tirto.id - Konflik antara Qatar dan negara Timur Tengah bermula dari hal sepele. Arab Saudi tidak terima dengan isi newsticker yang muncul di saluran televisi milik kantor berita Qatar (QNA).
Dalam berita itu mereka merilis ucapan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, yang menyebut Qatar tak segan bekerjasama dengan Iran, Israel dan Ikhwanul Muslim.
Qatar berkelit bahwa saluran TV mereka telah diretas. Mereka pun meminta pertolongan kepada FBI. Hasil penyelidikan FBI menemukan bahwa peretasan itu melibatkan peretas dari Rusia.
Informasi ini diungkap pejabat AS kepada CNN. "Penyelidik AS percaya bahwa peretas Rusia menyerang kantor berita negara Qatar dan membuat sebuah laporan berita palsu yang memantik api krisis di antara sekutu Gulf terdekat AS," ucap sosok yang enggan disebut namanya ini.
Sejak Jumat pekan lalu (26/5), FBI memang mengirim tim penyidik ke Doha untuk membantu pemerintah Qatar menyelidiki insiden dugaan peretasan ini.
Belum jelas apakah AS telah melacak peretas ini berasal dari organisasi kriminal Rusia atau dinas keamanan Rusia. Namun yang pasti dia yakin, pemerintah Kremlin tahu dan merestui operasi ini.
"Tidak banyak sesuatu hal terjadi di negara tersebut (Rusia) tanpa restu pemerintah," ucapnya.
Sementara itu, secara resmi FBI dan CIA menolak berkomentar. Seorang juru bicara kedutaan Qatar di Washington mengatakan penyelidikan sedang berlangsung dan hasilnya akan segera dirilis untuk publik.
Kasus Peretasan Stasiun TV
Meretas newsticker saat live bukan pekerjaan yang mustahil bagi peretas andal. Pada 2011 lalu, Fox News pun sempat merasakannya. Kala itu seorang peretas menyisipkan pesan bernada politis: "Kami dibohongi. Pengemis kanan menghancurkan kelas menengah dan mencoba membunuh serikat pekerja kita."
Di Youtube, si peretas memperlihatkan aksinya itu. Dia menyisipkan pesan. "Saya mengakses newsticker Fox pada dasarnya untuk menarik perhatian Anda. Juga karena Fox pantas mendapatkannya: mereka adalah corong 24 jam dari sayap kanan. Mereka adalah pelaku kebohongan besar," ucapnya.
Peretasan saluran TV memang bukan hal baru. Pada September 1987, Playboy TV dibajak dan menyusupkan pesan teks fanatik yang meminta para "satanis" penggemar Playboy di rumah untuk bertobat dan menemukan Yesus. Peretasan ini dilakukan dengan cara menginterupsi sinyal.
Namun, di era transmisi digital dan enkripsi, intrusi sinyal menjadi semakin sulit dilakukan, tetapi tetap terjadi. Pada tahun 2007, di AS, sebuah acara Disney Channel yang disiarkan ke sebuah kota di New Jersey terganggu dengan adegan dari sebuah film dewasa. Pada 2011, seseorang memasukkan adegan porno gay hardcore ke dalam sebuah acara berita pagi di Hamilton, Ontario, dan seorang teknisi di Tuscon didakwa melakukan sesuatu yang mirip dengan siaran Super Bowl pada 2009 di kota itu.
Februari 2011, seorang peretas berhasil membajak sistem peringatan darurat dari empat stasiun TV yang terpisah dengan peringatan invasi zombie. Dia cepat ditemukan dan ditangkap.
Tidak hanya dilakukan orang jahil, peretasan TV juga terkadang dilakukan untuk tujuan militer. Pada tahun 2006, selama perang Lebanon dengan Israel, peretas Israel mengganggu saluran televisi Al-Manar milik Hizbullah dengan menyisipkan gambar tentara Hizbullah yang mati agar membuat nyali pasukan ciut.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Zen RS