tirto.id -
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Maluku Utara (Malut) mendorong para petani kelapa untuk memproduksi gula kristal guna mengatasi harga kopra yang jatuh.
"Kalau para petani hanya mengandalkan kopra sebagai satu-satunya produk dari tanamannya maka akan sulit untuk meningkatkan pendapatan di saat rendahnya harga kopra dewasa ini," kata Asrul Gaelea, Kepala Disperindag Malut, di Ternate, Kamis, (24/3/2016).
Asrul menjelaskan tingkat harga kopra yang rendah dipengaruhi oleh rendahnya harga di pasaran, baik tingkat domestik maupun ekspor. Ia mengaku, Disperindag tidak bisa berbuat banyak, sehingga mendorong petani untuk mencari alternatif guna mempertahankan pendapatan, di antaranya denagn memproduksi olahan kelapa seperti gula kristal.
Asrul mengatakan memproduksi gula kristal dari kelapa tidak membutuhkan modal besar dan peralatan mahal. Oleh karena itu, menurutnya, petani bisa mengembangkan usaha gula kristal tersebut. Harga jual gula kristal pun cukup menguntungkan, yakni sekitar Rp 20.000 per kilogram.
Kalaupun tetap ingin mengolah kopra, Asrul menyarankan petani harus mengubah cara mengolahnya dari pengasapan menjadi penjemuran. Ia menjelaskan, kopra yang dihasilkan dari proses penjemuran dihargai lebih mahal dari pengasapan, yakni mencapai sekitar Rp 9.000 per kg sedangkan pengasapan hanya Rp 5.000 per kg.
Selain persoalan harga jual, Asrul membeberkan pemasaran gula kristal juga cukup luas. Bahkan, petani kelapa di berbagai daerah di Indonesia, misalnya Jawa Timur yang selama ini mengembangkan usaha produksi gula kristal kewalahan menerima pesanan, baik untuk dalam negeri dan untuk diekspor.
“Banyak produk olahan dari kelapa yang juga bisa dikembangkan para petani kelapa di Malut, seperti minyak kelapa asli [Virgin Coconut Oil], yang harganya cukup mahal, selain itu juga bisa mengolah sabut dan tempurung kelapa menjadi bahan jok mobil atau tempurung kelapa menjadi arang,” kata Asrul.
Asrul menambahkan, Disperindag Malut juga menarik investor masuk ke Maluku utara untuk membangun pabrik minyak goreng di wilayah itu.
“Dengan adanya pabrik minyak goreng diharapkan pemasaran kopra menjadi lebih lancar dan harganya pun lebih stabil,” kata Asrul. (ANT)