Menuju konten utama

Di Televisi, Liverpool Juara Paruh Musim Liga Primer

Salah satu tv terestrial Indonesia menayangkan Liga Primer setiap pekan. Inilah klasemen sementara Liga Primer berdasarkan raihan poin saat tim-tim Liga Primer tayang di tv terestrial.

Di Televisi, Liverpool Juara Paruh Musim Liga Primer
Pemain Liverpool Divock Origi merayakan golnya [Foto/hisisanfield.com]

tirto.id - MNC Group kembali memegang hak siar Liga Primer Inggris mulai musim ini sampai dua musim mendatang. Terakhir kali mereka menggenggam hak siar terjadi pada musim 2010-13. Sampai lebih setengah musim ini, MNC Group selalu menayangkan tiga laga setiap pekan pertandingan atau gameweek, jumlah yang lebih sedikit dari periode 2010-13 yang bisa sampai 5 laga tiap pekan pertandingan.

Tayangan sepak bola di televisi terestrial (free to air) menjadi akses yang paling mudah bagi banyak orang. Setidaknya, untuk menikmati jalannya kompetisi sepanjang musim, pemirsa sepak bola tidak perlu merogoh kocek untuk langganan televisi berbayar, pergi ke kafe untuk nonton bareng, mengakses situs streaming yang legal ataupun ilegal, atau pergi ke Inggris.

Ketimbang empat liga top Eropa lainnya (Liga Spanyol, Italia, Jerman, dan Perancis), jumlah siaran Liga Primer di televisi terestrial musim ini paling intens. Pertandingan besar yang melibatkan tujuh tim teratas di papan klasemen pun selalu tersiarkan secara langsung.

Pakar jurnalisme olahraga Monash University, David Goldblatt, dalam bukunya berjudul The Ball Is Round: A Global History of Football menuturkan jalinan sepak bola dengan media massa, terutama televisi, telah menghasilkan industri massa yang baru. Penayangan sepakbola di televisi bukan sekadar menginisiasi pengarsipan sepakbola menjadi lebih lengkap, melainkan pengalaman menikmati sepakbola bagi khalayak umum berubah.

Perubahan menikmati sepakbola ini merujuk perbedaan pengalaman menonton sepak bola secara langsung di stadion dengan pengalaman ‘memirsa’ tayangan di televisi. Fenomena yang kemudian memunculkan istilah ‘fans layar kaca’. Kedigdayaan Liga Primer yang mulai diinisiasi pada 1992-93 pun dilakukan dengan optimalisasi pemanfaatan hak siar televisi.

Menurut Narayana Mahendra Prastya, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia dalam analisisnya di Remotivi, menonton sepakbola melalui televisi, ibarat kata, merupakan kewajiban bagi pecinta sepakbola di Indonesia. Pecinta sepakbola di Indonesia yang terhalang ribuan kilometer dengan stadion klub pujaannya, berkat televisi, hambatan geografis itu terlampaui dan hubungan emosional pun terbangun.

Lalu, bagaimana kalau klasemen Liga Inggris ditentukan berdasarkan pertandingan yang tayang di televisi terestrial saja?

Berbeda dengan kondisi nyata, Liverpool justru menjadi tim yang menjuarai paruh musim Liga Primer berdasarkan hasil pertandingan yang disiarkan di layar kaca. Setelah liga berjalan 20 gameweek¸ The Reds tidak pernah kalah dalam 10 siaran langsung pertandingan dengan meraup 26 poin dari hasil delapan menang dan dua seri. Dua kekalahan yang didera Jordan Henderson, dkk., terjadi saat menjalani pertandingan yang tidak disiarkan tv terestrial, yakni kala versus Burnley (0-2) dan Bournemouth (3-4).

Chelsea yang memuncaki klasemen sementara, justru menuai hasil tidak terlalu positif. Tiga kekalahan yang mereka telan dari Liverpool (1-2), Arsenal (0-3), dan Tottenham Hostpur (0-2) terjadi saat ditayangkan di RCTI. Dari 10 pertandingan siaran langsung, rataan poin per laga The Blues sebesar 1,9 poin.

Sejauh ini, Manchester United menjadi tim yang pertandingannya paling sering disiarkan, sebanyak 11 kali. Sayangnya, hasil MU tidak melulu baik karena hanya meraup 1,72 poin per laga yang tayang. Torehan rataan poin ini bahkan masih kalah dari milik Tottenham Hotspur dan Swansea City (2 poin/laga).

Berkaitan erat dengan pertandingan MU yang paling sering ditayangkan, lanskap Old Trafford menjadi yang tersering mengisi layar kaca dengan 5 kali penayangan laga kandang. Tim lain yang laga kandangnya sering juga disiarkan, yakni Everton dengan jumlah yang sama.

Penggemar Manchester City dan Arsenal barang kali patut was-was, kalau laga klub pujaan mereka ada di televisi. Hal ini merujuk raihan poin per laga yang tidak begitu menggembirakan keduanya saat disiarkan langsung. Hingga pekan ke-20, sudah ada 10 laga City tersiar, empat di antaranya berujung kekalahan. Itulah juga jumlah kekalahan yang dialami The Citizens sepanjang musim ini. Dengan hasil lima kali menang dan satu kalah, rasio poin per laga anak asuh Pep Guardiola hanya 1,6 poin.

Arsenal lebih buruk. Sekalipun saat ini menghuni lima besar, banyak kemenangan yang diraih terjadi saat aksi Petr Cech, cs. tidak ditayangkan. Sama seperti Chelsea dan City, semua kekalahan Arsenal ditonton penggemarnya lewat tayangan televisi terestrial. Laga pembuka versus Liverpool (3-4), serta dua kekalahan beruntun pada pekan ke-16 dari Everton (1-2) dan pekan ke-17 atas Manchester City (1-2) menempatkan Arsenal di peringkat ke-10.

Anomali terjadi bagi Swansea City. Klub yang saat ini berada di peringkat ke-19 klasemen, seolah mendapat tuah kalau pertandingannya tayang di tv terestrial. Meskipun hanya ada dua laga, Swansea City tidak terkalahkan. Mereka menahan imbang Watford 0-0 pada pekan ke-9 dan menang 3-0 atas Sunderland di hari kesepuluh Desember 2016.

Kemenangan itu adalah satu dari dua hasil poin penuh yang sukses dituai manajer Bob Bradley, manajer kedua yang dipecat Swansea musim ini. Mungkin sebetulnya yang perlu dilakukan Swansea untuk menghindari zona degradasi bukan memecat pelatih, melainkan intensitas penayangan laga di televisi yang sering.

Infografik Liverpool vs Manchester United

Sebagai juara musim lalu, kiprah Leicester City yang tersiar langsung jumlahnya masih kalah dari dua tim papan bawah, Crystal Palace dan Sunderland. Enam partai Leicester dengan rasio poin per laga sebesar 0,6 tidak berbeda jauh dengan milik Palace dan Sunderland yang pertandingan keduanya disiarkan sebanyak tujuh kali. Catatan untuk Sunderland, tripoin perdana The Black Cats yang sempat gagal menang dalam 10 laga awal musim ini disaksikan pemirsa kala Bournemouth ditekuk 1-2.

Nasib paling tidak beruntung mesti dirasakan penggemar Burnley di Indonesia. Sekalinya laga klub The Clarets tayang, mereka mesti kalah 0-1 dari Arsenal di pekan ke-3. Itupun lewat gol handsball kontroversial Laurent Koscielny di menit paling ujung pertandingan. Padahal, juara Divisi Championship musim lalu ini tengah menjalani musim terbaik di Liga Primer sepanjang sejarah klub berdiri.

Sementara itu, tujuh perayaan gol Zlatan Ibrahimovich dan Dele Alli menjadi selebrasi yang paling sering tersaji di televisi. Penyerang Manchester City, Nolito (4 gol) dan bek West Bromwich Albion, Gareth McAuley (3 gol) mencetak seluruh golnya saat siaran langsung di tv terestrial, koleksi terbanyak di antara rekan setim. Untuk urusan klub, Liverpool paling tajam di klasemen siaran televisi dengan koleksi 23 gol. Produktivitas yang memang tercermin sepanjang Juergen Klopp menukangi tim.

Tampilan klasemen ini berdasarkan rasio poin perlaga yang diperoleh setiap tim. Semakin banyak poin dari laga-laga yang disiarkan, semakin tinggi posisi mereka. Jika ada kesamaan rasio poin perlaga, maka posisi dilihat dari jumlah pertandingan. Semakin banyak jumlah pertandingan, tim tersebut yang berada di posisi yang lebih baik dari tim dengan rasio poin per laga yang sama.

Selain mendapati raihan setiap klub saat ditayangkan televisi, klasemen juga mengindikasikan bagaimana kinerja setiap tim saat berjumpa pesaing terdekat. Khususnya bagi tim-tim di tujuh besar saat mereka saling berhadapan. Tiga poin yang diperoleh dari pesaing terdekat di klasemen yang bisa berpengaruh banyak kepada prestasi di akhir musim.

Baca juga artikel terkait MNC GRUP atau tulisan lainnya dari Rahman Fauzi

tirto.id - Olahraga
Reporter: Rahman Fauzi
Penulis: Rahman Fauzi
Editor: Zen RS