Menuju konten utama
Periksa Fakta

Benarkah TNI Turun Tangan Bantu Rakyat Lawan Rezim?

Anggota TNI di video yang tersebar sedang melakukan pengamanan penetapan hasil Pemilu Presiden 2019, bukan menggulingkan rezim.

Benarkah TNI Turun Tangan Bantu Rakyat Lawan Rezim?
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Pada minggu ini, sebuah unggahan video tersebar di Facebook. Video ini berisi klaim bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah turun tangan untuk membela rakyat melawan rezim yang berkuasa saat ini.

Video tersebut disebarkan oleh laman bernama Faiqa sana serta Hiburanmu (tautan) pada 24 September 2022. Per 27 September, video tersebut mendapat reaksi dari sekitar 28 ribu pengguna, dihujani 5,5 ribu komentar, dan telah disaksikan sebanyak 623 ribu kali.

Periksa Fakta TNI Bantu Lawan Rezim

Periksa Fakta TNI Bantu Lawan Rezim. foto/hotline periska fakta tirto

Video berdurasi 9 menit 31 detik ini dibagikan dengan deskripsi video sesuai judul. Terdapat beberapa potongan video, di antaranya pernyataan seorang anggota TNI, aksi demo mahasiswa, potongan pernyataan Presiden Jokowi, dan juga narasi dari narator.

Lalu bagaimana faktanya?

Penelusuran Fakta

Kami menelusuri kedua akun yang membagikan video yang dimaksud. Laman Facebook Faiqa sana sendiri diikuti oleh sekitar 21,3 ribu orang. Kemudian, meski menggunakan foto layaknya akun pribadi, laman ini kerap membagikan video-video bernuansa politik. Misalnya, video jenderal-jenderal korban Partai Komunis Indonesia (PKI), video konflik dalam tubuh PKI, dan beberapa video lainnya terkait kejadian 1965.

Laman Facebook Hiburanmu juga hampir serupa. Laman ini diikuti oleh sekitar 78,6 ribu orang dan membagikan video-video terkait kejadian 1965. Memang, pada bulan September, isu terkait Gerakan 30 September (G30S) kerap naik kembali ke ranah diskusi publik.

Tim Riset Tirto juga menyaksikan video yang berdurasi 9 menit 31 detik ini. Di awal video, tertulis narasi, "Ribuan TNI turun tangan bantu massa, mundurkan rezim! Situasi sangat genting!".

Kemudian, dalam video tersebut, seorang anggota TNI mengatakan, ”Sekarang seluruh pasukan konsentrasi di Monas dalam rangka mengawal Kedaulatan Rakyat Republik Indonesia. Takbir, Allahu Akbar, hari ini seluruh prajurit di Indonesia berkumpul semua di Monas baik darat, laut maupun udara."

Ia melanjutkan bahwa dengan turunnya TNI Angkatan Laut, artinya keadaan sudah genting.

Kami menelusuri video ini dengan mengetikkan beberapa kata kunci yang disampaikan anggota TNI tersebut di mesin pencari Google. Hasil pencarian mengarahkan kami pada Direktori Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 205-K/PM II-08/AD/VIII/2019. Pengadilan militer II-08 Jakarta menjatuhkan putusan pada terdakwa Heronimus Baum, anggota TNI di dalam video.

Terdakwa ditahan oleh Komando Resor Militer (Danrem) 052/WKR, selaku Atasan Yang Berhak Menghukum (Ankum), selama 20 hari sejak 22 Mei 2019 sampai dengan 10 Juni 2019. Alasannya adalah pelanggaran media sosial yang dilakukan oleh Heronimus pada 31 Mei 2019.

Heronimus sendiri disebut telah menerima surat perintah dari Danrem pada 19 Mei 2019 tentang perintah pengamanan dalam rangka penetapan kemenangan Pemilu tahun 2019. Ia dinyatakan telah melaksanakan perintah tersebut dengan bertanggung jawab, namun melakukan pelanggaran dengan mengunggah video untuk menunjukkan rasa bangga dan semangatnya kepada prajurit lain.

Video itu, menurut putusan tersebut, ia kirim langsung melalui aplikasi pesan WhatsApp ke grup bernama "72 Ambon".

Dengan itu, Heronimus dinyatakan bersalah dan diancam dengan pidana menurut pasal 103 Ayat 1 Kitab Undang Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM), yang berbunyi, “Militer, yang menolak atau dengan sengaja tidak mentaati suatu perintah dinas, atau dengan semaunya melampaui perintah sedemikian itu, diancam karena ketidaktaatan yang disengaja, dengan pidana penjara maksimum dua tahun empat bulan."

Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa potongan video anggota TNI yang diunggah sebenarnya terkait dengan pengamanan penetapan hasil Pemilu Presiden pada tahun 2019.

Potongan video selanjutnya adalah aksi demo mahasiswa. Dalam aksi tersebut, seorang mahasiswa menyampaikan, “Teman-teman melangkah jauh-jauh datang ke Istana Negara. Hari ini kita telah berada dalam bulan yang penuh berkah…”. Tuntutan yang disampaikan mahasiswa itu sendiri adalah untuk menuntut diktator-diktator yang berada di pemerintahan.

Tim Riset Tirto mengambil tangkapan layar pada video aksi mahasiswa tersebut, namun tidak mendapatkan potongan gambar yang jelas. Sehingga pencarian foto pun tidak menemukan hasil yang sesuai. Namun, Tirto berusaha mencari aksi demo yang dilakukan pada bulan Ramadan, seperti yang disampaikan teman mahasiswa.

Sejauh ini, aksi demo yang dilaksanakan pada bulan Ramadan adalah demo mahasiswa pada 21 April 2022. Diketahui mahasiswa yang bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) bersama Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) menggelar demonstrasi di Jakarta pada hari itu.

Kami berusaha mengecek gedung-gedung yang ada di sekitar Istana Negara Jakarta dan mencocokkan dengan yang ada di video. Beberapa gedung yang kami temukan kecocokannya dengan video aksi mahasiswa adalah Gedung Sapta Pesona dan Gedung Indosat yang terletak dekat Patung Kuda Arjuna Wiwaha.

Menurut laporan Tirto, demo pada 21 April memang terjadi di tiga titik, yaitu di Patung Kuda, DPR/MPR dan di Harmoni, kata Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo, Rabu, 20 April 2022.

Kemudian, tuntutan demonstrasi pada hari itu adalah, pertama, tindak tegas para penjahat konstitusi dan tolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Kedua, turunkan harga kebutuhan pokok dan atasi ketimpangan ekonomi. Ketiga, sikapi tegas tindakan represif terhadap masyarakat sipil dengan mekanisme yang ketat dan tidak diskriminatif. Keempat, wujudkan pendidikan ilmiah, gratis dan demokratis. Kelima, sahkan RUU pro rakyat dan tolak RUU pro oligarki. Keenam, wujudkan reforma agraria sejati. Ketujuh, tuntaskan seluruh pelanggaran HAM.

Potongan video lainnya menunjukkan aparat polisi yang mengamankan demo mahasiswa dan memberi ruang untuk berekspresi pada mahasiswa, juga agar demo mahasiswa tidak ditunggangi.

Selanjutnya, dari menit 3:19 hingga akhir, narasi video menyebutkan demo menolak kenaikan BBM yang dilakukan oleh Partai Buruh dan Elemen Serikat Buruh pada 13 September di berbagai daerah di Indonesia. Narator video juga menyebutkan nama Said Iqbal sebagai Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).

Seperti dilaporkan Detik, demo buruh yang diadakan 13 September lalu adalah dalam rangka menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sejumlah massa ikut dalam demo tolak kenaikan harga BBM di Jakarta tersebut. Demo tersebut digelar di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat. Ada beberapa kelompok massa yang akan menggelar demo tolak kenaikan harga BBM, diantaranya Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak), Konfederasi Perjuangan Buruh Indonesia (KPBI), dan Dema UIN Jakarta.

Narator video juga menyebutkan demo menolak kenaikan BBM yang terjadi di daerah. Namun, jika dikaitkan dengan narasi awal video soal TNI yang turun tangan membantu rakyat untuk melawan rezim, informasi ini tidak ada hubungannya dengan klaim tersebut.

Demikian pula potongan-potongan video pada unggahan ini tidak berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, narasi bahwa TNI membantu masyarakat melawan rezim pemerintah tidaklah tepat.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, video yang menampilkan anggota TNI yang melakukan pengamanan bukan dimaksudkan untuk menggulingkan rezim. Video itu dibuat ketika anggota TNI itu melakukan tugas pengamanan hasil Pemilu 2019 di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Narasi video yang mencampurkan demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan kelompok buruh pun memiliki agenda berbeda dan dengan jarak waktu yang jauh.

Narasi yang disebarkan di video bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty