tirto.id - Cina menolak untuk melepaskan status sebagai negara berkembang di World Trade Organisation (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia.
Status yang dimiliki Cina tersebut membuatnya mendapatkan perlakuan istimewa dan berbeda daripada negara ekonomi maju.
Negara yang dianggap sebagai negara berkembang berhak mendapatkan perlakuan khusus seperti subsidi dalam pertanian dan menetapkan batasan lebih tinggi dalam pasar untuk negara lain.
Hal ini dianggap mencerminkan kesenjangan di WTO dan akan mengancam masa depan sistem perdagangan multilateral global, sebagaimana dilansir South China Morning Post.
Amerika Serikat mengeluhkan bahwa di WTO terlalu banyak negara (sekitar 2/3) yang mengklaim diri mereka sebagai negara ekonomi berkembang untuk mendapatkan keuntungan.
Presiden Donald Trump mengecam organisasi ini sebagai bencana. Akan tetapi, negara seperti Cina dan India menyebut bahwa hak istimewa ini merupakan fondasi penting dari sistem perdagangan global.
Cina terus menyebut diri sebagai negara paling berkembang di dunia, meskipun ia telah menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua sedunia dan eksportir terbesar.
Menteri Perdagagan Cina, Gao Feng mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada Kamis (4/4/2019) bahwa Cina tetap mempertahankan posisinya sebagai negara berkembang.
Sebaliknya, Brazil melepaskan status sebagai negara ekonomi berkembang dengan imbalan dukungan dari AS untuk bergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development, sebuah organisasi ekonomi dengan total anggota 36 negara, termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Belgia.
“Posisi Cina dalam reformasi WTO sudah jelas. Cina adalah negara paling berkembang di dunia,” kata Gao dikutip SCMP.
“Kami tidak ingkar dari tanggung jawab internasional dan kemauan untuk mengasumsikan obligasi di WTO yang sesuai dengan level perkembangan ekonomi dan kemampuan kami. Faktanya, kami melakukan hal yang sama dan akan melanjutkannya,” tambahnya.
Melansir Xinhua beberapa negara setuju untuk melepas hak istimewa mereka sebagai negara ekonomi berkembang melalui negosiasi dengan WTO. Namun, Cina bersikukuh menyebut diri sebagai negara paling berkembang di dunia secara ekonomi alih-alih negara ekonomi maju.
“Kami akan bergandengan tangan dengan negara berkembang lainnya dalam menjaga hak-hak kami,” kata Gao.
Ia juga menambahkan bahwa setiap anggota WTO harus menghormati satu sama lain dan bekerja sama untuk meningkatkan reformasi WTO bersamaan dengan multilateralisme.
WTO tidak menentukan patokan khusus terhadap anggotanya untuk menandai bahwa suatu negara masuk dalam kategori ekonomi berkembang atau maju. MasingNegara sendirilah yang menamai diri masuk dalam kategori mana. Setiap negara ditentukan oleh negara anggota lainnya mengenai status ekonomi tersebut.
Editor: Yantina Debora