tirto.id - Kasubdit Napi Deradikalisasi BNPT Kolonel Sigit Karyadi mengungkap latar belakang Bahrun Naim yang sempat menjadi dalang serangan teror di Jakarta 2016 silam. Untuk mewaspadai hal ini, ia juga berharap masyarakat dapat memahami bahwa semua orang bisa saja terjangkit paham radikalisme. Namun, orang yang pendiam memang lebih rentan terhadap paham tersebut.
Hal ini diterangkan Sigit saat ditemui di Universitas Pertamina hari Sabtu (29/7/2017). Menurutnya, nama Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo merupakan nama aslinya, sedang namanya di ISIS adalah Abu Bakar al-Indonisi. Selama tergabung dalam ISIS, dia sempat merekrut para jihadis melalui saluran video Youtube di daerah Indonesia, terutama dari perguruan tinggi di Tangerang tempatnya berkuliah. Selain itu, ia sempat bekerja sebagai pewarta berita di salah satu media hiburan dan aktivis kampus.
"Tahun 2009 dia sudah aktivis di situ. Saya punya video dia pembaiatan waktu di Bekasi dan Tangerang sebelum dia berangkat ke Suriah. Dia sudah lakukan pembaiatan itu kepada pengikutnya dan mahasiswa," terangnya.
Menurut Sigit, banyak adik kelasnya di perkuliahan yang sempat dibawa ke Suriah dan daerah lainnya. Saat Bahrun Naim bergabung, BNPT sempat mendapat laporan deportan-deportan yang berasal dari Rusia. Meskipun begitu, Sigit tidak mau merinci lebih jauh soal berapa lama Bahrun Naim telah menjadi seorang jurnalis.
"Saya gak bisa memberikan data itu, tapi yang jelas dia berangkat dari jurnalis karena ketidakpuasan dengan pekerjaan. Dia melihat bahwa jihad adalah jalan dia. Jalan menuju surga dia dan sebelum di jurnalis dia berangkat dari salah satu perguruan tinggi yang ada di Tangerang," terangnya.
Sigit juga menambahkan bahwa setiap orang bisa saja menjadi radikal. Tidak ada jaminan seseorang tidak bisa dipengaruhi oleh paham radikal. Bukan hanya pengangguran, orang penjaga lapas dan pejabat pun bisa saja menjadi korban."Tidak ada spesifikasinya. Bahkan ada di Batam, Jawa Timur ada pejabat. Anak istrinya dia bawa semua harta bendanya dijual. Dia keluar dari kantor pemerintah terus gabung ke Suriah," terangnya.
Oleh sebab itu, Sigit tidak menjamin bahwa orang yang bekerja secara normal tidak terpapar oleh paham radikalisme. Sigit menambahkan bahwa seseorang yang memendam perasaannya atau seorang introvert bisa menjadi sasaran empuk bagi paham radikalisme.
"Itulah yang paling gampang direkrut dan bisa saja langsung: saya menilai anda sebagai pelaku utama yang saya inginkan," katanya.
Ia juga memaparkan bahwa data ini didapat dari psikolog BNPT. Ia menyarankan agar orang tua waspada terhadap anaknya dan meminta bantuan kepada BNPT apabila sudah ada tanda-tanda paham radikalisme mulai tersebar kepada anaknya atau lingkungannya. Lebih lanjut, Sigit memberikan saran agar orang menjadi lebih terbuka untuk mencegah penyebaran paham radikal.
"Humoris paling susah dideketin," katanya.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani