Menuju konten utama

Contoh Penerapan Kurikulum Merdeka di SD, SMP, dan SMA

Penerapan Kurikulum Merdeka akan dilakukan mulai 2022 hingga 2024 untuk satuan pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA.

Contoh Penerapan Kurikulum Merdeka di SD, SMP, dan SMA
Guru memberikan pengetahuan tambahan mengenai bahaya rokok kepada siswa kelas 6 di SD Negeri Tanah Tinggi 1, Tangerang, Banten, Kamis (1/9). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi berencana memasukkan materi bahaya merokok pada kurikulum pendidikan tingkat sekolah dasar. ANTARA FOTO/Lucky R./ama/16

tirto.id - Penerapan Kurikulum Merdeka rencananya dimulai pada 2022 hingga 2024. Kurikulum Merdeka dirancang untuk bisa diterapkan di jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB.

Paket Kurikulum Merdeka memang sudah diluncurkan sejak awal tahun ini, namun belum wajib diterapkan di semua sekolah. Saat ini, penerapan Kurikulum Merdeka menjadi salah satu dari 3 opsi kurikulum yang bisa dipilih setiap sekolah.

Ketiga opsi tersebut termasuk Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan demi menunjang pembelajaran saat pandemi COVID-19), dan Kurikulum Merdeka .

Menurut Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim sekolah yang ingin melakukan perubahan kurikulum namun belum siap bisa memilih Kurikulum Darurat terlebih dahulu.

“Bagi sekolah yang ingin melakukan perubahan, tapi belum siap melakukan perubahan besar dan ingin memilih materi yang sederhana maka bisa menggunakan Kurikulum Darurat," Nadiem dalam peluncuran Kurikulum Merdeka , 11 Februari 2022 di Jakarta.

"Sementara, sekolah yang sudah siap melakukan transformasi bisa menerapkan Kurikulum Merdeka ,” lanjutnya.

Konsep Kurikulum Merdeka

Sesuai dengan namanya, Kurikulum Merdeka mengusung konsep bahwa pendidikan di Indonesia harus "Merdeka Belajar."

Oleh karena itu, dengan adanya kurikulum ini diharapkan siswa Indonesia bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing dengan memilih jenis mata pelajaran yang dapat mendukung minat dan bakatnya tersebut.

Singkatnya, siswa Indonesia tidak lagi diwajibkan untuk mempelajari seluruh mata pelajaran seperti pada kurikulum sebelumnya. Siswa diperbolehkan memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intra-kurikuler yang beragam dan dirancang supaya proses pembelajaran menjadi fleksibel.

Selain siswa diberi kebebasan, guru juga diberikan keleluasan untuk memilih perangkat ajar sesuai kreativitas aagar bisa menumbuhkan minat belajar peserta didik.

Menurut Kemenristekdikti, ada tiga kategori pelaksanaan implementasi Kurikulum Merdeka , termasuk:

  • mandiri belajar;
  • mandiri berubah;
  • mandiri berbagi.

Kurikulum Merdeka juga mendukung strategi pembelajaran berbasis proyek. Melalui strategi ini, peserta didik diharapkan dapat menerapkan materi yang dipelajari melalui proyek dan studi kasus.

Nantinya, proyek dan studi kasus yang dilakukan siswa dikenal dengan nama Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Proyek tersebut diterapkan agar siswa bisa mencapai Profil Pelajar Pancasila.

Profil pelajar Pancasila sendiri adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap peserta didik. Ini termasuk karakter beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, berkebhinekaan global, gotong royong, kreatif, mandiri, dan bernalar kritis.

Profil pelajar Pancasila bisa dibangun melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, proyek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler.

Contoh Penerapan Kurikulum Merdeka di SD, SMP, dan SMA

Salah satu program dari Kurikulum Merdeka adalah penerapan proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Proyek tersebut diterapkan untuk mencapai karakter siswa yang sesuai dengan profil Pancasila.

Menurut Kemenristekdikti tema proyek yang diterapkan beragam, bisa berupa kewirausahaan, lingkungan, hingga kebhinekaan. Namun yang jelas, proyek harus memiliki empat prinsip, yaitu:

  • Holistik atau memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah.
  • Kontekstual, yaitu berdasarkan dari pengalaman nyata yang dihadapi dalam kegiatan sehari-hari.
  • Berpusat pada peserta didik yang artinya siswa menjadi subjek pembelajaran dan prosesnya tetap dilaksanakan secara mandiri.
  • Eksploratif atau berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang pengembangan diri dan inkuiri.

Berdasarkan panduan yang diterbitkan oleh Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristekdikti berikut beberapa contoh penerapan Kurikulum Merdeka di SD, SMP, dan SMA:

1. Contoh penerapan proyek Kurikulum Merdeka di SD

Siswa SD Negeri 1 suka minum es teh manis tetapi belum bisa membuatnya sendiri. Pak Aso, sebagai pendidik di SD Negeri 1 merancang proyek profil bertema kewirausahaan berjudul "Kita Suka Teh Manis."

Melalui proyek tersebut siswa belajar mengenal alat dan bahan pembuatan es teh, termasuk takaran bahan-bahan yang diperlukan. proyek profil dilakukan melalui pendampingan, pengulangan, dan pembiasaan di sekolah serta di rumah.

Selanjutnya, Pak Aso mendorong siswa untuk berjualan es teh manis di pameran proyek profil. Siswa Pak Aso berhasil menjual 20 gelas es teh manis di hari pameran.

Setelah proyek berakhir, orang tua siswa bercerita kepada Pak Aso bahwa anaknya kini sudah bisa membuat es teh manis sendiri di rumah.

2. Contoh penerapan proyek Kurikulum Merdeka di SMP

Ningsih adalah seorang siswa SMP yang tinggal di desa nelayan gurita. Guru di sekolah Ningsih saat ini merancang proyek profil bertopik "Detektif Gurita."

Ningsih kemudian mengeksplorasi segala hal tentang gurita, mulai dari karakteristiknya, cara hidup, dan bagaimana gurita memengaruhi kesejahteraan masyarakat di desanya.

Selama eksplorasi berlangsung, Ningsih dan teman-temannya menemukan bahwa gurita yang tidak laku dijual dibuang ke laut.

Selanjutnya, dengan bimbingan sang guru, Ningsih dan teman-temannya berhasil mengembangkan kreasi olahan gurita untuk memanfaatkan gurita yang tidak laku.

3. Contoh penerapan proyek Kurikulum Merdeka di SMA

Kepala sekolah SMA 1, Bu Mondang menerima laporan adanya perundungan di sekolahnya yang terjadi pada etnis minoritas. Menyusul laporan tersebut, Bu Mondang bertekad untuk menyelesaikan persoalan ini dengan merancang proyek profil khusus.

Setelah berunding dengan tim fasilitator proyek profil SMA, Bu Mondang sepakat akan membuat proyek profil dimensi Kebihnekaan Global yang berjudul "Sayangi Diri Sayangi Sesama."

Melalui proyek tersebut, para guru memfasilitasi dialog antarsiswa. Sekolah juga mengundang narasumber dari komunitas lintas-etnis untuk berdialog dengan siswa.

Selain itu, SMA bekerja sama dengan komunitas lintas-etnis untuk mengadakan kegiatan live-in dimana siswa bisa berinteraksi dengan keluarga yang berbeda etnis.

proyek profil ini berhasil menghilangkan ketegangan antar etnis di SMA dan menumbuhkan empati serta persatuan antar siswa.

Baca juga artikel terkait KURIKULUM MERDEKA atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora