tirto.id - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah kini mengkaji rencana membuat kebijakan untuk mengolaborasikan diskon harga tiket pesawat berbiaya murah (LCC) dengan program peningkatan kunjungan wisata.
Menurut Budi, melalui kebijakan tersebut, kunjungan ke beberapa lokasi pariwisata akan mendapat diskon tiket pesawat sekaligus potongan harga untuk tarif hotel hingga transportasi darat.
Rencana tersebut, kata Budi, diusulkan dalam rapat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang membahas tarif tiket pesawat pada 22 Juli kemarin.
"Ada usulan bersama, salah satunya dari Pak Pahala Mansury [Direktur Keuangan Pertamina], saya sependapat, supaya ada sharing pemain [bisnis] pariwisata dan maskapai. Sama-sama bundling diskon," ujar Budi di kantor Kemenhub, Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Untuk mematangkan rencana tersebut, Budi menambahkan, perlu ada koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Pariwisata, pemerintah daerah, hingga agen perjalanan wisata.
Dengan begitu, nantinya akan ada dua hal yang perlu dibahas dalam perumusan kebijakan lanjutan terkait penurunan tiket peswat.
Pertama, soal penurunan harga tiket penerbangan berbiaya murah sebesar 50 persen dari tarif batas atas (TBA). Kedua, mengenai sharing diskon antara maskapai dan pelaku bisnis pariwisata.
"Misalnya ke Bali, [Harga] tiket Rp1,5 juta, [tarif] hotel Rp1-2 juta, total Rp3-5 juta, bagaimana sharing-nya? Nanti didiskon juga. [maskapai dan hotel] Sama-sama bundling diskon. Jadi masing-masing [bisa] 50 persen," ujar Budi.
Meski demikian, Budi menyebut bahwa perumusan kebijakan tersebut masih butuh waktu cukup lama. Terutama, kata dia, karena pemilihan lokasinya harus tepat dengan tujuan mendongkrak jumlah wisatawan.
"Jadi kita mendukung turis di dalam negeri dengan sharing cost tadi. Jadi bikin satu program, nah mungkin kita akan lakukan di tempat destinasi utama-utama dulu," kata Budi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang Januari-Mei 2019 mencapai 6.371.203 orang atau meningkat 2,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, jika dilihat secara bulanan atau dari April ke Mei 2019, jumlahnya mengalami penurunan sebesar 3,19 persen. BPS menyatakan hal ini terjadi karena faktor musiman, mengingat bulan Mei 2019 bertepatan dengan Ramadhan.
Jumlah wisman paling banyak tercatat berasal dari Malaysia yakni 1,2 juta kunjungan atau 20,48 persen dari total kunjungan pada Januari-Mei 2019. Setelahnya, ada kunjungan wisman asal Cina yang tercatat masih cukup tinggi yakni 882,9 ribu atau 13,86 persen dari total kunjungan.
Selain Malaysia dan Cina, jumlah kunjungan wisman terbanyak berdasarkan negara asalnya berturut-turut adalah Singapura sebanyak 739,7 ribu kunjungan atau 11,61 persen; Timor Leste sebanyak 506,3 ribu kunjungan atau 7,95 persen; serta Australia sebanyak 483,9 ribu kunjungan atau 7,6 persen.
Jumlah kunjungan wisman yang datang melalui pintu masuk udara tercatat paling banyak yakni sebanyak 3,69 juta kunjungan. Sementara pintu masuk laut dan darat masing-masing tercatat sebanyak 1,72 juta kunjungan dan 960,43 ribu kunjungan.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom