dua tahun terakhir. Pada 2014, konsumsi tersebut mencapai 5,29 persen dan 2015 sebesar 5,0 persen. Sementara perkiraan BI pada 2016 mencapai 5,1 persen.

Selanjutnya, kata Marwan, komponen yang berkontribusi juga terhadap pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi pemerintah. Target konsumsi pemerintah dalam APBN 2016 sebesar 5,7 persen. Dalam APBN-P 2016, konsumsi pemerintah menjadi 6,0 persen, sementara pada 2015 hanya 5,4 persen.

"Secara nominal saja sudah kelihatan menurun konsumsinya, jadi dengan angka pertumbuhan 5,3 persen maka landasan dasar pemerintah menetapkan angka tersebut apa?," tanya Marwan dalam rapat kerja dengan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Menteri PPN/Bappenas dan Kepala Badan Pusat Statistik, Jakarta, Senin (6/6/2016)

Seperti diketahui, berbagai lembaga keuangan dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di bawah target pemerintah, antara lain; IMF 4,9 persen, Bank Dunia, 5,1 persen, ADB 5,2 persen dan Cosensus Forecast 4,9 persen.

Berkaitan dengan target itu Kardaya Warnika, anggota Komisi XI mengatakan, perkiraan Gubernur Bank Indonesia (BI) terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lebih tegas daripada pemerintah dan lembaga keuangan dunia. "BI tidak lebih tegas dari IMF, Bank Dunia, ADB dan Cosensus Forecast. BI menggunakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan range 5,0-5,4 persen," tegasnya

Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN-P 2016 sebesar 5,3 persen. Dalam pertumbuhan itu, konsumsi rumah tangga menjadi penopang perekonomian dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen. Sementara konsumsi pemerintah sebesar 6,0 persen.

"Yang paling penting adalah pertumbuhan dua itu (Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah)." kata Bambang. Pihaknya memperkirakan konsumsi rumah tangga membaik pada kuartal-kuartal berikutnya karena adanya tunjangan hari raya (THR), gaji 13 dan 14 aparatur sipil negara.

Selain itu, kata Bambang, komponen ekspor dan impor membaik meskipun masih tumbuh dalam tingkat yang moderat. Harga komoditas yang masih lemah masih menjadi faktor utama tidak naiknya pertumbuhan di sektor ini.

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Agung DH