tirto.id -
Rabu (8/1/2020) lalu Bendungan peninggalan zaman Belanda tersebut tak mampu menahan luapan air Sungai Tuntang sehingga berdampak jebolnya tanggul.
"Ya [perlu dievaluasi]. Dileveling," ujarnya saat meninjau lokasi Bendung Glapan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah pada Sabtu (11/1/2020).
Menurut Basuki, jebolnya tanggul bukan hanya dilatarbelakangi curah hujan yang tinggi menimpa kawasan tersebut.
"Bukan karena curah hujan tinggi. Kalau curah hujan tinggi semuanya jebol dong. Tapi hanya titik titik tertentu. Itu yang harus kita pastikan ada nggak yang terlimpas," imbuhnya.
Tanggul Bendung Glapan yang meluap dan jebol mengakibatkan permukiman warga dilanda banjir di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Purwodadi, Penawangan, Karangrayung, Godong, Kedungjati, Tanggungharjo, Gubug dan Tegowanu.
Merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan, banjir mengakibatkan Kecamatan Purwodadi, terkhusus area Alun-alun Purwodadi serta beberapa pemukiman sempat terendam setinggi 40 centimeter.
Sementara di wilayah Kecamatan Penawangan seperti Desa Bologarang, Tunggu, Watupawon, Jipang, dan Kramat juga tergenang banjir setinggi 40 centimeter.
Banjir sendiri meliputi 722 rumah warga. Di Kecamatan Karangrayung terdapat 955 rumah warga yang terdampak banjir.
Lebih lanjut Basuki mengindikasikan jebolnya tanggul disebabkan oleh terlimpasinya bagian bawah tanggul yang masih tanah. Sehingga ketika debit air melimpah dapat menggerus bagian bawah tanggul tersebut.
"Ya. Jadi kalau yang tanggul tanah prinsipnya tidak boleh terlimpasi. Kalau beton bisa terlimpas. Kalau tanah pasti tergerus," ujar Basuki.
Untuk sementara, Kementerian PUPR dan pemerintah setempat bakal membuat tanggul-tanggul darurat. Ia mengajukan penunjukan langsung darurat untuk menyediakan komponen penahan air seperti bebatuan, bambu, dan tas pasir.
"Saya tunjuk langsung saja, darurat seperti yang di Bekasi dan daerahdaerah lain. Saya tunjuk langsung BUMN untuk bisa mengerjakan ini. Kalau cuma ginigini saja seminggu nggak rampung nanti," tandasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Hendra Friana