tirto.id - Hidrokuinon adalah bahan pencerah kulit yang sangat efektif dibandingkan pemutih lainnya.
Penggunaan hidrokuinon dalam waktu yang relatif singkat dengan konsentrasi rendah, akan mampu memutihkan kulit dan cara ini pun telah digunakan selama beberapa dekade.
Mekanisme kerja hidrokuinon sebagai whitening agent dalam kosmetik pemutih, menurut laman resmi Unair, bisa menghambat aktivitas enzim tirosinase dalam melanogenesis.
Pada proses ini, pembentukan melanin dihambat dengan cara menghancurkan sel melanosit, meningkatkan kerusakan melanosom serta merusak membran organel, sehingga melanin yang terbentuk menjadi berkurang.
Melanin merupakan pigmen yang berperan pada penentuan warna kulit, semakin banyak jumlah melanin pada kulit maka warna kulit semakin gelap.
Berdasarkan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. HK.03.1.23.08.11.07517 dan Food And Drug Administration (FDA) penggunaan hidrokuinon dalam kosmetik pemutih telah dilarang atau zero tolerance karena berdampak negatif bagi kesehatan.
Beberapa dampak negatif hidrokuinon dalam kosmetik seperti, mengeringkan kulit, radang kulit, rasa terbakar, hingga menimbulkan bercak-bercak hitam.
Untuk efek jangka panjang bahkan dapat berpotensi kanker, gangguan fungsi ginjal dan hati karena hidrokuinon dapat terakumulasi dalam tubuh.
Untuk keperluan medis seperti pengobatan pada penyakit hyperpigmentasi, penggunaan hidrokuinon masih diperbolehkan namun harus berada di bawah pengawasan dokter.
Hiperpigmentasi merupakan kondisi yang sulit untuk diobati. Meskipun hydroquinone dapat membantu mencerahkan kulit, bahan ini tidak cocok untuk semua orang.
Anda harus memeriksakan diri ke dokter kulit sebelum menggunakan, terutama jika memiliki kulit sensitif atau warna kulit sedang hingga gelap.
Dokter kulit biasanya akan memberi tahu Anda tentang bagaimana harus menggunakan bahan ini, jika diperlukan.
Mereka juga dapat merekomendasikan perawatan pencerah kulit alternatif, termasuk produk alami dan pengelupasan kimia.
Cara Aman Menggunakan Hidrokuinon untuk Kulit
Konsistensi adalah kunci untuk mengobati hiperpigmentasi. Ada baiknya Anda menggunakan bahan ini setiap hari untuk hasil yang maksimal. Kemudian ikuti semua instruksi produk dengan hati-hati.
Penting untuk melakukan uji tempel sebelum mengaplikasikan hidrokuinon ke kulit untuk pertama kali.
Ini akan memungkinkan untuk menentukan bagaimana kulit Anda akan bereaksi dan apakah itu menghasilkan efek samping yang tidak diinginkan.
Berikut cara melakukan tes awalnya seperti dikutip situs Healthline:
- Gosokkan sedikit produk ke bagian dalam lengan bawah Anda.
- Tutupi area tersebut dengan perban.
- Cuci tangan Anda untuk mencegah produk menodai pakaian atau bahan lainnya.
- Tunggu 24 jam.
- Hentikan penggunaan jika mengalami gatal parah atau iritasi lainnya selama waktu ini.
Anda harus menerapkannya setelah memakai pembersih dan penyegar, tetapi digunakan sebelum mengaplikasikan pelembab.
Ambil sedikit produk dan oleskan secara merata ke seluruh area kulit. Pijat lembut ke kulit sampai benar-benar terserap.
Pastikan Anda mencuci tangan setelah menggunakannya, ini akan mencegah produk mempengaruhi area kulit lainnya atau menodai pakaian dan bahan lainnya.
Anda juga harus memakai tabir surya saat menggunakan bahan ini. Paparan sinar matahari tidak hanya memperburuk hiperpigmentasi, tetapi juga membalikkan efek perawatan hidrokuinon.
Tabir surya biasanya merupakan langkah terakhir dari rutinitas perawatan kulit. Pastikan untuk menanyakan ke dokter dulu apakah bahan ini sesuai untuk kebutuhan Anda sepanjang hari.
Meskipun konsistensi penting untuk hasil yang maksimal, hidrokuinon tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Jika tidak melihat peningkatan apa pun setelah tiga bulan, maka hentikan penggunaan.
Sebaliknya jika ada peningkatan, Anda dapat menggunakan produk hingga empat bulan, dan kemudian mulai mengurangi penggunaan.
Anda tidak boleh menggunakannya selama lebih dari lima bulan sekaligus.
Jika ingin mulai menggunakan produk lagi, tunggu dua hingga tiga bulan sebelum Anda melanjutkan penggunaan dan ini juga harus dalam pengawasan dokter.
Editor: Iswara N Raditya
