Menuju konten utama

Berburu Beasiswa LPDP

Peminat beasiswa LPDP terus meningkat. Mengapa beasiswa ini mampu menyedot minat yang sangat besar?

Berburu Beasiswa LPDP
Sejumlah pengunjung mencari informasi di salah stan lembaga pendidikan pada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Edufair 2017 di Convention Center Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Moch Asim

tirto.id - Pamella Apriliana (30), asisten peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) mulai melanjutkan kuliah S2 di jurusan Teknik Kimia, Kobe University, Jepang pada April 2017. Ia adalah salah satu penerima beasiswa LPDP tahun 2016.

“Saya beruntung sebelum mendaftar LPDP telah magang sebagai asisten peneliti di LIPI. Karena sedikit banyak, pengalaman kerja tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses saya dalam melanjutkan pendidikan dengan beasiswa ini,” ceritanya.

Pamella menjelaskan bahwa sebelum ia diterima di Kobe University, ia juga telah mematangkan rencana studi dan proposal penelitian tesisnya bersama calon profesor pembimbingnya dibantu atasannya di LIPI. Rencana studi tersebut juga merupakan satu dokumen yang harus dilengkapi calon penerima beasiswa LPDP, selain juga surat rekomendasi dosen, sertifikat bahasa asing, dan beberapa esai.

Namun begitu, persiapan studi saja tidaklah cukup. Pamella menuturkan bahwa proses mendapatkan beasiswa ini adalah sebuah perjuangan tersendiri baginya. Terdapat beberapa persyaratan yang membutuhkan kerja keras besar untuk mendapatkannya, satu di antaranya adalah skor bahasa Inggris, dalam hal ini TOEFL.

“Kemampuan berbahasa Inggris di masa sekarang adalah satu hal yang penting. Karena tidak hanya dalam mencari pekerjaan, kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris adalah salah satu syarat utama beasiswa di luar negeri,” jelasnya.

LPDP memang mempersyaratkan nilai bahasa Inggris sebagai syarat masuk calon penerima beasiswa. Untuk perguruan tinggi tujuan dalam negeri, dibutuhkan skor TOEFL ITP 500, atau TOEFL IBT 61, TOEIC 600, atau bisa dengan skor IELTS sebesar 6.0. Sedangkan untuk perguruan tinggi tujuan luar negeri dibutuhkan skor TOEFL IBT sebesar 80, TOEIC 800 atau IELTS 6.5.

Ada pula syarat persiapan keberangkatan atau diistilahkan PK adalah program persiapan dari pihak LPDP. Dalam program tersebut penerima beasiswa menjalani pelatihan kepemimpinan dan pelatihan-pelatihan lain selama kurang lebih dua minggu dalam satu tempat yang telah ditentukan.

Syarat-syarat yang cukup berat itu membuat sejumlah pencari beasiswa mundur. Salah satunya Kartika (38), seorang lulusan master sekaligus ibu dua anak yang hendak melanjutkan pendidikan doktoral ke luar negeri. Ia mengaku tidak berminat untuk mendaftar LPDP karena terdapat beberapa ketentuan yang tidak dapat ia ikuti.

“Satu tahapan yang memberatkan bagi saya adalah proses PK (Persiapan Keberangkatan). Karantina selama dua minggu tentu saja berat, terlebih sekarang ini saya mempunyai anak kecil yang tidak memungkinkan ditinggal dalam waktu lama,” jelasnya.

Selain PK, tahapan lain yang sebelumnya harus dilalui calon penerima beasiswa di antaranya adalah tahapan pendaftaran online, proses seleksi administrasi, proses seleksi substansi yang terdiri dari On The Spot Essay Writing, dan Leaderless Group Discussion, sampai kemudian pengumuman hasil seleksi substansi. Program selanjutnya adalah Persiapan Keberangkatan (PK) dan atau Pengayaan Bahasa (PB) bagi penerima program beasiswa afirmasi LPDP.

Berdasarkan jadwal yang dikeluarkan oleh pihak LPDP, pendaftaran online untuk tujuan perguruan luar negeri akan ditutup pda tanggal 7 Juli 2017. Penetapan hasil seleksi diumumkan pada tanggal 26 Juli 2017.

Edy Pangaribuan, seorang pendaftar beasiswa LPDP mempunyai kekhawatiran terhadap proses aplikasi yang tengah ia jalani. Pasalnya, tahun ini ia telah berumur 34 tahun, sedangkan persyaratan LPDP membatasi umur pendaftar untuk magister/dokter spesialis maksimal 35 tahun dan doktoral maksimal 40 tahun. Oleh karena itu, Edy berharap ia mampu mendapatkan beasiswa tersebut tahun ini.

Ada yang minder dengan banyaknya syarat, tetapi banyak juga yang pantang mundur untuk mendapatkan LPDP. Yang pasti, peminatnya dari tahun ke tahun terus meningkat karena tawarannya yang cukup menggiurkan.

Pada program Beasiswa Magister/Doktoral/Spesialis kedokteran, komponen yang didanai oleh LPDP di antaranya adalah dana Pendidikan yang meliputi uang pendaftaran, SPP, uang buku, penelitian, seminar internasional, publikasi jurnal, wisuda. Selain itu LPDP juga menyediakan dana non-pendidikan yang meliputi aplikasi visa, hidup bulanan, asuransi kesehatan, transportasi, dana kedatangan, dana darurat, dan insentif Perguruan Tinggi.

infografik lpdp

Tawaran tersebut juga yang membuat peminat beasiswa LPDP meningkat dari tahun ke tahun. Direktur Utama LPDP, Eko Prasetyo menyampaikan bahwa mulai dari tahun 2013 sampai dengan 2014, terdapat sebanyak 54.227 orang mendaftar untuk beasiswa S2 dan S3. Sedangkan peserta yang diterima sebanyak 4.580 orang. Kemudian pada 2014, jumlah pendaftar beasiswa meningkat menjadi 33.667 orang.

Eko Prasetyo juga menyatakan sebanyak 30 persen kuota beasiswa setiap tahunnya diperuntukkan bagi warga di daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T). Ia menuturkan bahwa untuk daerah 3T terdapat afirmasi khusus.

Bentuk afirmasi itu berupa seleksi bagi pendaftar beasiswa dari daerah 3T berbeda dengan masyarakat dari daerah lainnya. Misalnya, salah satu syarat kemampuan Bahasa Inggris untuk beasiswa luar negeri yakni skor TOEFL 550 atau IELTS 6.5, maka untuk masyarakat dari daerah 3T bisa di bawahnya. Pembekalan pelatihan bahasa Inggris bagi penerima beasiswa dari kawasan 3T juga lebih lama, yakni ada yang enam bulan dan ada juga setahun.

Dana yang dikelola LPDP mencapai Rp22,5 triliun dan telah menyalurkan beasiswa kepada total sebanyak 16.293 orang, yang terdiri atas 8.404 penerima beasiswa dalam negeri dan 7.889 penerima beasiswa luar negeri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10.406 orang masih menjalani pendidikan, yang sebagian besar merupakan mahasiswa program master (S2) dan program doktor (S3).

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), Mohamad Nasir mengimbuhkan pemerintah memperkirakan besaran dana abadi pendidikan akan terus meningkat menjadi Rp150 triliun pada 2018. Targetnya, pada 2030 dana abadi itu sudah mencapai Rp400 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara pembukaan LPDP Edufair 2017 di Jakarta menyampaikan bahwa dana tersebut berasal dari uang pajak yang dikumpulkan.

"Itu uang pajak yang tidak mudah kami kumpulkan, bukan datang dari langit, atau menggali dari sumur. Itu hasil karya masyarakat Indonesia yang membayar pajak dan kita kumpulkan secara susah payah," ujar Sri Mulyani.

Oleh karena itu, ia berpesan agar para pengurus LPDP melakukan efisiensi dan berinovasi agar setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar bisa menghasilkan dampak maksimum terhadap kualitas masyarakat Indonesia.

Jika dilihat dari bidang ilmu yang diminati oleh peserta LPDP, bidang teknik telah diambil oleh sebanyak 1.999 orang, sains 1.711 orang, pendidikan 1.354 orang, kedokteran dan kesehatan 1.070 orang, sosial 935 orang, ekonomi 675 orang, hukum 481 orang serta budaya, seni dan bahasa 480 orang.

Sedangkan, sebaran negara tujuan tertinggi penerima beasiswa LPDP adalah Indonesia (beasiswa dalam negeri) 5.575 orang, Inggris 1.679 orang, Belanda 798 orang, Australia 684 orang, Amerika Serikat 338 orang, Jepang 329 orang, Jerman 123 orang, Rusia 117 orang, Swedia 89 orang dan Perancis 81 orang

LPDP termasuk dalam Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan, yang memiliki fungsi untuk mengelola dana abadi pendidikan dengan tujuan menyiapkan pemimpin masa depan dan mendorong inovasi bagi Indonesia sejahtera. Dengan adanya program beasiswa LPDP ini, diharapkan anak-anak muda Indonesia yang memiliki kompetensi mau menempuh pendidikan lebih tinggi.

"Pendidikan menjadi salah satu solusi untuk menaikkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Ini bukan cita-cita yang mudah dan bukan hanya masalah uang," pesan Sri Mulyani.

Baca juga artikel terkait BEASISWA atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti