tirto.id - Susi Susanti bersorak dan melakukan tanda salib, lalu menyalami Bang Soo-hyun. Tepukan pebulutangkis Korea Selatan tersebut dinyatakan keluar dari garis belakang lapangan. Susi meraih medali emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Barcelona 1992.
Medali itu juga menjadi medali emas pembuka bagi Indonesia dalam sejarah keikutsertaan di ajang olimpiade. Olimpiade Barcelona adalah satu-satunya ajang olimpiade dengan hasil dua emas bagi Indonesia. Emas lain juga datang dari bulutangkis, setelah Ardy Wiranata dan Alan Budikusuma memastikan pertarungan sesama Indonesia di partai final.
Kisah emas bulutangkis Indonesia berlanjut hingga Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Pasangan ganda campuran Lilyana Natsir dan Tontowi Ahmad melanjutkan tradisi emas olimpiade bagi Indonesia setelah sebelumnya putus di London. Owi/Butet, yang empat tahun sebelumnya mesti puas berada di tempat keempat Olimpiade London, mengandaskan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dengan straight set.
Sejak Barcelona 1992 hingga Rio de Janeiro 2016, bulutangkis telah memberikan tujuh dari tujuh medali emas Indonesia di ajang olimpiade. Tahun depan, tradisi medali emas olimpiade Indonesia akan dibebankan kepada Kevin Sukamuljo dan Marcus Gideon. Amanat ini tentu wajar mengingat prestasi yang ditorehkan Kevin/Marcus sepanjang beberapa tahun terakhir. Pasangan ganda putra terbaik Indonesia tersebut sejak 28 September 2017 hingga kini bertengger di peringkat pertama dunia versi Badminton World Federation. Kevin/Marcus juga membuka tahun 2019 dengan meraih dua gelar di bulan Januari, Malaysia Masters 2019 dan Indonesia Masters 2019. Di final Indonesia Masters 2019, Kevin/Marcus mengalahkan pasangan Indonesia lainnya, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan.
Kisah Susi, Alan, Owi/Butet, Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan adalah sedikit dari banyak kisah sukses yang telah ditorehkan oleh salah satu cabang olahraga paling digemari di tanah air ini. Kesuksesan, sebagai bagian dari perjuangan, tentu saja tidak hadir dalam semalam. Ia butuh banyak faktor pendukung, salah satunya: jam terbang.
Jam terbang sebagai faktor penting dalam perjalanan karier pebulutangkis adalah hal yang diakui oleh legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata. Menurut Christian, atlet-atlet muda akan banyak menimba pengalaman ketika melawan pemain-pemain dengan jam terbang yang lebih baik. “Makin berat lawannya, makin bagus. Bagus buat pemainnya, sparing yang berat kan bagus, biar maju pemainnya,” ujar Christian sebagai perwakilan dari PB Djarum Kudus dalam jumpa pers Djarum Superliga Badminton 2019 yang digelar di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (31/1). PB Djarum adalah salah satu klub yang akan berlaga di kejuaraan beregu yang memasuki tahun ketujuh penyelenggaraan tersebut.
Selain PB Djarum, ada 12 klub lain, dari dalam dan luar negeri, yang akan berlaga di Djarum Superliga Badminton 2019; Jaya Raya Jakarta, Berkat Abadi, Musica, Daihatsu Astec, Mutiara Cardinal, Jatim United, Tiket.com Champion Klaten, Sport Affairs (Malaysia), Hitachi (Jepang), Samurai Japan Reptiles (Jepang), Granular Badminton Academy (Thailand), dan Saishunkan-Nihon Unisys (Jepang).
Kevin, Marcus, Hendra dan Ahsan, adalah empat dari sejumlah nama pebulutangkis papan atas tanah air yang akan berlaga di turnamen beregu tersebut. Nama-nama lainnya, untuk menyebut beberapa, adalah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie dan Greysia Polii.
“Jadi, seperti yang sudah-sudah, misi diadakannya Djarum Superliga, kita fokus kepada atlet-atlet binaan muda,” ujar Christian. Dengan alasan pembinaan inilah, Christian menambahkan, PB Djarum Kudus hanya akan menurunkan atlet-atlet binaan klub, baik di sektor putra maupun putri. “Di putra, kita memakai, atau nanti akan turun murni adalah atlet-atlet binaan dari klub Djarum. Di putri hanya ada satu (pemain dari luar klub), Michele Li,” ujarnya.
Visi pembinaan jugalah yang mendasari Djarum Foundation dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menggelar kejuaraan beregu Djarum Superliga Badminton 2019. Tak hanya dari Indonesia, para pebulutangkis yang berlaga dalam kejuaraan ini juga berasal dari berbagai negara yang sedang menumbuhkan kultur bulutangkis seperti Sai Praneeth (India), Vladimir Ivanov (Rusia), Brice Leverdez (Perancis), Zhang Beiwen (Amerika Serikat) serta Michele Li (Kanada). Nama-nama tersebut tentu saja tidak termasuk para pebulutangkis asing yang memperkuat klub-klub negara asal mereka.
Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Djarum Superliga Badminton 2019, Achmad Budiharto, klub-klub yang berlaga akan memperebutkan total hadiah sebesar 300.000 dolar AS atau senilai Rp 4,25 Miliar, dengan rincian 150 ribu dolar untuk masing-masing sektor. Jumlah hadiah ini meningkat dari total hadiah 250.000 dolar AS (3,5 Miliar) pada perhelatan 2017. Delapan klub untuk sektor putra dan delapan klub untuk sektor putri akan memperebutkan hadiah sebesar 80 ribu dolar AS untuk juara I, 40 ribu dolar AS untuk juara II, 20 ribu dolar AS untuk juara III dan 10 ribu dolar AS untuk juara IV. Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung akan menjadi tuan rumah turnamen yang berlangsung selama satu pekan, 18-24 Februari mendatang.
“Meski memiliki animo yang tinggi terhadap bulutangkis, Kota Bandung sudah cukup lama absen menjadi tuan rumah kejuaraan bulutangkis bergengsi. Melalui Djarum Superliga Badminton 2019 yang akan digelar di Sabuga kami harapkan bisa kembali memuaskan hasrat para penggemar bulutangkis di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung dan sekitarnya. Kita berharap masyarakat Bandung berbondong-bondong datang ke sana,” ujar Achmad. Selain faktor animo masyarakat, dipilihnya Bandung sebagai tuan rumah, menurut Achmad,juga didukung oleh faktor sarana. Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), yang dipilih sebagai tempat penyelenggaraan pertandingan, mampu menampung 1.400 penonton.
Penikmat bulutangkis yang ingin menyaksikan langsung turnamen ini di Sabuga bisa membeli tiket di Blibli.com sampai tanggal 15 Februari 2019. Tiket juga bisa dibeli secara on the spot sepanjang penyelenggaraan turnamen. Setiap pertandingan juga akan disiarkan secara live stream di situs web Djarum Badminton. Kompas TVakan menayangkan partai puncak turnamen ini pada 23 dan 24 Februari 2019.
Dengan mengadopsi format kejuaraan Thomas dan Uber, setiap pertandingan dalam Djarum Superliga akan dilangsungkan dengan pertarungan tiga partai tunggal dan dua partai ganda. Klub-klub yang memiliki pemain asing diperbolehkan memainkan para pemain asing, satu pemain asing untuk sektor tunggal, dan dua pemain untuk sektor ganda. Dengan kata lain, dua pemain asing sektor ganda bisa dilibatkan dengan dua pilihan. Pertama, keduanya dipasangkan sebagai satu pasangan dan bermain dalam satu partai; kedua, satu pemain asing berpasangan dengan satu pemain Indonesia dalam dua partai ganda.
“Djarum Superliga Badminton 2019, yang tahun ini merupakan gelaran ketujuh, adalah komitmen Djarum Foundation dalam memajukan bulutangkis Indonesia. Dan kami memilih format beregu dalam turnamen ini agar para pebulutangkis bisa mengutamakan kerjasama dan juga meningkatkan mental mereka di atas lapangan,” tutur Dewan Penasihat Djarum Foundation, Yan Haryadi Susanto.
Selaras dengan visi pembinaan yang diusung Djarum Foundation, para pebulutangkis tanah air tidak hanya akan bertanding melawan, melainkan juga diajak untuk bekerja sama dengan para atlet mancanegara. Pengalaman tersebut diharapkan menambah wawasan dan kecakapan atlet-atlet tanah air di atas lapangan.
Wakil Ketua I PBSI Alex Tirta mengharapkan banyak manfaat bisa diraih oleh atlet-atlet tanah air. “Dengan banyaknya klub dan pebulutangkis mancanegara yang turut serta, diharapkan Djarum Superliga Badminton 2019 bisa menjadi ajang pembuktian diri dan uji coba bagi atlet-atlet Indonesia di turnamen-turnamen sepanjang 2019 ini,” ujar Alex.
Editor: Advertorial