Menuju konten utama

BNPT: Awasi Gerak Teroris di Dunia Maya!

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamidin mengatakan, model perekrutan organisasi teroris saat ini bertumpu kepada media sosial. Oleh karena itu, BNPT mengimbau adanya upaya untuk membendung laju indoktrinasi di internet melalui pengerahan orang-orang yang ahli di bidang tersebut.

BNPT: Awasi Gerak Teroris di Dunia Maya!
(Ilustrasi) Teroris bekerja di internet. Foto/Shutterstock

tirto.id - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamidin mengatakan, saat ini perekrutan teroris sudah lebih maju dibandingkan dengan dekade lalu. Ia menjelaskan, hal tersebut dapat dilihat dari cara perekrutan yang sudah menggunakan media sosial.

"Kalau dekade lalu, model perekrutan diawali pertemuan-pertemuan kecil, lalu diidentifikasi kemudian indoktrinasi, lalu ada jihadisasi. Namun sekarang, juga melalui media," kata Hamidin disela-sela pelatihan Duta Damai Dunia Maya di Makassar, Rabu (18/5/2016).

Lebih lanjut dia menjelaskan, media yang dimaksud terbagi menjadi dua jenis yakni media sosial dan sosial media. Jika media sosial, ujarnya, ada pola-pola tertentu seperti melalui tontonan dan bacaan. Selanjutnya, setelah yang bersangkutan tertarik dengan informasi tersebut, maka dapat dipastikan orang tersebut akan ikut bergabung.

Sementara dalam sosial media, khususnya di negara-negara maju, seseorang dapat menjadi radikal bukan melalui proses baiat (pengukuhan), tetapi karena terpengaruh dari situs-situs radikal seperti provokasi, propaganda dan sebagainya.

"Karena itu, harus dilawan. Salah satu caranya dengan menghadirkan ahli-ahli IT, blogger, penulis dan program desain untuk diberikan pelatihan mengantisipasi pengaruh terorisme," kata Hamidin.

Ia menambahkan, hal itu dimaksudkan untuk mencegah perkembangan situs-situs radikal yang kini makin berkembang pesat. Berdasarkan data BNPT, menurutnya, pada 2015 tercacat lebih dari 15 ribu situs-situs radikal. Sedangkan, pada periode sebelumnya, angka tersebut baru mencapai sekitar 9.800 situs.

Sementara itu, terkait dengan kelompok radikal di dunia, Hamidin mengatakan bahwa sedikitnya ada 10 kelompok besar terorisme internasional, satu diantaranya adalah Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Terkait dengan perkembangan ISIS di Indonesia, ia juga mengatakan, saat ini sudah ada 21 organisasi yang mendukung ISIS. Alasannya, kata dia, disebabkan karena balas dendam serta kesalahpahaman dalam memaknai jihad dan hijrah.

Baca juga artikel terkait PENANGGULANGAN TERORISME

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Putu Agung Nara Indra