tirto.id - Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) S. Marpaung, mengimbau masyarakat di Pesisir Selatan, Sumatera Barat untuk memanfaatkan perbukitan sebagai tempat pengungsian untuk meminimalkan risiko jika terjadi bencana tsunami.
"Perbukitan merupakan salah satu tempat yang ideal untuk menyelamatkan diri jika terjadi bencana tsunami, karena keberadaan shelter tidak merata di daerah ini," kata Marpaung di Painan, Kamis (30/11/2017).
Ia menambahkan pada daerah setempat hanya terdapat lebih kurang sembilan shelter dan hanya tersebar di empat kecamatan dari 15 kecamatan yang ada.
Di Kecamatan IV Jurai terdapat tiga unit shelter, Sutera tiga unit shelter, Lengayang satu unit shelter, dan di Linggo Sari Baganti terdapat dua unit shelter.
Sementara katanya, hampir di tiap kecamatan di daerah itu terdapat perbukitan dan jalan evakuasi menuju bukit itu juga sudah disiapkan.
"Agar bisa meminimalkan kerugian baik nyawa atau pun benda ketika terjadi gempa dan tsunami adalah jangan panik, mencari informasi yang valid dan jika berpotensi terjadi tsunami segera mengungsi," katanya.
Ia menyebutkan penduduk setempat berjumlah lebih kurang 520 ribu jiwa dan hampir sebagian besar bermukim di lokasi yang rawan tsunami.
Sementara iu, masyarakat Solok Selatan, Sumatera Barat, yang bermukim di hulu-hulu sungai diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap banjir luapan sungai atau banjir bandang, kata pejabat pemerintahan setempat.
"Mari belajar dari pengalaman September kemarin di Batang Lolo, kita imbau masyarakat yang berada di hulu-hulu sungai, seperti Sungai Cangkar, Batang Lolo, Batang Lawe, Sungai Manau untuk meningkatkan kewaspadaan terkait cuaca ekstrem kali ini," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Solok Selatan, Rusdi Harmen ketika dihubungi di Padang Aro, Kamis (30/11/2017).
Wilayah Solok Selatan, sebutnya dalam pekan terakhir sering dilanda hujan yang disertai angin kencang dan badai.
Selain mengimbau masyarakat, BPBD Solok Selatan juga melakukan pembinaan dan pengembangan desa tangguh bencana.
Di kabupaten yang berjarak sekitar 160 kilometer dari Kota Padang itu, baru memiliki dua desa tangguh bencana, yakni Nagari Pakan Rabaa Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dan Nagari Pasir Talang Selatan Kecamatan Sungai.
"Jumat (1/12) malam dan Sabtu (2/12) malam, kami akan melakukan sosialisasi ke kedua desa tangguh bencana tersebut," ujarnya.
Kemudian pada Sabtu siang, akan dilakukan simulasi penanggulangan bencana banjir dan longsor, ujarnya.
Simulasi tersebut, imbuhnya sebagai pemantapan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam yang mungkin terjadi.
Selain Desa Tangguh Bencana, Solok Selatan juga telah membentuk Kelompok Siaga Bencana sebanyak 21 KSB dari 39 nagari (desa adat) yang ada.
"Sisanya sebanyak 18 nagari KSB-nya kita bentuk pada 2018," ujarnya.
Solok Selatan, kabupaten dengan puluhan sungai dan dikelilingi perbukitan, memiliki sejumlah daerah yang rawan banjir dan longsor.
Banjir, potensi berada di daerah cekungan, seperti Pasar Baru Muaralabuh, Kampung Tarandam, Kampung Palak, Kecamatan Sungai Pagu. Dalam upaya deteksi dini ancaman banjir, BPBD telah memasang alat deteksi banjir di sungai Batang Suliti di Pasar baru Muaralabuh.
Sementara gerakan tanah yang mengancam permukiman penduduk, sebutnya berada di Liki, Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir. Di Liki, BPBD setempat juga telah memasang alat pendeteksi gerakan tanah.
"Sementara daerah rawan longsor lainnya, seperti Pinti Kayu dan daerah Sangir Batanghari, ancaman terhadap permukiman sedikit. Kebanyakan ancamannya menimbun badan jalan," ujarnya.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo