Menuju konten utama

BMKG: Telah Terjadi 31 Gempa Susulan Pascagempa Bali-Lombok

"Gempa bumi yang terjadi tidak menimbulkan tsunami," katanya.

BMKG: Telah Terjadi 31 Gempa Susulan Pascagempa Bali-Lombok
Warga korhaan gempa mendapatkan perawatan di luar Puskesmas Sembalun Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7/2018). ANTARA FOTO/Zakir/AS

tirto.id -

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendata telah terjadi 31 kali gempa susulan pascagempa berkekuatan magnitudo 6,4 yang mengguncang Lombok, Bali, dan Sumbawa pada Minggu, 29 Juli 2018.

Informasi dari Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Minggu (29/7/2018), menyebutkan, gempa bumi susulan (aftershock) yang paling kuat dengan magnitudo 5,7.

"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Gempa bumi yang terjadi tidak menimbulkan tsunami," katanya.

Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat dan sebagian wilayah di Bali pagi ini disebabkan aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Minggu (29/7/2018).

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," katanya.

Guncangan gempa bumi dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI), Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI).

Hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.

Memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya tersebut, maka gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores. Sementara di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI), Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI.

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI BALI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani