tirto.id - Antraks adalah salah satu penyakit zoonosis yang dapat ditularkan oleh hewan kepada manusia. Virus antraks kembali menjadi perhatian publik setelah seorang warga di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, meninggal diduga akibat positif antraks setelah mengonsumsi bangkai daging sapi.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sidiq Heri Sukoco menjelaskan, warga yang meninggal akibat antraks ini yakni pria berusia 73 tahun warga Jati, Candirejo, Semanu. Pria tersebut terindikasi antraks menurut hasil laboratorium RSUP dr. Sardjito.
Menurut Kadinkes Gunungkidul, Dewi Irawati, dari hasil pemeriksaan terhadap 125 sampel yang diperiksa, 93 orang diantaranya terindikasi positif antraks setelah mengonsumsi sapi yang mati mendadak.
Hasil investigasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, pasien yang terduga terpapar virus antraks ini diketahui sempat menyembelih serta mengkonsumsi sapi yang mati karena sakit di samping kurang pemahaman warga terhadap virus antraks yang dapat menyerang hewan herbivora seperti sapi yang menyebabkan hewan tersebut sakit hingga mati mendadak.
Akibat dari kematian mendadak hewan tersebut jika terindikasi disebabkan virus antraks, maka pada saat dagingnya dikonsumsi manusia berpotensi virus tersebut akan tetap ada hingga bisa memapar pengonsumsinya.
Menurut Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar FK UI, bakteri yang terdeteksi dari antraks ini yakni Bacillus anthracis, apabila bakterinya terpapar udara maka akan membentuk spora yang resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia serta dapat bertahan di dalam tanah/
Ia menambahkan bahwa salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penularan antraks yakni tidak mengonsumsi hewan ternak yang sakit atau mati mendadak, terlebih jika belum terindikasi aman dari bakteri antraks.
Apa Itu Antraks?
Mengutip Cleveland Clinic, penyebab antraks berasal dari bakteri Bacillus anthracis yang dikategorikan sebagai penyakit langka dengan memiliki potensi fatal serta menjadi ancaman bioterorisme.
Antraks sendiri memiliki beberapa jenis seperti antraks kulit atau kutaneus, gastrointestinal, serta inhalasi, yang memiliki gejala berbeda-beda serta cara penangannya juga berbeda.
Antraks termasuk penyakit menular dengan ruang lingkup bakterinya baik itu aktif maupun tidak aktif berada di dalam tanah.
Penyakit antraks sebagian besar menyerang hewan yang merumput di tanah yang mengandung bakteri antraks. Kendati demikian, antraks ini dapat menjadi masalah yang serius karena bisa menular kepada manusia atau bersifat zoonosis.
Manusia dapat terinfeksi antraks melalui spora bakteri yang terhirup, makanan atau air yang terkontaminasi bakteri antraks, atau luka pada kulit. Bakteri ini bisa ditemukan di seluruh dunia, terutama bagi negara atau suatu peternakan yang tidak memberikan vaksinasi khusus antraks pada hewan ternaknya.
Pada saat bakteri menjalar ke tubuh manusia dan bercampur dengan cairan tubuh, maka bakteri antraks akan aktif, berkembang biak, hingga menyebar ke seluruh tubuh yang dapat memicu adanya gangguan kesehatan.
Beberapa orang yang terindikasi dapat terserang antraks yakni seperti petani atau petugas peternakan, peneliti dan pekerja laboratorium yang mempelajari bakteri, dokter hewan, pekerja pabrik wol, penyamakan kulit, pekerja rumah jagal, pengguna heroin, serta pengonsumsi daging hewan yang terindikasi terpapar virus antraks.
Ciri-Ciri Antraks
Gejala antraks pada sapi, kambing, atau hewan ternak biasanya mengalami demam tinggi pada awal infeksi. Ternak kemudian mengalami gelisah, kesulitan bernapas, kejang, rebah, dan kematian.
Tidak jarang ternak mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis. Gejala antraks bisa jadi bervariasi bergantung pada jenis antraks mana yang menyerang.
Sementara antraks pada manusia biasanya akan muncul dalam kurun waktu satu minggu setelah terpapar dan beberapa gejala yang timbul seperti:
- Nyeri dada
- Sulit bernafas
- Kelelahan
- Demam
- Berkeringat banyak
- Sakit kepala atau nyeri otot
- Lepuh pada kulit
- Mual dan muntah
- Sakit perut hingga diare berdarah
- Pembengkakan pada kelenjar getah bening
Diagnosis dan Cara Mencegah Antraks
Menurut catatan medis, terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya antraks, di antaranya seperti:
- Biopsi lesi kulit
- Tes darah
- Rontgen dada
- Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT)
- Tes laboratorium pada kotoran atau lendir
- Pungsi lumbal (spinal tap)
Sementara untuk mencegah antraks, salah satu cara paling ampuh yakni memberikan vaksin antraks pada hewan ternak serta pemberian vaksin antraks kepada orang-orang yang berada di lingkungan atau berkepentingan dengan hewan yang berpotensi terpapar bakteri tersebut.
Selain itu, beberapa cara lain untuk mencegahnya yakni tidak mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, memegang atau membeli souvenir yang terbuat dari kulit atau rambut hewan, serta tidak terlalu kontak langsung dengan hewan peliharaan tersebut.
Jika di antara orang-orang tersebut terindikasi terpapar bakteri antraks, maka cara menangani yang paling utama iala pemberian antibiotik oral, suntik atau intravena untuk melawan infeksi, kemudian pemberian antitoksin yang berfungsi sebagai obat antibodi, serta vaksin khusus untuk mencegah infeksi antraks yang semakin menjalar.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra