Menuju konten utama

Delegasi Pemerintah Suriah Pertanyakan Wakil Oposisi

Delegasi Pemerintah Suriah tidak dapat memandang sah wakil oposisi Suriah yang berkumpul di Astana dalam acara dialog perdamaian mengenai Suriah pada Senin (23/1/2017).

Delegasi Pemerintah Suriah Pertanyakan Wakil Oposisi
Pejuang pemberontak di kota Marea menembak senjata ke arah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dikendalikan Katakan kota Rifaat, provinsi Aleppo utara, Suriah 21 Oktober 2016. GAMBAR REUTERS / Khalil Ashawi

tirto.id - Delegasi Pemerintah Suriah tidak dapat memandang sah wakil oposisi Suriah yang berkumpul di Astana dalam acara dialog perdamaian mengenai Suriah pada Senin (23/1/2017). Pemimpin Delegasi Suriah menyatakan wakil oposisi bertindak bertolak-belakang dengan kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya.

"Oposisi, yang diwakili dalam pembicaraan perdamaian di Astana, bertindak bertolak-belakang dengan kesepakatan yang dicapai sebelumnya," kata Bashar Al-Ja'afari, pemimpin delegasi Pemerintah Suriah, seperti dilansir dari Antara, Selasa (24/1/2017).

Al-Ja'afari kepada wartawan mengatakan Oposisi Suriah melindungi dan mendukung kelompok teror Jabhat An-Nusra, yang pernah menguasai sumber air minum buat warga Damaskus dan menghentikan pasokan air minum buat jutaan orang,.

"Wakil oposisi membahas operasi militer yang dilancarkan oleh militer Suriah terhadap pelaku teror yang menguasai sumber air minum buat Damaskus. Sementara itu, kami membahas sebanyak tujuh orang, yang tak memiliki akses ke air minum selama 42 hari," katanya.

Jabhat An-Nusra tidak bergabung dalam kesepakatan perdamaian tersebut, kata Al-Ja'afari, tapi oposisi tidak memandang kelompok itu sebagai organisasi teroris.

"Bagaimana kalian dapat membela mereka yang bukan bagian dari kesepakatan tersebut? Jadi, kalian membela pelaku teror, orang yang menggunakan air sebagai senjata. Tambahan lagi, kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok teroris yang ditetapkan oleh PBB. Kalian tak bisa melindungi pelaku teror dan mengutuk tindakan militer Suriah," kata Al-Ja'fari, sebagaimana pantauan Antara dari surat kabar Xinhua, Selasa pagi.

Ia juga menuduh oposisi salah menafsirkan gagasan gencatan senjata.

Sementara itu, Mohammed Alloush, pemimpin delegasi oposisi mengatakan kehadiran kelompok yang memerangi Suriah tak bisa diterima baik dan membuat sulit dicapainya gencatan senjata di negeri tersebut.

Ia menekankan oposisi akan melakukan pembicaraan perdamaian hanya setelah gencatan senjata.

Pembicaraan perdamaian mengenai Suriah diluncurkan pada Senin di Astana, Ibu Kota Kazakhstan. Delegasi Pemerintah Suriah dan oposisi, Rusia, Turki dan Wakil Khusus PBB Staffan de Mistura ikut dalam pembicaraan itu.

Duta Besar AS untuk Kazakhstan George Krol juga diundang ke pembicaraan perdamaian Astana sebagai pengamat.

Baca juga artikel terkait SURIAH atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Politik
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh