Menuju konten utama

Dokter Lulusan Luar Negeri Merawat Pasien Lebih Baik

Dokter yang telah melakukan pelatihan medis di luar negeri dapat menjamin kesehata pasien lebih baik dibandingkan dokter lulusan dalam negeri, menurut penelitian. Sebelumnya, pasien cenderung prihatin tentang kualitas pelayanan dari lulusan medis asing.

Ilustrasi Dokter.[Foto/istock]

tirto.id - Tercatat, hampir seperempat dokter yang membuka praktiknya di Amerika Serikat (AS) telah melakukan pelatihan medis mereka di negara lain. Padahal penelitian sebelumnya menunjukkan, dokter yang terlatih di luar negara asal mereka kurang menguntungkan, menurut pandangan orang-orang.

Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam The BMJ menemukan bahwa reputasi tersebut justru jauh terjamin. Dokter asing terlatih yang membuka praktik di AS ternyata memiliki tingkat kelangsungan hidup pasien lebih baik dibandingkan rekan-rekan yang terlatih di tempat asalnya.

"Beberapa pasien prihatin tentang kualitas pelayanan dari lulusan medis asing," kata Dr. Yusuke Tsugawa, asosiasi penelitian di departemen kebijakan kesehatan dan manajemen di Harvard T.H. Chan School of Public Health, yang memimpin penelitian. "Artinya, saya pikir, tidak adil tanpa melihat persis apakah kinerja mereka sebaik lulusan medis AS."

Sebelumnya, dalam penelitian yang juga diadakan Tsugawa, baru-baru ini menemukan bahwa pasien yang dirawat oleh dokter perempuan memiliki hasil yang lebih baik daripada dokter laki-laki.

Untuk studi ini, Tsugawa dan timnya meneliti lebih dari satu juta permintaan masuk rumah sakit yang dibuat orang dewasa berusia 65 tahun pada Medicare antara tahun 2011 dan 2014, serta di mana dokter mereka telah dilatih. Para peneliti juga menyesuaikannya dengan beberapa karakteristik dokter dan pasien yang punya kemungkinan membelokkan hasil, seperti ras pasien dan diagnosis. Kemudian dibandingkan juga dua kategori dokter di dalam rumah sakit yang sama dan di rumah sakit yang berbeda.

Bagaimanapun, dokter terlatih di luar negeri memang memiliki kelihaian. Dilansir dari TIME, pasien yang menemui dokter terlatih luar negeri memiliki tingkat kematian sedikit sedikit lebih rendah (11,2%) dibandingkan dengan pasien dari dokter lulusan AS (11,6%).

Perbedaan ini mungkin terdengar kecil, tetapi penulis menunjukkan bahwa jika perawatan yang diberikan sama, kehidupan satu orang akan diselamatkan dari setiap 250 pasien.

Para penulis juga tidak menemukan perbedaan dalam tingkat pendaftaran kembali antara kedua kelompok. Sementara itu, dokter asing terlatih memiliki biaya perawatan lebih tinggi, menunjukkan intensitas yang sedikit lebih tinggi dari perawatan.

"Kami sedang menyiapkan sebuah standar tinggi bagi dokter yang terlatih di luar negeri untuk datang membuka praktik di AS," kata Tsugawa. "Mereka harus melewati tiga ujian dengan biaya lebih dari 3.000 dolar AS."

Adapun lulusan sekolah kedokteran asing, Tsugawa menambahkan, memiliki kesempatan 50% untuk program residensi di AS. Sementara itu, lulusan sekolah kedokteran Amerika punya tingkat kesesuaian sekitar 90%.

Dan dalam banyak kasus, mahasiswa internasional harus melakukan residensi mereka lagi di AS. Artinya, dokter terlatih di luar negeri yang akhirnya menjalankan praktiknya di AS mendapatkan pelatihan terbaik dan paling kompetitif, Tsugawa menegaskan.

Dokter terlatih luar juga lebih mungkin untuk melayani daerah pedesaan dan rumah sakit negeri minim staf, atau tempat yang tidak banyak lulusan medis AS ingin pergi dan praktik. Menurut temuan penelitian, dokter internasional juga cenderung merawat pasien dengan kondisi yang lebih kronis.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa mereka [dokter lulusan luar negeri] menyediakan perawatan yang berkualitas tinggi dan membawa nilai ke sistem kesehatan AS," kata Tsugawa, yang berharap bahwa lulusan sekolah kedokteran dari negara-negara di luar akan terus praktik di Amerika.

"Jika kita berpaling dari dokter berkualitas tinggi di luar AS," katanya, "barangkali kita telah mengorbankan kualitas perawatan."

Baca juga artikel terkait DOKTER atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari